Informasi Terpercaya Masa Kini

Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk, Risiko Ini Hantui Stabilitas Sistem Keuangan RI

0 5

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga hingga kuartal II/2024.

Meski demikian, Sri mulyani mengatakan bahwa sistem keuangan Indonesia masih menghadapi berbagai risiko terutama di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Beberapa risiko tersebut, mulai dari tensi di Timur Tengah, perang Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung, hingga pemilihan umum di banyak negara yang memicu berbagai perdebatan terkait perbedaan kebijakan yang sangat panas.

Baca Juga : Sri Mulyani Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2024 Tembus 5%

“Ini semuanya menimbulkan sebuah dinamika geopolitik karena negara-negara besar itu tentu dipengaruhi oleh kondisi global dan juga mempengaruhi kondisi global,” katanya dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024, Jumat (2/8/2024).

Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini juga diperkirakan melambat menjadi sebesar 3,2% berdasarkan proyeksi dari International Monetary Fund (IMF), dari pertumbuhan 3,3% pada 2023.

Baca Juga : : Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan Kuartal II/2024 tetap Terjaga

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), imbuhnya, diperkirakan tetap baik yang didorong permintaan domestik, sedangkan ekonomi China belum kuat dengan pertumbuhan pada kuartal II/2024 yang sebesar 4,7% secara tahunan, seiring lemahnya permintaan domestik dan berlanjutnya tekanan sektor properti.

Lebih lanjut, perkembangan terkini menunjukkan inflasi di AS pada Juni 2024 menurun sejalan dengan turunnya tekanan harga energi dan perumahan, sementara tingkat pengangguran di AS meningkat.

Hal ini kemudian mendorong perkiraan penurunan Fed Funds Rate (FFR) dapat lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada akhir tahun 2024. 

Namun demikian, Sri Mulyani mengatakan bahwa yield US Treasury 10 tahun diperkirakan tetap tinggi karena kebutuhan pembiayaan defisit anggaran pemerintah AS. Selain itu, indeks mata uang dolar AS juga masih kuat.

“Perkembangan ini membuat ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi, yang bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang belum mereda, dan perkembangan politik yang dinamis seiring penyelenggaraan Pemilu di berbagai negara, mengakibatkan aliran modal ke negara berkembang relatif terbatas,” kata dia.

Leave a comment