Informasi Terpercaya Masa Kini

Satu-satunya Harapan Medali Olimpiade Paris 2024 dari Badminton di Tangan Gregoria Mariska Tunjung

0 4

Satu-satunya Harapan Medali Olimpiade Paris 2024 dari Badminton Berada di Pundak Gregoria

TRIBUNJATENG.COM – Harapan medali Olimpiade Paris 2024 dari cabor badminton kini berada di pundak tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung.

Dari semua wakil yang dikirim ke Paris, hanya Gregoria Mariska Tunjung yang masih bertahan.

Sisanya pulang tanpa bisa meraih medali, bahkan untuk perunggu sekalipun.

Baca juga: Update Klasemen Medali Olimpiade Paris 2024: China Banjir Emas, Amerika Serikat Terlalu Banyak Perak

Andalan Indonesia, Fajar/Rian, Ginting, Jonatan Christie, Apriyani/Fadia hingga Rinov/Pitha berguguran sebelum menembus semifinal.

Selain menjadi harapan terakhir Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung juga tampil apik di laga sebelumnya.

Ia menuntaskan tugas di babak 16 besar Olimpiade Paris 2024 dengan kemenangan dramatis sekaligus mempertahankan rekor tak terkalahkan.

Duel selama 55 menit berhasil dilalui Gregoria Mariska Tunjung saat melawan Kim Ga-eun dari Korea Selatan pada Kamis (1/8/2024) malam waktu Prancis atau Jumat dini hari waktu Indonesia.

Sebagai satu-satunya wakil Merah Putih yang tersisa, Gregoria berhasil menyelamatkan wajah bulu tangkis Tanah Air dengan kemenangan super dramatis.

Bertanding di Porte de La Chapelle Arena, Paris, Prancis, atlet asal Wonogiri, Jawa Tengah itu sukses menaklukkan Kim dengan skor 21-4, 8-21, 23-21.

Setelah balas-balasan memberikan skor telak di gim pembuka dan gim kedua, pada gim ketiga alias penentuan, kedua pemain baru bertarung dengan imbang.

Rekor pertemuan Gregoria dengan Kim memang sangat unggul, yakni selalu menang dalam delapan kali pertemuan.

Namun di delapan pertemuan itu pula, Kim tak jarang membuat Gregoria harus bekerja ekstra keras hingga tiga gim.

Untungnya, di panggung besar Olimpiade Paris 2024 ini, rekor tak terkalahkan itu masih terjaga.

Kim gagal pecah telur dari Gregoria setelah poin kalah adu fokus saat setting pada gim ketiga.

“Pastinya lega bisa memenangkan pertandingan yang melelahkan ini,” ungkap Gregoria setelah pertandingam dikutip dari rilis pers PBSI.

“Bagi saya cukup menjadi beban apalagi dengan keadaan sekarang saya tinggal sendiri.”

“Namun secara keseluruhan saya cukup puas dengan penampilan tadi walaupun catatan di gim kedua saya melakukan kesalahan dengan tidak bisa mengendalikan kondisi lapangan,” tandasnya.

Tak bisa dipungkiri, beban pikiran sempat mengganggu Gregoria kala dia mengetahui bahwa wakil Indonesia sudah berguguran dan menyisakan dia seorang.

Tekanan itu semakin dia rasakan di gim ketiga setelah Kim mampu memaksakan rubber game dan tertinggal 8-11 di interval.

Beruntung, Gregoria dapat mentransfer pesan asisten pelatih, Herli Djaenudin, menjadi kekuatan dan motivasi besar untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya di situasi menegangkan.

“Saya merasa tekanan sangat kuat untuk saya saat masuk ke lapangan, tapi saat pertandingan dimulai saya bisa merasa lebih baik,” kata Gregoria.

“Di interval gim ketiga, kak Herli tahu saya berada dalam pressure yang sangat tinggi.”

“Jadi dia berpesan ayo coba lagi, apa yang saya yakini bisa dilakukan, lakukan saja.”

“Setelah itu, saya juga teriak-teriak untuk melepaskan beban itu dan Puji Tuhan berhasil,” tandasnya.

Perjuangan Gregoria masih panjang. Di babak delapan besar pada Sabtu (3/8/2024) besok, juara Kumamoto Masters 2023 itu akan berjumpa Ratchanok Intanon asal Thailand.

Intanon pernah menjadi lawan yang tidak dapat dikalahkan Gregoria.

Akan tetapi, tren buruk 8 kekalahan beruntun dari mantan ratu bulu tangkis itu akhirnya dapat diputus Gregoria di Uber Cup 2024 pada Mei lalu.

“Saya ingin istirahat dulu, besok ada rest jadi saya mau recharge semua,” ucap Gregoria.

“Sudah di perempatfinal tapi saya mau lebih. Saya akan melakukan semua yang saya bisa,” imbuhnya berharap.

(*)

Leave a comment