Sebanyak 28% pekerja kategori knowledge worker mempunyai hubungan yang sehat dengan pekerjaan, menurut HP Work Relationship Index 2024. Salah satu alasannya karena menggunakan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Knowledge worker adalah individu atau karyawan yang secara konsisten mengembangkan pengetahuan dan memanfaatkannya dalam bekerja, menurut buku ‘The Practice of Management’ karya Peter Drucker.
“Pekerja yang menggunakan AI 11 poin lebih bahagia atas hubungannya dengan pekerjaan dibanding yang tidak,” demikian dikutip dari riset tersebut.
Survei dilakukan oleh Edelman Data and Intelligence pada 10 Mei hingga 21 Juni. Survei ini dilakukan secara online di 12 negara, mulai dari Amerika, Prancis, India, Jepang hingga Indonesia.
Baca juga:
- Menkominfo Sebut Digitalisasi dan AI Akan Ciptakan 149 Juta Pekerjaan pada 2025
- AI Timbulkan Diskriminasi pada Pekerja Perempuan
- 92% Pekerja Gen Z hingga Boomer di Indonesia Sudah Pakai AI
Total responden 15.600 yang terdiri dari 12 ribu knowledge worker. Sebanyak 2.400 responden merupakan IT decision makers dan 1.200 business leaders.
IT decision maker adalah pengambil keputusan khusus di bidang informasi dan teknologi, sedangkan business leaders ialah pengambil keputusan tertinggi dalam bisnis.
Studi menunjukkan empat manfaat AI bagi pekerja, yakni:
- 73% merasa AI mempermudah mereka bekerja. Sekitar tujuh dari 10 (69%) menyesuaikan penggunaan AI agar lebih produktif
- 60% menyatakan AI berperan penting dalam meningkatkan keseimbangan pekerjaan dan hidup alias work-life balance
- 68% menyampaikan AI membuka kesempatan baru bagi mereka menikmati pekerjaan
- 73% merasa AI mempermudah peningkatan karier
“Sebanyak 37% pekerja yang tidak menggunakan AI cemas pekerjaannya bakal digantikan oleh teknologi. Ini meningkat lima poin dari tahun lalu,” demikian dikutip.
Dari 12 negara yang disurvei, knowledge worker Amerika dan Indonesia menjadi dua negara yang mengalami peningkatan tertinggi terkait hubungan dengan pekerjaan yakni enam poin.