Dilema Pekerja Jakarta: Gaji Mepet vs Biaya Hidup yang Gak Masuk Akal
Kalau ngomongin kerja di Jakarta, kesannya keren. Kota besar, pusat bisnis, peluang banyak.
Tapi begitu dijalani… Ya ampun, rasanya kayak lagi main game survival, cuma bedanya ini dunia nyata!
Bayangkan saja, kerja di ibu kota, gaji UMR sekitar 5 jutaan, tapi biaya hidup jauh lebih tinggi dari ekspektasi.
Harga kos merangkak naik, makan di warteg saja sudah tidak sehemat dulu, transportasi pun semakin mahal. Belum lagi kalau kena macet, waktu dan tenaga terbuang percuma di jalan.
Seringkali muncul pertanyaan, cukupkah gaji di Jakarta untuk hidup layak? Realitanya, banyak yang harus ‘nombok’ tiap bulan, memilih berjalan kaki demi menghemat, atau mencari pekerjaan sampingan.
Inilah dilema pekerja Jakarta: berjuang dengan gaji terbatas atau mencari cara agar hidup tak tertekan masalah keuangan.
Jadi, kalau kamu masih berpikir kerja di Jakarta itu selalu menjanjikan, coba deh lihat realitanya. Apakah beneran worth it, atau justru jadi beban hidup?
Ngomongin gaji pekerja di Jakarta, mayoritas masih berkutat di angka Rp4,9 juta – Rp5,5 juta, alias kisaran UMR DKI Jakarta.
Itu pun kalau kerja di perusahaan yang patuh aturan. Banyak juga yang masih digaji di bawah UMR, apalagi untuk pekerja di sektor informal atau yang baru mulai kerja.
Sekarang, coba kita bedah uang Rp5 juta itu cukup atau tidak untuk hidup di Jakarta.
1. Biaya Sewa Kos: Mulai dari Rp500 Ribu – 1,5 Juta, Tapi Masih Harus Milih yang Sempit
Hidup di Jakarta berarti harus cari tempat tinggal, kecuali tinggal dengan orang tua. Kos-kosan standar (bukan yang elite, bukan juga yang horor) di pinggiran Jakarta bisa Rp500 Ribu– Rp 1 juta/bulan.
Kalau mau yang lebih nyaman atau dekat kantor, bisa lebih dari Rp 1,5 juta ke atas. Banyak yang akhirnya kos di daerah yang lebih murah seperti Bekasi, Depok, atau Tangerang, tapi ujung-ujungnya harus keluar uang lebih untuk transportasi.
2. Makan: Warteg pun Sudah Tidak Murah
Dulu, warteg jadi penyelamat, tapi sekarang harga nasi telor saja bisa Rp15-20 ribu.
Kalau makan 3 kali sehari, minimal butuh Rp45-60 ribu/hari atau sekitar Rp1,5 juta/bulan.
Itu kalau kuat terus-terusan makan warteg. Sesekali ngopi atau jajan, bisa lebih boros lagi.
3. Transportasi: Mau Hemat, Tapi Waktu dan Energi Terkuras
Kalau kerja kantoran dan harus PP naik transportasi umum seperti KRL, MRT atau TransJakarta, ongkos bisa sekitar Rp20-40 ribu/hari atau sekitar Rp600 ribu – Rp1 juta/bulan.
Kalau naik ojol setiap hari bisa Rp2 juta lebih/bulan, bahkan lebih mahal dari biaya kos!
Maka dari itu, banyak pekerja Jakarta yang akhirnya rela jalan kaki 2-4 km sehari agar irit ongkos.
4. Kebutuhan Lain: Tagihan, Pulsa, dan Gaya Hidup Minimalis Pulsa + kuota internet: Rp100-300 ribu/bulan Listrik dan air (kalau ngekos di tempat yang nggak all-in): Rp100-200 ribuSkincare atau perawatan basic: Rp100-300 ribu Nongkrong atau hiburan sesekali: Bisa bervariasi, tapi kalau sering, langsung jebol anggaran.
Dengan pengeluaran yang terus membengkak, gaji Rp5 juta seringkali tak bersisa.
Bahkan, tak jarang harus ‘tekor’ tiap bulan atau mencari tambahan penghasilan demi bertahan hidup.
Impian menabung atau investasi sulit diwujudkan, kecuali dengan disiplin ketat dan pengorbanan gaya hidup.
Jadi, bagi yang masih berpikir gaji 5 jutaan di Jakarta itu besar, coba deh dihitung lagi. Jakarta itu kota dengan banyak peluang, tapi juga tempat yang bisa bikin kantong tipis kalau tidak pintar mengatur pengeluaran.
Jakarta, kota yang menawarkan sejuta peluang, namun juga menantang dengan biaya hidup yang terus melonjak.
Harga-harga kebutuhan pokok terus naik setiap tahun, berbanding terbalik dengan pertumbuhan gaji yang lambat, bahkan stagnan. Tanpa pengelolaan keuangan yang cerdas, keuangan bisa terancam di tengah bulan.
Kalau kerja di Jakarta, transportasi itu bisa jadi salah satu pengeluaran terbesar. Mau hemat, tapi kalau jarak kantor jauh, tetap saja keluar uang lebih. Apalagi kalau kena macet, sudah keluar uang, tenaga juga terbuang di jalan.
Naik KRL atau TransJakarta:
Harga tiket KRL Rp3.000-6.000 sekali jalanTransJakarta Rp3.500 flat rateTotal ongkos PP bisa Rp600 ribu – Rp1 juta/bulan
Naik Ojol? Hati-hati Boncos!
Sekali jalan minimal Rp15-30 ribu (tergantung jarak & jam sibuk) Kalau PP naik ojol tiap hari bisa kena Rp2 juta lebih/bulan
Punya motor sendiri, lebih hemat? Belum tentu!
Bensin: Minimal Rp300-500 ribu/bulanParkir: Bisa Rp200-500 ribu/bulan Servis rutin + pajak: Tambah lagi biaya lain-lain
Jadi, apapun pilihan transportasinya, tetap saja butuh anggaran khusus. Maka dari itu, tidak heran banyak pekerja rela jalan kaki 2-4 km agar irit ongkos.
Punya rumah sendiri di Jakarta?
Mimpi aja dulu, karena harga tanah sudah tidak masuk akal. Bagi yang ngekos atau ngontrak, ini gambaran harga yang umum:
Kos standar di pinggiran Jakarta: Rp500 Ribu – Rp1 juta/bulanKos dekat pusat kota: Bisa Rp1,5 juta – Rp2 juta/bulan bahkan lebih. Kontrakan sederhana: Mulai Rp1,5 juta – Rp2 juta/bulan
Kalau penghasilan hanya Rp5 juta, hampir setengahnya langsung habis untuk tempat tinggal!
Dulu warteg itu penyelamat, tapi sekarang harga makanan semakin naik.
Nasi + lauk sederhana (telor/ayam sayur): Rp15-25 ribu Makan 3x sehari di warteg: Rp45-75 ribu/hari Sebulan bisa habis Rp1,5 – Rp2,5 juta!
Itu baru makan biasa, belum kalau sesekali mau jajan kopi, camilan dan lain-lain.
Coba kita hitung kebutuhan biaya/bulan:
Kos/Rumah Rp2 jutaMakan Rp2 jutaTransportasi Rp1 jutaPulsa & Internet Rp200 ribuListrik & Air Rp200 ribuTotal Rp5,4 juta
Gaji Rp5 juta saja sudah tidak cukup kalau untuk hidup yang minimalis banget. Belum masuk biaya tak terduga, hiburan, atau dana darurat.
Jakarta itu unik. Satu sisi, ada mal mewah, restoran fancy, apartemen miliaran, tapi di sisi lain, ada pekerja yang harus jalan kaki jauh agar irit ongkos, makan seadanya supaya cukup sampai akhir bulan.
Di satu jalan, ada kantor-kantor besar dengan orang-orang berjas rapi, tapi di sudut lain, ada pekerja kasar yang berusaha bertahan dengan gaji harian. Kontras ini bisa kita saksikan di setiap sudut Jakarta.
Jadi, bagi yang masih berpikir hidup di Jakarta itu enak, coba dipikir lagi. Kota ini memang punya peluang, tapi kalau gaji pas-pasan, siap-siap hidup serba hemat atau cari tambahan pemasukan agar tidak terus-terusan ngos-ngosan.