Informasi Terpercaya Masa Kini

Menurut Saksi, Ukuran Harimau Jawa Jadi Sebesar Kambing, Mengapa Begitu?

0 5

KOMPAS.com – Beberapa minggu lalu beredar video yang memperlihatkan seorang pria bernama Anang mengaku berjumpa dengan harimau. Saat itu ia sedang menyemprot tanaman di tepi hutan sekitar Jawa Tengah-DIY, saat matanya tertuju pada dua ekor macan besar dan kecil yang sedang berbaring.

Menurutnya, hewan yang dilihat adalah harimau karena memiliki pola loreng di tubuhnya. Namun ukuran macan ini disebut hanya sebesar kambing, walau lebih gemuk dan kekar.

Kesaksian lain yang disampaikan petani bernama Damin di hutan sekitar Gunung Wilis juga menyebutkan ukuran harimau yang dijumpainya sebesar kambing. Sementara kesaksian seorang penjaga hutan di Ujung Kulon belum lama ini menyebut pernah melihat harimau berukuran sebesar anjing herder.

Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah benar yang mereka lihat itu harimau, atau macan tutul dan kucing lain yang ukurannya memang lebih kecil? Atau bila benar yang dijumpai adalah harimau, apakah spesies endemik yang tersisa di Jawa ukurannya mengecil?

Baca juga: Lama Tidak Terlihat, Seperti Apakah Harimau Jawa?

Hal ini menarik dibahas karena berdasarkan catatan, ukuran harimau Jawa adalah yang terbesar dibanding harimau Sumatra dan harimau Bali.

“Harimau Jawa ukurannya bisa sebesar kuda, dan telapaknya selebar wajah orang dewasa,” ujar peneliti harimau, Didik Raharyono saat berbincang dengan Kompas.com, akhir Desember 2024.

Menurutnya, berdasarkan foto-foto harimau yang mati ditembak di jaman dulu, terlihat ukurannya yang besar, lebih besar dari ukuran harimau sumatra yang dijumpai saat ini.

Gambaran morfologi ukuran tubuh yang bisa dicapai oleh harimau Jawa antara lain terlihat di foto dokumen tahun 1957, yang menggambarkan seorang pemburu bernama Oscar bersama harimau buruannya di Kendeng Lembu, Banyuwangi. Dalam foto itu, terlihat betapa harimau Jawa memiliki ukuran tubuh sangat besar, dengan tapak kaki selebar wajah manusia, yang konon bisa membunuh seekor sapi dengan sekali hantam.

Berbagai catatan dari peneliti Belanda juga menyebutkan ukuran rata-rata harimau Jawa lebih besar dari harimau Sumatera dan harimau Bali, bahkan sedikit lebih besar dari harimau Malaya dengan panjang rata-rata 200-245 cm. Berat jantan berkisar antara 100-140 kg dan betina berkisar antara 75-115 kg. 

Baca juga: Banyak Kisah Perjumpaan Tapi Minim Bukti, Apakah Harimau Jawa Masih Ada?

Cerita soal ukuran harimau Jawa juga tertuang dalam Babad Lakbok, sebuah naskah sejarah yang ditulis R. Muh. Sabri Wiraatmadja mulai 1925 dan selesai tahun 1937.

Lakbok adalah nama tempat yang asalnya merujuk pada keberadaan harimau besar di sana. Menurut R. A. Danadibrata dalam Kamus Bahasa Sunda, “Lakbok” adalah bahasa Sunda kuno yang artinya maung nu gedé pisan (harimau yang sangat besar). 

Nama ini dilekatkan pada seekor harimau besar yang hidup di daerah lahan gambut di Ciamis. Saat hutan dan rawa dibuka untuk dijadikan permukiman dan lahan pertanian, para binatang pun terdesak dan pergi menjauh, salah satunya yaitu lakbok.

Harimau besar yang mulai kehabisan tempat bersembunyi itu kabur ke hutan Cimadang di daerah Padaherang dan menyerang manusia, namun akhirnya mati dikepung pemburu. 

Dalam jurnal Planning Tiger Recovery: Understanding Intraspecific Variation for Effective Conservation, Wilting et al. Sci. Adv. 2015;1:e1400175, juga disebutkan bahwa harimau Jawa merupakan subspesies terbesar di Kepulauan Sunda, diikuti harimau Sumatera dan Bali. 

Baca juga: Mengapa Harimau Bisa Jadi Pemakan Manusia?

Lalu mengapa cerita orang-orang yang mengaku bertemu harimau loreng menyebutkan ukurannya hanya sebesar kambing?

Menurut Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wirdateti, hewan karnivora seperti harimau bisa mengecil ukurannya karena mangsanya makin sedikit sehingga ukuran tubuh keturunan selanjutnya menyesuaikan diri.

Selain itu, jika benar yang ditemukan adalah harimau Jawa, maka faktor kelangkaan juga berpengaruh. Tidak adanya harimau lain menyebabkan hewan itu kawin sedarah atau inbreeding, yang akhrnya mempengaruhi kualitas keturunannya, antara lain menjadi lebih kecil.

“Mungkin harimau Jawa sekarang menjadi lebih kecil karena selain mangsa makin sedikit, juga karena mereka kawin sedarah atau inbreeding sehingga mempengaruhi pertumbuhan keturunannya,” ujar Widarteti saat dihubungi Desember 2024.

Inbreeding, yaitu perkawinan antara individu yang memiliki hubungan kekerabatan dekat, dapat memberikan dampak negatif pada mamalia. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa inbreeding dapat memengaruhi kesehatan, reproduksi, dan keberlangsungan populasi mamalia. 

Inbreeding mengurangi variasi genetik dalam populasi. Hal ini disebabkan karena individu yang kawin memiliki alel yang lebih mirip. Penurunan keanekaragaman genetik membuat populasi lebih rentan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan, karena mereka memiliki kemampuan adaptasi yang terbatas.

Individu hasil inbreeding sering menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah, pertumbuhan lambat, atau kelemahan fisik.

Dalam populasi kecil, inbreeding dapat mempercepat penurunan jumlah individu, meningkatkan risiko kepunahan karena ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan atau serangan penyakit.

Hal itu senada dengan pernyataan ekolog satwa liar sekaligus peneliti harimau, Sunarto. Menurutnya, agar dapat bertahan hidup dan terus berkembang biak dalam jangka waktu yang panjang, ada populasi minimal suatu jenis satwa dengan populasi minimal sebanyak 50 ekor untuk dapat melawan sindrom kawin sedarah, dan 500 individu untuk menjaga kestabilan genetik. 

Artinya, bila yang dijumpai para saksi itu memang benar harimau Jawa, maka ukurannya yang kecil bisa diduga akibat variasi genetiknya yang terbatas karena jumlah individu yang sangat sedikit.

Baca juga: Mencari Harimau Jawa, Antara Ada dan Tiada

Leave a comment