Jatuh Bangun Brand Lokal Bandung hingga Moncer di Pakaian Umrah
BANDUNG, KOMPAS.com – Owner Tubita, brand lokal asal Bandung, David Afriwinsyah, menceritakan jatuh bangun dirinya membangun usaha fashion.
Pria berusia 31 tahun ini memulai bisnis fashionnya di tahun 2020. Ini merupakan bisnis kedua, dari sebelumnya bergerak di bidang digital marketing.
“Saat mulai bisnis fashion dengan menyasar segmen menengah dengan branding pakaian murah dengan platform marketplace,” ujar David dalam rilisnya, Jumat (27/12/2024).
Baca juga: Kisah Sukses Bumdes Mekar Jaya di Kuningan, Ubah Limbah Tutut menjadi Kuliner Khas
Bisnisnya saat itu berjalan baik. Namun memasuki 2021 hingga 2022 bisnisnya menurun hingga mengalami kerugian cukup besar akibat fee marketplace yang semakin naik.
Bahkan, di tahun 2022 menjadi drama paling besar karena Tubita harus melakukan layoff hingga 20 karyawan dari 27 yang ada.
Baca juga: Kekompakan Warga Tembalang di Semarang, Menabung Bareng untuk Umrah Sama-sama
Ubah Strategi
Pada 2022 akhir, David mengubah strategi bisnisnya. Ia menaikkan harga dan kualitas untuk menjangkau market di segmentasi baru. Ia mengganti fokus dari awalnya kuantitas yakni terjual banyak meskipun margin kecil, menjadi kualitas lebih baik dengan harga lebih mahal.
“Saat itu saya menganggap jika produk-produknya terjual sedikit tapi margin mencukupi, kami masih bisa menghidupi karyawan,” ungkap dia.
David juga mengubah produknya menjadi keperluan fashion. Hal itu terinspirasi dari perjalanan umrah David. Ia melihat animo orang-orang yang banyak merindukan umrah. Ia melihat antusiasme ini dianggap menjadi segmentasi yang bagus.
Akhirnya, di 2023, ia mengeluarkan produk baru dengan harga baru. Ia bermain di harga Rp 300.000an agar bisa menjangkau semua calon jemaah umrah.
“Ternyata kelas menengah untuk belanja di kisaran 300.000an itu masih sangat aman”, ungkap David.
Tubita terus berinovasi hingga membuat produk-produk dengan harga dan kualitas premium. Pada akhir 2023, mereka merilis produk premium dengan harga Rp 750.000, yang kemudian naik menjadi Rp 850.000. Tak disangka, produknya dibeli artis Bunga Citra Lestari (BCL).
“Ia belanja satu artikel kita dengan semua warna untuk keperluan umrah, total ada lima warna”, ungkap David.
Gamis yang dibeli dan dipakai BCL saat umrah, booming. Memanfaatkan momentum, ia meminta izin menggunakan foto-foto BCL untuk keperluan promosi. Sehingga banyak artis lainpun memperhatikan produk-produknya dan kemudian menggunakannya seperti Natalie Sarah, Wika Salim, Dini Aminarti, Irish Bella, hingga Prilly Latuconsina.
Kunci Sukses: Tren Umrah dan Market Ibu-ibu
Pada awalnya Tubita tidak berfokus untuk mengendorse artis, apalagi artis sinetron.
“Tapi ternyata ketika muka artis itu dipakai untuk promosi, buying power-nya mampu menaikan conversion karena ada market ibu-ibu yang punya uang”, jelas David.
Ia menilai, buying power ibu-ibu ini jauh lebih besar dibanding generasi millenial.
“Secara keuangan, kebanyakan yang beli adalah keluarga besar, yang biasa diinisiasi oleh seorang ibu yang paling tua”, ungkap David.
Segmentasi ibu-ibu ini familiar dengan sinetron sehingga ketika dipakai oleh artis dengan branding yang tepat dengan target market yang punya uang, terjadilah pertumbuhan bisnis yang signifikan.
Di sisi lain, secara demografi, data pada 2023, peserta umrah dari Indonesia mencapai 1,2 juta orang, dan Jabar penyumbang terbesar sekitar 30 persen. Hal ini cocok karena Tubita berasal dari Kota Bandung.
Kini kondisi Tubita semakin membaik dengan jumlah karyawan mendekati pulih. Selain gamis, mereka pun menawarkan aksesori keperluan umrah seperti inner, ciput, sarung tangan, kaos kaki, dan lain-lain.