Presiden Isaac Herzog Kecam Serangan Pemukim Israel yang Bunuh Seorang Warga Palestina
TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Israel Isaac Herzog mengutuk serangan pemukim Yahudi terhadap sebuah desa Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Otoritas Palestina mengatakan serangan tersebut menewaskan seorang warga Palestina dan melukai satu orang lainnya.
“Saya mengutuk keras pogrom di Samaria,” tulis Herzog di media sosial X pada Kamis, 15 Agustus 2024, menggunakan nama provinsi “Samaria” dalam Alkitab yang berhubungan dengan Tepi Barat utara.
Herzog juga menggunakan kata pogrom, yang berasal dari bahasa Yiddish dan Rusia, yang merujuk pada pembantaian terorganisir terhadap kelompok etnis tertentu. Kata tersebut muncul setelah orang Yahudi menjadi sasaran pogrom di Rusia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Korban jiwa serangan pemukim Israel kali ini bernama Mahmoud Abdel Qader Sadda, 23 tahun, yang meninggal di desa Jit, sebelah barat Nablus, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina.
Kantor berita resmi Palestina WAFA, mengutip sumber-sumber lokal, mengatakan bahwa “penjajah bersenjata” menyerang bagian barat desa Jit, “membakar beberapa kendaraan” dan “melepaskan tembakan ke arah seorang penduduk desa, yang menyebabkannya terluka parah”.
Korban yang terluka parah di bagian dada telah diberi pertolongan pertama dan dilarikan ke rumah sakit, di mana kondisinya digambarkan sebagai kritis, kata Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).
WAFA mengatakan jenazah dan korban terluka telah tiba di Rumah Sakit Pemerintah Rafidia di Nablus.
Militer Israel mengatakan “puluhan warga sipil Israel, beberapa dari mereka bertopeng” memasuki Jit dan “membakar kendaraan dan bangunan di daerah tersebut, melemparkan batu dan bom Molotov”.
Video yang diunggah WAFA di media sosial menunjukkan rumah-rumah terbakar di desa Jit, sebelah timur Qalqilia di Tepi Barat. Seorang warga Israel telah ditahan untuk diinterogasi, kata militer Israel, yang tidak mengonfirmasi kematian seorang warga Palestina dalam pernyataannya.
Herzog mengatakan serangan tersebut dilakukan oleh “minoritas ekstrem yang merugikan komunitas pemukim yang taat hukum”, dan bahwa hal itu “bukan cara kami dan tentu saja bukan ajaran Taurat dan Yudaisme”.
Presiden itu menyerukan agar penegak hukum segera menindaklanjuti serangan tersebut dan membawa para pelaku ke pengadilan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu “menanggapi kerusuhan yang terjadi malam ini dengan serius”, menurut pernyataan dari kantornya. “Mereka yang bertanggung jawab atas tindakan kriminal apa pun akan ditangkap dan dituntut,” kata pernyataan itu.
Kekerasan di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967, telah melonjak sejak serangan Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023. Pemukiman Israel di sana dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Meski demikian, Israel baru saja mengumumkan rencana untuk membangun pemukiman baru di sana, menurut pengumuman Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich pada Rabu, 14 Agustus 2024. Ia mengatakan langkah itu merupakan respons terhadap tindakan para pemimpin Palestina di Tepi Barat dan negara-negara yang telah mengakui Palestina sebagai negara.
“Tidak ada keputusan anti-Israel dan anti-Zionis yang akan menghentikan pembangunan pemukiman lebih lanjut,” kata Smotrich di media sosial X. “Kami akan terus melawan gagasan berbahaya tentang negara Palestina dan menetapkan fakta di lapangan. Ini adalah misi hidup saya dan saya akan meneruskannya semampu saya.”
Pilihan Editor: Ribuan Warga Palestina Turun ke Jalan, Berduka atas Kematian Ismail Haniyeh
ARAB NEWS | WAFA