Informasi Terpercaya Masa Kini

UNED_Dior Lady Art #9: Surat Cinta yang Puitis

0 2

Sebuah simbol yang telah melegenda, tas Lady Dior telah menjadi simbol dari gaya klasik Dior. Desainnya yang halus dipadukan dengan siluet anggun yang timeless. Oleh karena itu, sejak tahun 2016, Dior menggandeng seniman-seniman internasional untuk menambahkan sentuhan khas untuk tas yang luar biasa ini, yang kemudian diubah menjadi kanvas tempat mereka menuangkan visi, imajinasi, dan sentuhan ajaib.

BACA JUGA: Sonam Kapoor Resmi Jadi Brand Ambassador Dior: Kolaborasi Gaya dan Budaya

Untuk edisi kesembilan ini, Sara Flores, Jeffrey Gibson, Woo Kukwon, Danielle Mckinney, Duy Anh Nhan Duc, Hayal Pozanti, Faith Ringgold, Vaughn Spann, Anna Weyant, Liang Yuanwei, dan Huang Yuxing masing-masing mengambil peran untuk menggunakan Lady Dior sebagai kanvas mereka. Menggunakan metamorfosis yang menarik, para seniman dengan indah menerjemahkan perspektif unik mereka, memperluas narasi karya yang menghasilkan surat cinta yang puitis. Mari berkenalan dengan sebelas seniman untuk Dior Lady Art yang kesembilan!

Vaughn Spann

Courtesy of Dior

Seniman kelahiran Amerika yang dikenal dengan karyanya yang penuh semangat dan ekspresif ini memiliki sentuhan khas dalam menggabungkan elemen abstrak dan figuratif. Gerakannya yang menggeser dunia seni tradisional, berhasil memadukan dualitas dari makhluk hidup dan dunia, kombinasinya yang dinamis dan sangat personal diselingi oleh tanda-tanda ikonografi yang kuat. Pendekatan ini berhasil diabadikan pada tas Lady Dior dengan menambahkan struktur geometris dengan kode maskulin dan juga feminin.

Liang Yuanwei

Courtesy of Dior

Melalui kanvas bertekstur, menyampaikan ketelitian yang lihai, senimal asal Cina, Liang Yuanwei berfokus pada persepsi kehidupan sehari-hari dan pergerakan waktu. Komposisi eksperimentalnya yang halus menjadi definisi dari bahasa visual yang baru dengan penggunaan motif dan gambar bunga, memadukan warisan leluhur dengan inventif.

Duy Anh Nhan Duc

Courtesy of Dior

Lahir di Ho Chi Minh City dan sekarang tinggal di Paris, seniman Duy Anh Nhan Duc menjadikan alam sebagai matriks penting dari karyanya. Menggunakan elemen-elemen botani dalam menciptakan instalasi yang puitis dan tak terbatas, karyanya menjalin dialog yang menarik dengan mencerminkan kecintaannya pada emosi yang dirasakannya terhadap keindahan dunia vegetatif.

Anna Weyant

Courtesy of Dior

Berasal dari Kanada, Anna Weyant menggunakan berbagai ide, dari zaman keemasan Belanda hingga budaya pop kontemporer. Diwarnai dengan sentuhan surealisme dan misteri, karyanya yang figuratif mempertanyakan konvensi sosial dan kode feminitas yang dia transkripsikan ke dalam tas Lady Dior.

Jeffrey Gibson

Courtesy of Dior

Menguraikan karya-karya yang sangat berwarna-warni, Jeffrey Gibson menyatukan keahlian tradisional penduduk asli Amerika dengan estetika yang berani. Ia menggabungkan lukisan, patung, ukiran, tekstil, dan video untuk merancang kreasinya ini. Sepotong penuh dengan kegembiraan dan pernyataan lembut, untuk diri sendiri dan semua orang.

Danielle McKinney

Courtesy of Dior

Dalam potret sinematiknya, Danielle Mckinney yang berasal dari Alabama menangkap semua seluk-beluk pribadi yang menceritakan kembali narasi tersembunyi. Karyanya mendorong penonton untuk membaca yang tidak terlihat, dan meramalkan yang tak terucapkan. Bagaikan puisi sehari-hari yang menawan, terungkap dalam leksikon couture pada tas Lady Dior yang mempesona.

Hayal Pozanti

Courtesy of Dior

Di kanvasnya, Ia mencari, dan mewujudkan cara memahami physicality segala sesuatu. Melalui bentuk organik yang subur dalam warna yang kontras, Ia menciptakan lanskap dan potret abstrak yang fantastis, yang menarik inti dari hubungan antara kita dengan terbentuknya kehidupan. Karya-karyanya yang konseptual dan emosional, merupakan metafora untuk kecerdasan manusia, dengan pandangan ke dalam fiksi yang sangat nyata.

Sara Flores

Courtesy of Dior

Seniman asal Peru ini terinspirasi oleh Kené, praktik kuno di tradisi orang Shipibo-Conibo yang tinggal di sepanjang Sungai Ucayali. Berakar kuat pada warisan budayanya, kreasinya mengungkapkan labirin yang menghipnotis dengan gambar khas Amazon, yang merupakan sebuah harmoni dari estetika desain.

Woo Kukwon

Courtesy of Dior

Lukisan cat minyak dan gambar di atas kertas menjadi media utama Woo Kukwon dalam mengungkapkan karya seninya. Komposi-komposisi buatannya bernada gembira dan mencerminkan koeksistensi fiksi dan realitas yang ambigu, menggabungkan elemen figuratif dan pop culture. Perspektif ini kemudian merasuki lima metamorfosis pada tas Lady Dior.

Faith Ringgold

Courtesy of Dior

Seorang Ikon yang mengabadikan Harlem Renaissance, Faith Ringgold adalah pemain utama dalam seni feminis dan perjuangan civil rights. Karyanya secara khusus didasarkan pada penggunaan quilting yang inovatif, Ia mengeksplorasi pertanyaan tentang gender dan keadilan sosial melalui komposisi warna-warna yang cerah dan berserakan dengan elemen tekstual juga tekstil.

Huang Yuxing

Courtesy of Dior

Dianggap sebagai salah satu talenta paling inovatif di kancah kontemporer, Huang Tuxing yang lahir di Beijing menonjol karena kemampuannya untuk menyusun karya-karya yang menceritakan kisah asal usul mereka. Dibedakan oleh kontras yang memikat dan palet flamboyan, mengingatkan pada teknik Gongbi Cina, kanvasnya menawarkan sekilas glimpse dari kuas dan tangan pelukis yang menghembuskan kehidupan ke dalam pemandangan seperti sebuah mimpi yang memukau.

BACA JUGA:

Dior Gold House Hadir Perdana di Bangkok

Menemukan Keajaiban Lip Glow Land Bersama Jisoo, Anya Taylor-Joy, Willow Smith, dan Dior

(Teks: Andhika C, Foto: Courtesy of Dior)

Leave a comment