Informasi Terpercaya Masa Kini

Luhut Resmikan Produksi Pertama Bahan Baku Baterai Lithium-ion di Kendal

0 8

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan dimulainya tahap pertama produksi dan rencana ekspansi fasilitas produksi bahan katoda Lithium Iron Phosphate (LFP) oleh PT LBM Energi Baru Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Kendal, Jawa Tengah pada Selasa (8/10/2024).

Bahan katoda LFP merupakan salah satu komponen untuk membuat baterai lithium ion atau baterai LFP.

Produksi tahap pertama itu dalam rangka proyek kemitraan investasi strategis antara konsorsium Indonesia Investment Authority (INA) dan Changzhou Liyuan New Energy Technology Co., Ltd. (Changzhou Liyuan).

Baca juga: IBC Ajak Kolaborasi Pengembangan Industri Baterai di Kawasan ASEAN

“Sebagaimana sering disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo, Indonesia tidak boleh lagi hanya menjadi eksportir bahan mentah. Kita harus menciptakan nilai tambah di negeri sendiri, membangun industri hilir yang kuat,” ujar Luhut dalam sambutannya saat peresmian sebagaimana dilansir siaran pers di laman resmi Kemenko Marves, Rabu (9/10/2024).

“Dan menempatkan diri sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global. Hilirisasi bukan hanya kata-kata, tetapi strategi besar untuk mempercepat kemajuan Indonesia, terutama di sektor yang akan mendominasi masa depan: ekosistem kendaraan listrik, Electric Vehicle (EV),” jelasnya.

Luhut berharap investasi tersebut nantinya bisa berperan penting dalam memenuhi permintaan global terhadap baterai LFP, yang didorong oleh semakin meningkatnya penetrasi kendaraan listrik (EV) di seluruh dunia.

Adapun fasilitas produksi baterai LFP ini terletak di Kendal Industrial Park (KIP), salah satu kompleks industri terbesar di Indonesia dengan status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Baca juga: Pabrik Anoda Baterai Lithium di Kendal Diresmikan, Dorong RI Masuk Rantai Pasok Kendaraan Listrik

Fasilitas tersebut diproyeksikan menjadi produsen Katoda LFP terbesar di dunia di luar China.

Luhut menjelaskan, investasi bersama yang direncanakan sebesar 200 juta dollar AS bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 30.000 ton pada fase I, yakni yang saat ini sedang dalam pelaksanaan produksi percontohan, menjadi 90.000 ton pada fase II, yang diharapkan akan dimulai pada tahun 2025.

“Ini bukan sekadar pabrik, tetapi juga fondasi dari ekosistem EV (kendaraan listrik) Indonesia yang terintegrasi. Melalui penyempurnaan rantai produksi baterai lithium, tidak kurang dari 3 juta unit kendaraan listrik di seluruh dunia akan dipenuhi kebutuhan baterai lithium-nya oleh industri di Indonesia,” ungkap Luhut.

Untuk diketahui, LFP adalah salah satu dari dua bahan kimia utama dalam baterai litium-ion di samping Nickel Cobalt Manganese (NCM). 

Baca juga: PTBA Gandeng BRIN Ubah Batu Bara Jadi Bahan Baku Baterai Lithium

Dikenal akan efektivitas biayanya, LFP sangat cocok untuk EV dan sistem penyimpanan energi.

Berdasarkan studi tentang Ekosistem Baterai EV1, permintaan baterai global diperkirakan akan tumbuh sekitar empat kali lipat antara tahun 2023 dan 2030, yang didorong oleh meningkatnya adopsi EV.

Sehingga LFP diharapkan mampu memainkan peran penting dalam memenuhi permintaan tersebut.

Sementara itu, pada 2030 mendatang NCM diproyeksikan akan mewakili sekitar 50 persen dari permintaan baterai litium-ion.

Baca juga: Bahlil Sebut Indonesia yang Pertama Bangun Ekosistem Baterai Mobil Listrik Terintegrasi

Sementara LFP diperkirakan akan menyumbang sekitar 35 persen, dimana keduanya diperkirakan akan tetap menjadi pusat pertumbuhan industri baterai di masa depan.

“Pada tahun 2030, Indonesia diperkirakan akan melayani pasar senilai sekitar 10 miliar Dolar AS dalam bahan aktif katoda LFP, sehingga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi transisi global menuju energi bersih. Investasi ini juga merupakan bukti daya tarik Indonesia sebagai negara untuk hilirisasi rantai pasok,” tutur Luhut.

Ia menambahkan pabrik bahan katoda LFP juga memberikan dampak signifikan bagi masyarakat setempat, yakni menciptakan potensi lebih dari 2.000 lapangan kerja. Sebanyak 92 persen di antaranya diisi oleh tenaga kerja lokal.

Sementara itu, CEO Changzhou Liyuan, Shi Junfeng, menyatakan PT LBM Energi Baru Indonesia adalah produsen katoda pertama di luar China.

Baca juga: Kunjungi China, Luhut Tawarkan Proyek Baterai hingga Durian

Yang mana pengoperasian tahap awalnya memiliki arti penting bagi peningkatan keamanan pasokan dari rantai pasok energi baru global.

“Kerja sama ini merupakan pencapaian penting lainnya dari kerja sama strategis menyeluruh antara China dan Indonesia. Proyek ini akan memungkinkan Changzhou Liyuan dan INA untuk mencapai kerja sama strategis yang lebih erat,” tutur Shi Junfeng.

Leave a comment