Informasi Terpercaya Masa Kini

Senjata Makan Tuan, Dampak Negatif Tarif Impor Trump ke Ekonomi AS

0 18

NEW YORK, KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan penerapan tarif impor pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat, yang disebutnya sebagai Liberation Day alias Hari Pembebasan.

Dikutip dari CBS News, Minggu (6/4/2025), Trump menjanjikan tarif impor ini akan membuat “Amerika kaya lagi” dengan memulangkan pekerjaan manufaktur dan menghidupkan kembali permintaan untuk produk buatan AS.

Namun, banyak ekonom memiliki pandangan berbeda, memperingatkan bahwa tarif impor Donald Trump dapat menyebabkan skenario ekonomi yang lebih buruk, termasuk resesi atau stagnasi ekonomi.

Baca juga: Jusuf Kalla Yakin Tarif Trump Tidak Bakal Picu PHK di Indonesia

Trump mengatakan dua tarif baru yang ia umumkan, yakni tarif impor universal sebesar 10 persen untuk semua impor AS dan apa yang disebut tarif resiprokal atau tarif timbal balik yang diterapkan untuk impor dari sekitar 90 negara, akan merevitalisasi manufaktur AS, menciptakan lapangan kerja, dan menghasilkan pendapatan federal.

Namun, para ekonom membunyikan memperingatkan kebijakan tarif impor ini akan mempercepat inflasi dan meredam pertumbuhan ekonomi AS.

Itu karena tarif impor Trump akan dibayarkan oleh perusahaan AS yang mengimpor barang dan bahan dari negara lain, dan mereka kemungkinan akan meneruskan sebagian atau semua biaya tersebut kepada konsumen melalui harga yang lebih tinggi.

Akibatnya, para ekonom mengatakan, inflasi kemungkinan akan kembali terjadi. Karena belanja konsumen mencapai sekitar 70 sen dari setiap 1 dollar AS dalam produk domestik bruto (PDB) AS, maka pertumbuhan ekonomi AS dapat melambat.

Baca juga: Soal Tarif Trump, APPI Minta Pemerintah Segera Negosiasi dengan AS

 

Secara bersamaan, hasil tersebut dapat menciptakan stagflasi, yaitu gabungan dari “stagnasi” dan “inflasi” yang menggambarkan periode ketika pertumbuhan ekonomi tersendat bahkan ketika harga tetap tinggi.

Risiko resesi, yaitu penurunan pertumbuhan ekonomi setidaknya dua kuartal berturut-turut pertumbuhan negatif, juga meningkat karena tarif terbaru Trump, menurut perkiraan baru dari beberapa ekonom Wall Street.

“Jika tarif impor AS memicu tindakan pembalasan dari negara lain, resesi serius dapat muncul baik di AS maupun secara global,” ujar Mark Zandi, kepala ekonom Moody’s Analytics.

Menurut Zandi, resesi AS kemungkinan akan mengurangi PDB sebesar 2 persen dan meningkatkan angka pengangguran menjadi 7,5 persen, naik dari saat ini sebesar 4,1 persen.

Baca juga: Jusuf Kalla soal Tarif Trump: Jangan Terlalu Khawatir Seakan-akan Mau Kiamat

Pada Jumat (4/4/2025), China mengumumkan akan menerapkan tarif balasan sebesar 34 persen pada impor AS mulai 10 April 2025, sehari setelah tarif impor Trump dijadwalkan berlaku.

Namun, untuk saat ini skenario itu masih tidak mungkin. Zandi memprediksi probabilitas 15 persen.

Jika pemerintahan Trump menurunkan beberapa tarif dan menawarkan pengecualian untuk beberapa produk atau negara, resesi akan lebih ringan, dengan pengangguran mencapai 5,5 persen, tambahnya. Zandi mengatakan ia memberikan probabilitas 35 persen untuk hasil ini.

Yang pasti, sementara banyak ekonom meningkatkan kemungkinan resesi, mereka juga mengatakan ekonomi tetap relatif kuat, dengan pengangguran rendah dan pertumbuhan yang stabil.

Baca juga: Hadapi Tarif Trump, Ini Saran Rachmat Gobel

Banyak hal bergantung pada apakah pemerintahan Trump akan tetap mempertahankan tarifnya atau melonggarkan beberapa kebijakan. Bersiaplah menghadapi inflasi yang lebih tinggi.

“Yang lebih pasti adalah tarif yang ditetapkan Trump akan meningkatkan inflasi,” ujar Gregory Daco, kepala ekonom di EY.

 

“Inflasi dapat meningkat sebesar 1 poin persentase pada akhir tahun, yang akan meningkatkan laju inflasi mendekati 4 persen dari level saat ini,” imbuhnya.

Itu dapat menjadi menyakitkan bagi banyak warga AS, termasuk bagi para pendukung Trump yang mendukung pencalonannya karena janjinya untuk “mengakhiri mimpi buruk inflasi” di tahun-tahun pascapandemi Covid-19.

Baca juga: Ada Tarif Trump, Wakil Ketua Komisi VII DPR: Perkuat Industri Dalam Negeri

 

Menurut jajak pendapat CBS News baru-baru ini, sebagian besar warga AS mengatakan presiden terlalu fokus pada tarif, yang mereka khawatirkan dapat menaikkan harga, dan tidak cukup fokus pada penurunan biaya konsumen.

“Dengan kenaikan tarif paling signifikan yang menargetkan negara-negara yang menjadi pusat rantai pasokan AS untuk barang-barang konsumen, yakni China, Vietnam, Taiwan, dan Kamboja, rumah tangga AS harus mengharapkan harga yang lebih tinggi di berbagai barang sehari-hari,” terang Seema Shah, kepala strategi global di Principal Asset Management.

Prediksi ekonom terkait dampak tarif impor Trump terhadap ekonomi AS

Berikut beberapa prediksi ekonom terkait dampak tarif impor Donald Trump terhadap ekonomi AS.

1. Oxford Economics

Kepala Ekonom Oxford Economics Ryan Sweet mengungkapkan, penerapan tarif impor Trump akan membuat pertumbuhan ekonomi AS mencapai 1,4 persen dan inflasi inti naik menjadi 3,9 persen pada tahun ini.

Baca juga: Apa Itu Tarif Trump? Ini Dampaknya ke Perekonomian

2. PNC Financial Services

“Ekonomi AS dalam kondisi baik pada awal kuartal kedua, tetapi perang dagang yang sedang berlangsung telah meningkatkan risiko resesi jangka pendek secara dramatis,” ujar ekonom PNC Financial Services Ershang Liang.

  3. Capital Economics

Tim ekonomi global Capital Economics memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan melambat menjadi sekitar 1,5 persen per tahun.

“Tetapi risikonya cenderung negatif dan kami akan memperkirakan kemungkinan resesi sekitar 30 persen. Inflasi CPI AS sekarang tampaknya akan melonjak menjadi sekitar 4,5 persen akhir tahun ini,” ungkap mereka.

4. Deutsche Bank

Tim ekonomi Deutsche Bank menyatakan, penerapan tarif berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi AS sebesar 1 hingga 1,5 persentase poin dan menambah jumlah yang sama ke inflasi inti AS.

Baca juga: Tarif Trump Berpotensi Bikin Perang Dagang Baru, Indonesia Terancam Jadi Pasar Produk KW

“Risiko resesi kemungkinan akan meningkat secara material jika tarif ini dipertahankan,” ujar mereka.

5. Morningstar

“Kenaikan tarif yang diumumkan pada tanggal 2 April, jika dipertahankan, merupakan bencana ekonomi yang ditimbulkan sendiri oleh AS. Kami belum menerbitkan pembaruan lengkap, tetapi kami kemungkinan akan mengurangi perkiraan pertumbuhan PDB riil AS untuk tahun 2025 dan 2026. Dampak kenaikan pada inflasi kemungkinan akan memiliki besaran yang sama,” tutur kepala ekonom AS di Morningstar Preston Caldwell.

Leave a comment