Pengaruh Kolonialisme di Bidang Budaya yang Sampai Sekarang Masih Bisa Dirasakan oleh Bangsa Indonesia
Intisari-online.com – Seperti hantu yang bergentayangan, kolonialisme menorehkan luka yang dalam di tubuh Nusantara.
Tak hanya merampas kekayaan alam, ia juga mencengkeram jiwa dan raga bangsa, merubah tatanan budaya yang telah berakar kuat selama berabad-abad.
Walau sang penjajah telah angkat kaki dari bumi pertiwi, namun warisan kolonialisme masih membayang, menari-nari di antara reruntuhan kejayaan masa lalu, dan diam-diam mengukir jejaknya di kehidupan bangsa Indonesia hingga saat ini.
Bahasa: Senjata Penakluk yang Abadi
Bahasa, sebagai alat komunikasi, juga menjadi senjata ampuh bagi penjajah untuk melanggengkan kekuasaannya.
Bahasa Belanda, yang dulunya merupakan bahasa para penguasa, kini telah bertransformasi menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
Istilah-istilah teknis dalam berbagai bidang, seperti kedokteran, hukum, dan pemerintahan, masih banyak yang menggunakan kosakata serapan dari bahasa Belanda.
Arsitektur: Jejak Kemegahan yang Terlupakan
Bangunan-bangunan megah peninggalan era kolonial, seperti Lawang Sewu di Semarang, Istana Merdeka di Jakarta, dan Gedung Sate di Bandung, masih berdiri kokoh, menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu.
Gaya arsitektur Eropa, dengan pilar-pilar menjulang tinggi dan ornamen-ornamen yang rumit, menjadi simbol kekuasaan dan kemewahan penjajah.
Sistem Pendidikan: Warisan yang Membelenggu Pikiran
Sistem pendidikan kolonial dirancang untuk menciptakan tenaga kerja terampil yang patuh dan tunduk pada penguasa.
Kurikulum yang terpusat dan hierarkis, serta penekanan pada hafalan dan kepatuhan, masih menjadi momok dalam dunia pendidikan Indonesia hingga kini.
Seni dan Budaya: Hilangnya Jati Diri
Kolonialisme juga membawa dampak besar pada perkembangan seni dan budaya Indonesia.
Seni tradisional, yang dulunya merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, mulai terpinggirkan.
Musik, tari, dan teater tradisional tergeser oleh pengaruh budaya Barat yang dianggap lebih modern dan berkelas.
Mentalitas: Luka yang Tak Kunjung Sembuh
Salah satu warisan kolonialisme yang paling sulit dihapus adalah mentalitas inferioritas yang tertanam dalam jiwa bangsa Indonesia.
Rasa minder dan tidak percaya diri di hadapan bangsa asing masih menjadi penghalang bagi kemajuan bangsa.
Sumber:
Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: Serambi.
Cribb, R. (2000). Historical Atlas of Indonesia. Richmond Surrey: Curzon Press.
Kahin, G. McT. (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca, New York: Cornell University Press.
Anderson, B. (1991). Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism. London: Verso.
Said, E.W. (1978). Orientalism. New York: Pantheon Books.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
—