Di Balik Dominasi Teknologi China, Pendidikan Jadi Fondasi Utama
KOMPAS.com – Keinginan China untuk menjadi pusat produksi teknologi dunia yang tertuang dalam mimpi ambisius “Made in China 2025” tampaknya mulai terwujud. Ingat kejadian DeepSeek yang “menghantam” saham perusahaan teknologi raksasa Amerika Serikat (AS)?
Itu hanya salah satu cerita kekuatan China yang tengah berkembang di bidang teknologi krusial seperti Artificial Intelligence (AI). Kini, Negeri Tirai Bambu semakin menunjukkan tajinya di kancah industri teknologi dunia.
Baca juga: China Bikin Agen AI Manus, Bisa Bekerja Bebas Tanpa Instruksi Tambahan
Kebangkitan industri teknologi China
Dalam pengembangan komputer kuatum, China baru-baru ini memamerkan Zuchongzhi-3, prototipe prosesor komputer kuantum yang diklaim 1.000 triliun (1 kuadriliun) kali lebih cepat dari El Capitan, superkomputer buatan AS terkencang saat ini.
Kemudian, dalam industri teknologi mobil listrik, China berkembang pesat. Berdasar data WTO, pada 2023, China berhasil jadi eksportir mobil listrik tertinggi dengan total 1,8 juta unit yang diekspor, mengalahkan Jepang dan Jerman yang sempat mendominasi di 2017.
Kisah kebangkitan teknologi China jadi lebih heroik saat mengalami tantangan dari luar. Sejak 2018, AS getol menghambat China dengan memberi sanksi kepada perusahaan teknologi China dan mengenakan tarif tinggi.
Huawei kala itu jadi target besar yang dilarang memakai berbagai teknologi AS, seperti sistem operasi, chipset, dan modem 5G. China tak gentar sedikit pun dan Huawei malah mengembangkan ekosistem sendiri.
Dalam teknologi semikonduktor, meski belum secanggih AS, China berhasil memproduksi chipset sendiri. Huawei dan perusahaan semikonduktor China SMIC bisa membuat chipset Kirin 9000s yang mendukung 5G. Selain itu, Huawei juga bikin sistem operasi sendiri.
Semangat China untuk mengurangi ketergantungan semikonduktor AS juga tampak di industri AI. Dalam melatih AI, DeepSeek ternyata memakai chip Huawei Ascend 910C, selain chip Nvidia H800 yang berspesifikasi lebih rendah dari H100 karena dibatasi AS.
Kebangkitan China juga perlahan masuk di industri chip memori alias RAM. Dalam laporan terbaru Korea Institute of Science and Technology Evaluation and Planning, perusahaan RAM asal China CXMT berhasil mendominasi pasar global.
Kini, CXMT menempati urutan dua dalam pasar RAM tepat membayangi perusahaan AS Micron. CXMT berhasil mengalahkan perusahaan RAM Samsung dan SK Hynix yang telah mendominasi selama ini.
China tidak main-main dalam mewujudkan kemandirian teknologi. Kebangkitan teknologi yang dialami sekarang bukan datang begitu saja. Pembangunan teknologi di China dibangun dari gagasan yang kuat dari masa ke masa.
Kemudian, gagasan itu juga dituangkan dalam serangkaian inisiatif untuk membangun kemandirian teknologi China. Dari inisiatif tersebut, China tak pernah luput melibatkan pendidikan untuk menyiapkan sumber daya manusia.
Gagasan inovasi dan kemandirian teknologi dari masa ke masa
China telah berkembang pesat dari negara yang tertinggal dalam sains dan teknologi modern menjadi negara dengan kekuatan besar yang memiliki sains dan teknologi berpengaruh penting secara global.
Perkembangan itu tak lepas dari gagasan inovasi dan kemandirian teknologi yang diamini China sejak lama. Jika China kini gencar mengembangkan dan memproduksi produk teknologi, itu tak lepas dari ajaran untuk terus menghasilkan inovasi.
Inovasi berarti segala aktivitas untuk mendorong tatanan baru. Pembangunan China hingga bisa seperti saat ini bertumpu pada gagasan inovasi. Ada beberapa ajaran filosofis yang telah mengalir dalam tradisi China untuk terus berinovasi dalam hidup.
Dikutip dari buku Xi Jinping’s New Development Philosophy (Hu Angang, 2018), pada masa Dinasti Yinzhou, terdapat konsep inovasi bahwa, “semua cara yang bermanfaat mengikuti perkembangan zaman,” yang tertuang dalam kitab I Ching (the Book of Changes).
Konsep tersebut mengajarkan untuk terus menggali kebenaran dan mengikuti perkembangan zaman melalui ide-ide inovatif, metode inovatif, dan teknologi inovatif, sehingga dapat mencapai arah yang dituju.
Inovasi sangat penting dalam ajaran filosofis China. Para filsuf China mengajarkan untuk tidak perlu takut berinovasi dan kondisi inovasi harus tetap dijaga untuk menghadapi segala tantangan yang ada.
Pemikir neo-konfisianisme seperti Cheng Hao dan Cheng Yi menjelaskan satu nilai pentingnya terus berinovasi dengan mengatakan bahwa, “Seorang pria sejati harus memperoleh kemajuan baru setiap hari selama belajar. Seseorang yang memperoleh kemajuan setiap hari akan berkembang setiap hari”.
Nilai inovasi terus mengalir di China. Presiden China periode 1993-2003, Jiang Zemin pernah menyampaikan, inovasi adalah jiwa kemajuan suatu bangsa dan dorongan yang tak ada habisnya bagi kemakmuran suatu negara.
Gagasan inovasi yang jadi tradisi China itu ditranslasikan sebagai pembangunan kemandirian teknologi. Mulai era Mao Zedong, China telah menganggap bahwa kemandirian sains dan teknologi adalah tujuan yang penting dicapai.
Presiden Mao Zedong pernah menyampaikan dengan tegas bahwa China tidak bisa mengekor pada pengembangan teknologi yang telah dilakukan di berbagai negara. China harus mendobrak tatanan secara mandiri menggunakan teknologi yang canggih.
“Kita tidak bisa memaksakan prinsip siap pakai dari pengembangan teknologi di berbagai negara di seluruh dunia. Kita tidak bisa merangkak di belakang negara lain selangkah demi selangkah. Kita harus mendobrak tatanan dan mengembangkan China menjadi kekuatan besar modernisasi sosialis dalam kurun waktu yang singkat dengan menggunakan teknologi canggih sejauh mungkin,” kata Mao.
Bidang sains dan teknologi menjadi ujung tombak inovasi China dalam pembangunan. Sejak era keterbukaan pasar Den Xiaoping, China menganggap bahwa sains dan teknologi adalah kekuatan produktif yang perlu dikuasai.
Mimpi Made in China 2025
Gagasan-gagasan itulah yang dipakai China untuk merumuskan berbagai inisiatif guna menggapai mimpinya dalam menguasai teknologi. Mimpi China untuk bisa mandiri secara teknologi telah dibangun jauh sebelum inisiatif Made in China 2025 muncul.
Pada Januari 1956 dalam konferensi negara tertinggi ke-6, Mao Zedong menyampaikan bahwa China perlu menyusun rencana jangka panjang yang dapat mengubah keterbelakangan ekonomi, sains, dan budaya dengan cepat dalam beberapa dekade.
Dari ide tersebut, pemerintah China lantas menyusun Rencana Jangka Panjang Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 1956–1967, untuk mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Inisiatif tersebut memiliki fokus pada pengembangan teknologi untuk bangkit dari ketertinggalan. Dalam inisiatif ini, China belajar dari negara lain dan menggabungkannya dengan pengetahuan lokal untuk membangun kemandirian.
Inisiatif ini bisa dibilang merupakan desain rencana pertama bagi China untuk mengejar perkembangan teknologi. Inisiatif ini juga menjadi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi China ke depan.
Sejak saat itu, China rutin merancang inisiatif pengembangan teknologi. Pada sekitar 1980-an di era keterbukaan pasar, China aktif mengembangkan kerja sama dengan negara lain agar bisa mengadopsi teknologi-teknologi canggih.
HIngga 1990-an, China berfokus untuk mengejar ketertinggalan dan mempersempit kesenjangan informasi, jaringan, dan teknologi tinggi, dengan menjalankan agenda rejuvenasi nasional melalui sains dan pendidikan.
Pada sekitar 2000-an ke atas, China mulai fokus untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan teknologi secara independen. Secara bertahap, China memiliki fokus untuk menjadi pemimpin dalam pembangunan teknologi.
Mimpi menjadi pemimpin dalam pembangunan teknologi tertuang dalam Made In China 2025. Perlu diketahui, Made In China 2025 adalah inisiatif untuk menguasai teknologi tinggi dengan meningkatkan kemampuan produksi atau manufaktur dalam negeri.
Made In China 2025 dibuat di era Presiden Xi Jinping yang diluncurkan oleh Perdana Menteri Li Keqiang pada 8 Mei 2015. Dalam Made In China 2025, peningkatan kemampuan manufaktur menjadi fokus utama untuk bisa mencapai kemandirian teknologi.
Lewat Made In China 2025, China ingin meningkatkan kemampuan manufaktur dengan inovasi, mengutamakan kualitas produk, efisiensi, dan integrasi teknologi. Dengan begitu, China bisa menguasai teknologi dan tidak bergantung dengan negara lain.
Peningkatan kemampuan manufaktur dalam Made In China 2025 difokuskan pada 10 industri teknologi tinggi, yang antara lain adalah sebagai berikut:
- New generation IT Industry (chip, komputer kuantum, jaringan berkecepatan tinggi, sistem operasi, dll)
- Automated machine tools and robotics
- Aviation and aerospace equipment
- Offshore engineering equipment and high-tech shipping
- Advanced rail transportation equipment
- Energy saving and new energy vehicles
- Electrical equipment
- New materials
- Biotech, pharma, and high-performance medical devices
- Agricultural machinery and equipment
Made In China 2025 dijalankan dengan target 10 tahun, dari 2015 hingga 2025. Tahun ini, 2025, artinya menjadi pembuktian China apakah berhasil meraih mimpinya. Kantor berita The South China Morning Post melakukan investigasi terkait capaian Made In China 2025.
Laporan yang dibuat tahun lalu itu memetakan terdapat lebih dari 260 target pembangunan manufaktur pada 10 area industri tersebut dalam Made In China 2025. Analisis menunjukkan 86 persen dari agenda tersebut berhasil tercapai.
Beberapa target seperti target kendaraan listrik dan produksi energi terbarukan, telah terlampaui dengan baik. Sebagai hasil langsung dari agenda Made in China 2025, telah terjadi perkembangan besar di China.
Beberapa perkembangan besar itu antara lain seperti jumlah kendaraan listrik yang dibeli oleh China telah melampaui kendaraan berbahan bakar fosil, dengan merek lokal yang paling populer dan pesawat penumpang China C919 mulai melayani beberapa rute tersibuk.
Kemudian, adopsi teknologi 5G yang meluas hingga memungkinkan penumpang kereta api di China menikmati internet berkecepatan tinggi, bahkan saat melewati terowongan.
China juga mulai banyak punya pabrik cerdas yang menerapkan automasi.
Di sektor perangkat telekomunikasi, China punya ponsel kelas atas yang menggunakan chip dan sistem operasi dalam negeri dan jadi produk terlaris. Kemudian, kapasitas produksi galangan kapal China telah melampaui Amerika Serikat lebih dari 200 kali lipat.
Meski telah mencatat berbagai capaian, pembangunan teknologi China masih belum optimal di beberapa area seperti teknologi fotolitografi lanjutan untuk manufaktur chip dan teknologi jaringan berbasis satelit.
Akan tetapi, capaian dalam Made In China 2025 membuktikan bahwa negara ini mengalami perkembangan pesat dan mampu bersaing secara global, walaupun mendapatkan tembok besar dari AS.
Baca juga: Perang Dingin sejak 2020, Presiden China dan Jack Ma Berdamai?
Membangun teknologi dengan pendidikan dan penelitian
Capaian atas mimpi Made In China 2025 dijalankan dengan berbagai strategi. Salah satu strategi yang tak luput adalah peningkatan kemampuan talenta atau sumber daya melalui sektor pendidikan.
Dalam Made In China 2025, pembangunan sumber daya terampil merupakan salah satu prinsip utama yang menjadi fondasi pembangunan Infrastruktur. China menerapkan mekanisme ilmiah untuk memilih, mempekerjakan, mendidik, dan melatih sumber daya.
Pembangunan talenta terampil ditujukan untuk mendukung agenda penelitian dan pengembangan teknologi utama. Lembaga pendidikan tinggi (universitas) dan lembaga penelitian ilmiah digenjot untuk dapat mendukung riset dan pengembangan teknologi.
Menurut laporan BBC, kampus-kampus di China bisa menghasilkan rata-rata dari 6.000 doktor di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) setiap bulan. Di AS jumlahnya sekitar 2.000-3.000, sedangkan di Inggris jumlahnya 1.500.
China tak hanya memproduksi talenta melalui pendidikan. Pendanaan pada riset dan pengembangan teknologi juga tak kalah besar. Pada 2024, pengeluaran China untuk riset dan pengembangan diperkirakan mencapai 3,6 triliun yuan (sekitar Rp 8.200 triliun).
Dukungan riset dan pengembangan China tampaknya membuahkan hasil. Misalnya, di bidang paten, Pada tahun 2023, China berhasil mengajukan 1,7 juta paten, dibandingkan AS yang hanya 600.000 paten.
China melompat sangat jauh. Pasalnya, dua dekade sebelumnya, China hanya memiliki sepertiga paten yang diajukan oleh AS, seperempat dari Jepang, dan jauh di belakang Korea Selatan dan Eropa.
Penelitian teknologi di China juga kian berkembang. Berdasarkan laporan Australian Strategic Policy Institute, sepanjang 2019-2023, China berhasil memiliki lembaga penelitian unggulan dan menguasai jumlah penelitian berdampak tinggi atas 57 dari 64 teknologi krusial.
Teknologi krusial itu mencakup teknologi pertahanan, luar angkasa, energi, lingkungan, kecerdasan buatan (AI), bioteknologi, robotika, siber, komputasi, material canggih, dan bidang teknologi kuantum utama.
Di periode 2003-2007, China hanya bisa memiliki penelitian berdampak tinggi di 3 dari 64 teknologi krusial. Sementara itu, AS di periode 2003-2007 berhasil menguasai 60 dari 64 teknologi. Namun, pada 2019-2023, AS hanya menguasai 7 dari 64 teknologi.
Untuk mendukung pendidikan, China menggelontorkan dana yang tak kalah besar. Dikutip dari laman resmi pemerintah China, dana pendidikan pada 2023 mencapai 6,46 triliun yuan (sekitar Rp 14.500 triliun).
Dari total dana pendidikan itu, porsi pengeluaran terbesar untuk pendidikan dasar mencapai 2,84 triliun yuan (sekitar Rp 5.000 triliun) dan diikuti oleh pengeluaran untuk pendidikan tinggi sebesar 1,76 triliun yuan (sekitar Rp 3.900 triliun).
China tampaknya sadar betul bahwa membangun teknologi tidak dapat dijalankan tanpa membangun sumber daya manusia melalui pendidikan. China menyiapkan serangkaian inisiatif untuk mendidik talentanya.
Mendidik talenta lewat pelatihan
Upaya mendidik talenta untuk membangun pembangunan teknologi China dijalankan dengan meningkatkan berbagai pelatihan. Pada sekitar awal tahun lalu, China memiliki agenda meningkatkan pasokan talenta guna untuk menggenjot pengembangan digital pada 2026.
Serangkaian dukungan akan diberikan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas talenta. China memberikan pelatihan ke talenta di sektor-sektor baru, seperti big data, kecerdasan buatan, manufaktur cerdas, sirkuit terpadu, dan keamanan data.
Selain untuk talenta baru, pelatihan juga ditargetkan talenta profesional di berbagai industri sehingga mereka dapat menjadi ahli dalam teknologi.
Kemudian, talenta digital yang telah belajar di luar negeri didorong untuk kembali dan memulai bisnis baru, khususnya di sektor kecerdasan buatan, teknologi informasi, manufaktur cerdas, dan e-commerce.
Sementara itu, talenta digital domestik dapat menerima pelatihan di luar negeri. Dukungan China pada pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan talenta ini yang tampaknya membuat Wenfeng, pendiri DeepSeek, percaya diri pada industri AI dalam negeri.
Beberapa waktu lalu, Wenfeng optimis jika industri AI China bisa melampaui AS dengan talenta dalam negeri yang terlatih. Ia dengan bangga menunjukkan jika semua karyawan DeepSeek merupakan talenta lokal.
Mendorong pendidikan vokasi
Salah satu “pabrik” penting penghasil talenta China adalah sekolah pendidikan vokasi atau kejuruan. China berhasil mendorong pendidikan vokasi sehingga menghasilkan orang-orang terampil di industri baru.
Laporan pengembangan pendidikan vokasi China pada 2024 menunjukkan 70 persen pekerja baru di bidang manufaktur modern, industri strategis yang sedang berkembang, dan layanan modern, merupakan lulusan sekolah kejuruan.
Capaian ini terwujud berkat aksi China dalam meremajakan pendidikan vokasi.
Pada 2021, China memperbarui jurusan kejuruan yang dapat mencakup industri strategis yang sedang berkembang, sektor layanan modern, dan transformasi digital.
Selain memperbarui jurusan, jumlah sekolah vokasi di China terus digenjot. Pada 2023, sekolah vokasi tingkat tinggi membuat 1.266 lokasi sekolah baru dengan jurusan sesuai industri strategis yang sedang berkembang.
Menurut Kementerian Pendidikan China, hingga tahun 2023, China telah memiliki lebih dari 11.000 sekolah kejuruan, termasuk sekolah teknik, dengan hampir 35 juta siswa belajar di sekolah-sekolah tersebut.
Dukungan universitas dalam pengembangan talenta
Mimpi China menguasai teknologi penting tidaklah berjalan sendiri. Kampus atau universitas di sana juga memiliki peran penting untuk mendukung perkembangan teknologi penting dengan menyiapkan talenta digital.
Dalam laporan Reuters, beberapa kampus top di China baru-baru ini serempak mengumumkan akan memperluas penerimaan mahasiswa dengan fokus pada pengembangan talenta di bidang-bidang teknologi penting seperti AI.
Pengumuman tersebut muncul setelah universitas-universitas China meluncurkan kursus AI pada Februari kemarin setelah kemunculan DeepSeek yang fenomenal, AI China canggih sekelas AI AS yang dikembangkan dengan biaya lebih murah dan pakai talenta dalam negeri.
Kemunculan DeepSeek yang digawangi talenta dalam negeri menunjukkan keberhasilan China dalam mengembangkan sumber daya manusia sendiri dan menanggulangi pembatasan terbaru AS atas visa pelajar China.
Universitas-universitas tampak memiliki semangat yang sama untuk mengembangkan talenta dalam negeri di bidang teknologi penting.
Dalam pengumuman serempak ini, Universitas Peking mengatakan akan menambah 150 tempat mahasiswa sarjana pada tahun ini untuk fokus pada bidang penting yang tengah berkembang, seperti ilmu dan teknologi informasi, teknik, dan kedokteran klinis.
Kemudian, Universitas Renmin mengatakan bahwa mereka akan menambah lebih dari 100 tempat di bidang seperti AI untuk meningkatkan inovasi.
Selanjutnya, Universitas Shanghai Jiao Tong akan menambah 150 tempat dengan fokus pada teknologi mutakhir dan industri baru yang sangat dibutuhkan, seperti AI, sirkuit terpadu, biomedis, perawatan kesehatan, dan energi baru.
Kekompakan lembaga pendidikan untuk mendukung rencana strategis nasional dalam menguasai industri dan teknologi dilandaskan pada rencana pendidikan yang dikeluarkan China pada Januari kemarin.
Pada Januari lalu, China mengeluarkan rencana aksi nasional pertamanya untuk membangun negara pendidikan yang kuat pada 2035, untuk membantu mengoordinasikan pengembangan pendidikannya dan meningkatkan efisiensi dalam inovasi.
Pendidikan teknologi di sejak dini
Selain di level universitas, China juga menyiapkan kurikulum pendidikan teknologi penting seperti AI pada tingkat sekolah dasar dan menengah. China ingin talenta-talenta mudah telah mengenal AI sejak dini.
DIkutip dari Fortune, mulai semester kedua tahun ini, sekolah dasar dan menengah di Beijing, Ibu Kota China, akan menawarkan setidaknya delapan jam kelas AI setiap tahun ajaran dengan berbagai macam materi.
Siswa berusia enam tahun akan mulai diajarkan tentang bagaimana cara menggunakan chatbot dan alat lainnya, latar belakang umum tentang teknologi, dan etika AI.
Komisi Pendidikan Kota Beijing mengatakan, sekolah dapat mengintegrasikan pelajaran terkait AI dengan studi yang sudah ada seperti teknologi informasi dan sains atau bisa juga membiarkannya berdiri sendiri.
Mereka juga menguraikan rencana untuk membangun kurikulum AI yang bisa dipakai dalam jangka waktu tertentu, membangun sistem pendidikan dan pelatihan AI umum, meluncurkan sistem pendukung, dan menggalakkan promosi studi tersebut.
Studi ini diharapkan akan memperkuat China dalam memenangkan perang AI. Rencana penyelenggaraan pelajaran AI di sekolah dasar dan menengah ini muncul setelah instruksi Kementerian Pendidikan China yang diberikan pada akhir tahun lalu.
Pada Desember 2025, Kementerian Pendidikan China mengumumkan bahwa mereka memilih 184 sekolah Tiongkok untuk menjadi percontohan model dan program dalam kurikulum AI sebagai dasar untuk mengembangkan program yang lebih luas.
China kini telah menganggap bahwa AI menjadi kunci utama bagi sistem pendidikan di negara tersebut. Serangkaian strategi di atas menunjukkan jika pendidikan memainkan peran penting dalam menggapai mimpi China untuk menguasai teknologi.
Penguatan pendidikan untuk menyiapkan talenta tidak hanya dijalankan di satu level tertentu. Dari level pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, semua diberikan peran sebesar-besarnya untuk mendukung perkembangan teknologi China.
Dalam Made In China 2025, strategi-strategi yang dijalankan China di berbagai bidang, termasuk menyiapkan talenta lewat pendidikan, untuk menguasai industri dan teknologi sejatinya tidak selesai hanya pada 2025.
Semua strategi dijalankan untuk menyambut 2049, tepat 100 tahun berdirinya China baru. Pada target jangka panjang itu, China ingin menjadi negara adidaya pusat manufaktur dunia dengan sistem teknologi dan industri yang terkemuka.
Baca juga: 4 Startup AI China yang Wajib Diwaspadai Selain DeepSeek
Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno. Caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a. Anda harus install aplikasi WhatsApp terlebih dulu di ponsel.