Informasi Terpercaya Masa Kini

Wae Rebo Ditutup Sementara, Ini 4 Fakta Salah Satu Desa Terindah di Dunia Itu

0 2

TEMPO.CO, Jakarta – Lembaga Pelestari Budaya Wae Rebo menutup sementara aktivitas sementara pendakian ke Kampung Wae Rebo, Flores, Nusa Tenggara Timur pada 18 Januari 2025. Hal tersebut dikarenakan pihak pengelola desa wisata Wae Rebo mempertimbangkan keselamatan wisatawan atas terjadinya kondisi cuaca yang cukup ekstrem. Dalam beberapa hari terakhir, wilayah Wae Rebo dilanda hujan lebat dan badai.

“Kami mohon pengertian dan kerja sama dari kita semuanya. Kami akan buka kembali setelah cuaca membaik. Informasi selanjutnya akan kami sampaikan lewat akun media sosial resmi kami @waerebo.official,” tulis pihak Lembaga Pelestari Budaya Wae Rebo dalam unggahan Instagram.

Pihak pengelola pariwisata akan membuka kembali Wae Rebo setelah kondisi cuaca membaik. Sambil menanti kabar dibukanya kembali pariwisata Wae Rebo dalam akun resminya, berikut beberapa informasi terkait desa budaya tersebut.

1. Disebut “Surga di Atas Awan”

Dilansir dari laman resmi Kemenparekraf, Wae Rebo merupakan desa wisata yang berada di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat. Wae Rebo berbatasan langsung dengan Taman Nasional Komodo. Letak Wae Rebo berada sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut. Oleh karena itu, pengunjung yang datang ke Wae Rebo harus melakukan pendakian selama 2 hingga 3 jam dari Desa Denge.

Wae Rebo merupakan desa yang cukup terpencil dan dikelilingi pegunungan serta panorama hutan tropis lebat di Kabupaten Manggarai, Flores. Lokasinya yang tinggi membuat desa tersebut dijuluki sebagai “Surga di Atas Awan”.

2. Dinobatkan sebagai Kota Kecil Tercantik di Dunia

Pesona pariwisata Wae Rebo berhasil dinobatkan sebagai salah satu kota kecil tercantik di dunia oleh The Spector Index pada Maret 2024 silam. Wae Rebo berada di urutan kedua setelah Rothenburg ob der Tauber yang terletak di Jerman.

Tidak hanya itu, Wae Rebo sebelumnya juga meraih berbagai penghargaan, baik di dalam negeri maupun internasional. Wae Rebo meraih Award of Excellence, yaitu anugerah tertinggi dalam UNESCO Asia-Pacific Awards for Heritage Conservation 2012 di Bangkok pada Agustus 2012. Penghargaan tersebut memperkuat bukti adanya komitmen desa dalam membangun pariwisata lokal.

3. Arsitektur Mbaru Niang

Wae Rebo menawarkan keindahan alam serta arsitektur rumah adat berbentuk kerucut yang sangat unik bernama Mbaru Niang. Mbaru Niang memiliki lima tingkat yang masing-masing dirancang untuk tujuan tertentu, mulai dari tempat tinggal, tempat persembahan leluhur, hingga tempat penyimpanan makanan.

Mbaru Niang melingkar di Wae Rebo yang menyimbolkan 7 gunung yang tinggi dan menjulang. Tujuh Mbaru Niang tersebut terdiri dari Niang Gendang, Niang Pirung, Niang Ndorom, Niang Gena Jekong, Niang Jintam, Niang Mandor, dan Niang Maro yang berdiri tegak menyelilingi compang sebagai tempat sakral untuk menghormati Tuhan dan para leluhur.

4. Wisata Budaya yang Erat dengan Alam

Wae Rebo menawarkan beberapa aktivitas wisata, salah satunya berinteraksi dengan kebudayaan masyarakat kampung Wae Rebo. Wisatawan dapat merasakan hidup bersama-sama dengan masyarakat kampung selama 1 hingga 2 hari sambil belajar mengenai adat serta kehidupan masyarakat yang tinggal di Wae Rebo. Selain itu, ada pula pertunjukan kebudayaan dari Upacara Penti yang bisa dinikmati dalam jadwal tertentu.

Tidak hanya berbasis kebudayaan, pada wisatawan yang senang dengan wisata alam dapat menikmati keindahan alam dengan melakukan aktivitas pendakian. Wae Rebo juga menyuguhkan keindahan flora dan fauna khas Flores dalam hutan konservasi. Sebagai fasilitas penunjang, Wae Rebo memiliki sumber air bersih dari mata air langsung serta diperbolehkan menginap di Mbaru Niang.

Ni Kadek Trisna Cintya Dewi dan Putri Ani berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Pemerintah Akui Lambat Memperbaiki Pariwisata

Leave a comment