Informasi Terpercaya Masa Kini

Gaikindo: Harga Mobil Baru Tak Terjangkau Masyarakat Kelas Menengah

0 2

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara menyebut potensi pasar otomotif nasional, terutama mobil baru seharusnya bisa lebih besar dibanding yang dicapai saat ini.

“Kalau dilihat populasi kita 280 juta, tetapi rasio kepemilikan (kendaraan) kita masih relatif rendah yaitu 1:99. Bahwa seharusnya kita membuat industri otomotif ini tetap optimistis dan bersinar karena potensinya luar biasa,” buka Kukuh di Jakarta, Kamis (21/11).

Dalam penjelasannya saat diskusi Pilar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Industri Otomotif Harus Bangkit, Kukuh bilang ada beberapa sebab pasar otomotif nasional terjebak pada angka satu juta unit per tahun sejak tahun 2013 silam.

“Berdasarkan kajian, isu yang muncul, kita lihat ada isu terhadap daya beli masyarakat. Pembeli kendaraan bermotor yang mayoritas kelompok kelas menengah belakangan menurun, bahkan diskusi terbaru lebih kurang 10 juta kelas menengah kastanya turun,” katanya.

Padahal dalam paparannya, sektor lain industri otomotif dalam negeri sejatinya terus berkembang. Misalnya diakui Kukuh, jumlah investasi terus alami kenaikan, kinerja ekspor tumbuh 550 ribu unit, dan kapasitas produksi Indonesia mencapai sekitar 2 juta unit.

“Kebijakan otomotif perlu jangka panjang, tidak bisa dadakan karena mereka yang mau investasi perlu berpikir strategis dengan rencana paling tidak 20 tahun ke depan, jangan salah strategi. Kapasitas produksi kita 2,5 juta unit, potensi pasar kita sebenarnya 2,8 juta unit,” terangnya.

Sejatinya pasar otomotif, terutama untuk segmen kendaraan penumpang telah menyentuh angka 2 juta unit per tahun. Hanya saja, Kukuh berujar sebagian besar konsumsi berada di segmen mobil bekas yang kini lebih transparan dan menjanjikan.

“Berdasarkan riset mobil bekas itu transaksinya sampai 1,4 juta (unit), datanya ini pun belum seluruhnya terkumpul. Jadi dari kemungkinan kami pasar mobil bekas itu 1,8 juta unit, mobil baru kita terjual 1 juta unit. Kalau ditotal kan potensinya 2 juta unit,” jelasnya.

Turunnya daya beli artinya ada sebagian kelas masyarakat yang hilang yaitu di segmen menengah. Seperti yang dijelaskan Kukuh, ada lebih kurang 10 juta masyarakat secara keuangan tak lagi mampu menjangkau produk mobil baru yang ada sekarang ini.

“Ini kan alarm, kalau 10 juta itu turun kasta mereka tak jadi beli mobil baru. Lalu ke mana? Kajian kita, ternyata pendapatan mereka ini sebelum turun naiknya sekitar 3 persen,” imbuhnya.

“Sementara mobil yang bisa dijangkau mereka Rp 300 juta ke bawah atau bahkan Rp 200 juta ke bawah artinya menjadi tidak terjangkau, tetapi tetap perlu kendaraan untuk bekerja dan sebagainya, yang pada akhirnya pilih mobil bekas,” pungkas Kukuh.

Meningkatnya pembelian mobil bekas, dirinya mengungkapkan hal tersebut menjadi bukti bahwa kebutuhan dan daya beli masyarakat terhadap kendaraan tetap ada. Sayangnya, pertumbuhan positif sektor mobil bekas dikatakannya tak berefek langsung ke industri.

“Artinya kan potensi (pembelian kendaraan) kita ada, yang harus kita jaga adalah daya beli. Cuma (mobil bekas) tidak memberi dampak terhadap industri, ada 1,5 juta orang bergantung di industri (otomotif) ini. Kalau terganggu berat karena arahnya nanti ke lapangan kerja,” pungkas Kukuh.

Gaikindo akhirnya merevisi target penjualan kendaraan baru dari 1 juta unit menjadi 850 ribu unit untuk tahun ini. Manuver ini diambil asosiasi setelah melakukan diskusi dengan anggotanya dan menimbang kondisi pasar sepanjang tahun 2024 berjalan.

Hingga Oktober, jumlah penyaluran kendaraan baru dari pabrik ke diler (wholesales) totalnya sudah 710.406 unit, sementara retail atau dari jaringan diler ke konsumen langsung tercatat 730.637 unit yang disumbang dari 39 merek berbeda.

***

Leave a comment