Yogyakarta dan Turis-turis Pelupa
Tatkala itu bakda Zuhur hari ke-5 Lebaran 2025. Saya baru saja masuk rumah seusai salat Zuhur berjamaah di Musholla Aisiyah Kauman Ngupasan Gondomanan Yogyakarta. Mukena belum saya lepas ketika terdengar pengumuman dari pengeras suara Masjid Gedhe.
MOHON PERHATIAN. Telah diketemukan arloji atau jam tangan di tempat wudu putri. Barangsiapa merasa kehilangan bisa menghubungi pihak takmir di meja sekretariat. Di bagian depan serambi masjid. Terima kasih.
“Oalaaah. Lagi-lagi ada orang ketinggalan arloji.” Gumam anak saya yang sedang rebahan.
“Hehehe. Malah pernah sampai 3 kali pengumuman dalam sehari,” sahut saya.
“Heh? Tiga kali sehari? Arloji semua?”
Iya, Nak.” Saya pun melanjutkan, “Rasanya tiap hari ada pengumuman begitu, deh. Kapan hari malah gelang emas yang ketinggalan di tempat wudu. Beberapa kali ada HP juga. Tapi paling sering arloji, sih.”
“Kenapa ya, Bund? Kok banyak yang ketinggalan arloji kekgitu?”
Saya geleng-geleng kepala sebelum akhirnya menjawab,, “Mungkin karena di masjid. Mereka ‘kan harus berwudu sebelum salat. Habis wudu tak ingat untuk memakainya lagi.”
Saya kemudian teringat sebuah obrolan dengan seorang tetangga. Dia bercerita kalau pernah melihat isi salah satu lemari yang ada di Masjid Gedhe Kauman. Di dalam lemari khusus tersebut tersimpan barang-barang jamaah yang ketinggalan dan tak diambil-ambil. Mayoritas memang arloji.
Dapat dipastikan para pemilik barang-barang itu para turis. Bukan warlok. Faktanya, entah di musim liburan atau tidak, memang banyak turis domestik yang singgah di masjid Kraton Yogyakarta itu. Selain beribadah juga sekalian mengagumi estetikanya. Plus tentunya, berfoto ria untuk dokumentasi pribadi.
Nah. Kalau domisili mereka jauh di luar DIY atau malah sampai beda pulau, tentu kecil kemungkinan balik lagi untuk sekadar mengambil arloji yang ketinggalan. Atau, ada kemungkinan mereka memang lupa sama sekali di mana kira-kira arloji hilang.
Saya kemudian berkata-kata lagi, “Sebetulnya enggak cuma arloji lho, Nak. Bunda pernah kok melihat etalase barang-barang milik pengunjung yang ketinggalan di Vredeburg. Ada tas, botol minum, jaket.
Jangankan di Vredeburg dan Masjid Gedhe. Di musala situ saja, itu di Mushola Aisiyah dekat tempat kita ini, ada jaket merah ketinggalan. Sepertinya milik wisatawan yang mampir salat pas Ramadan lalu. Itu masih ditaruh di serambinya. Siapa tahu yang punya lewat pas sedang mencari-carinya”
“Ooo. Hehehe,” respons anak saya setelah panjang lebar saya bicara.
Begitulah adanya. Rasanya bisa dimaklumi kalau banyak turis yang ketinggalan barang. Mungkin sebab sudah mulai kelelahan. Jadinya kurang fokus pada barang bawaan. Yang pada dasarnya pelupa, bisa menjadi makin lupa. Yang bukan pelupa, bisa menjadi lupa.
Ngomong-ngomong, apakah Anda kehilangan arloji saat mengunjungi Yogyakarta? Coba ingat-ingat sejenak. Apakah sewaktu di Yogyakarta sempat salat di Masjid Gedhe? Kalau iya, bisalah coba menanyakannya ke sana. Atau jangan-jangan, ada barang Anda yang tampak dalam foto di atas?
Salam.