Penjualan Gori di Jogja Lesu Jelang Lebaran, Sudah Diobral Tetap Tidak Laku
YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Gudeg, makanan khas Yogyakarta berbahan dasar nangka muda atau gori, menjadi incaran para pemudik dan wisatawan saat momen libur Lebaran, termasuk Lebaran 2025. Namun, penjualan bahan dasar gudeg di Pasar Beringharjo justru terpantau lesu tahun ini.
Giarti, salah satu pedagang gori di Pasar Beringharjo, mengaku bahwa pesanan gori menjelang Lebaran kali ini belum mengalami peningkatan signifikan, berbeda dibandingkan tahun lalu.
“Enggak seperti tahun kemarin, kalau tahun kemarin agak meningkat. Sekarang masih melandai (pesanan),” ujar Giarti, Rabu (26/3/2025).
“Tapi enggak tahu H-2 seperti apa (pesanan),” tambahnya.
Baca juga: Menjelang Lebaran, Penjualan Pakaian di Pasar Beringharjo Lesu, Omzet Turun hingga 50 Persen
Dari segi harga, tahun lalu gori sempat melonjak hingga Rp 50.000 per kilogram karena stok terbatas. Sementara tahun ini, harganya turun drastis menjadi sekitar Rp 22.000 per kilogram.
“Sekarang rata-rata perkilonya Rp 22.000,” ucapnya.
Giarti menjelaskan penurunan harga terjadi karena tahun ini bertepatan dengan musim panen, sehingga stok melimpah, sementara permintaan belum tinggi.
“Kami ambil dari kebun, ini dapat dari Prembun. Kemarin dapat dari Boyolali, sekarang ini kecil-kecil dari Prembun karena nilai rupiah tinggi,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa gori tidak hanya digunakan untuk membuat gudeg, tetapi juga untuk olahan lain seperti lontong sayur khas Padang. Pelanggannya pun tidak hanya masyarakat lokal, tetapi juga perantau asal Padang.
“Kebanyakan untuk Gudeg. Kalau pesanan untuk rumah tangga tersedia. Kalau Lebaran banyak orang Padang Lontong Sayur harus pakai nangka kaya wajib,” ujarnya.
Baca juga: Porter Stasiun Dibayar Harian, Pendapatan Lesu jika Sepi Penumpang
Biasanya, pesanan gori meningkat setelah Lebaran, bersamaan dengan libur panjang.
“Stok masih aman, enggak kaya kemarin. Kalau kemarin Rp 50.000 itu saja barangnya enggak ada,” katanya.
Sementara itu, komoditas lain di Pasar Beringharjo juga belum menunjukkan lonjakan penjualan menjelang Lebaran 2025.
“Ini masih belum ramai, masih biasa kalau harga masih stabil. Yang naik rawit Rp 95.000,” kata penjual sembako, Sutinah.
Ia mengaku heran dengan sepinya penjualan tahun ini, berbeda dibanding periode Lebaran sebelumnya.
“Kalau dulu sudah ramai setelah malam 21 Ramadhan sudah ramai jualannya. Sudah banyak pesan ini sama sekali gak ada yang pesan,” ujarnya.
Akibat sepinya permintaan, ia pun memutuskan untuk tidak menyetok bahan pokok terlalu banyak.