Netizen Bandingkan Biaya Mobil Listrik Vs Mobil Konvensional, Ternyata Bisa Nabung Rp 22 Juta
GridOto.com – Kehadiran Barrety Electric Vehicle (BEV) atau mobil listrik di Indonesia, bisa menjadi solusi kendaraan ramah lingkungan sekaligus biaya operasional lebih rendah.
Contohnya seperti yang dirasakan seorang netizen Instagram dengan akun @didiet_aditra yang membagikan pengalamannya sebagai pengguna Wuling Air ev.
Dalam salah satu unggahannya, ia membandingkan perhitungan pengeluaran antara Wuling Air ev dan Mazda CX-3 yang dipakai sebelumnya.
“Gak kerasa sudah 19.620 Km, sudah setahun pakai mobil ini. Berawal dari niat ngirit, karena kebutuhan mobil harian buat PP Bekasi-Jaksel kurang lebih 60 km tiap hari,” tulis Didiet (1/1/2025).
“Sebenernya Mazda CX-3 saya sebelumnya gak boros untuk mobil 2.000 cc, bahkan kenyamanannya one of the best, tapi memang takdir yg mempertemukan saya dengan Air EV,” terangnya.
“Yup, saya emang beli Air ev ini benar-benar tujuannya buat ngirit biar bisa ada saving bulanan. Kalau ditanya dalam setahun ini udah saving berapa? Jawabannya, Rp 22 juta dalam setahun,” ungkapnya.
Didiet pun membeberkan perbandingan rincian pengeluaran biaya operasional dalam satu tahun antara Wuling Air ev dan Mazda CX-3 yang merupakan mobil pembakaran internal.
Rinciannya:
– Saving bahan bakar setahun
Mazda Rp 1,6 juta sebulan x 12 = Rp 19.200.000
Air EV Rp 470 ribu sebulan x 12 = Rp 5.640.000
Hemat Rp 13.560.000
– Saving pajak tahunan
Mazda Rp 6.000.000
Air EV Rp 149.000
Hemat Rp 5.851.000
– Saving service rutin setahun
Mazda Rp 1.500.000 x 2 = Rp 3.000.000
Air EV Rp 180.000 x 2 = Rp 360.000
Hemat Rp 2.640.000
Baca Juga: Bentuk Imut Cocok Buat Antar Anak Sekolah, Segini Harga Wuling Air Ev
Ia mengungkapkan, Wuling Air ev miliknya diisi daya dengan pola pengisian 75 persen (di rumah) 25 persen (di SPKLU)
“Terkait battery health, dari data service rutin terakhir di 10.000 km masih di angka 98,9 persen atau penurunannya sekitar 1 persen setiap 10.000 km,” bebernya.
Berdasarkan klausul klaim garansi baterai Wuling yaitu klaim apabila kondisi baterai di bawah 80 persen, berarti nanti akan klaim setelah 200.000 km atau sekitar 10 tahun.
“Kalau secara hitungan saya sih, Rp 22 juta setahun. Setelah 10 tahun sudah mencapai Rp 220 juta, sudah mendekati harga beli mobilnya. Jadi masih termasuk kondisi yang value for money (dengan catatan dipakai jangka panjang, turunin ke anak aja klo bosen),” ungkapnya.
Karena hal tersebut, Didiet tidak merasa menyesal beralih dari Mazda CX-3 ke Wuling Air ev sebagai kendaraan hariannya.
“Sama sekali tidak ada penyesalan atas keputusan mensubtitusi kenyamanan & tenaga Mazda CX-3 dengan Wuling Air ev yang ternyata berhasil memberikan pengalaman menyenangkan,” ujarnya.
Sebelum ditutup, Didiet memberikan catatan bahwa saving tahunan bisa meningkat apabila persentase pengisian daya di rumah ditingkatkan.
“Karena ternyata biaya ngecas di SPKLU itu lebih mahal sampe sekitar 67 persen dibandingkan ngecas dirumah (kondisi PPN masih 11 persen). Wow banget kan, saya bahas di reels selanjutnya,” pungkasnya.