Informasi Terpercaya Masa Kini

Turunkan Suku Bunga Jadi 5,75 Persen, Dampak Apa yang Diharapkan BI ke Perekonomian?

0 3

JAKARTA, KOMPAS.com – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2025.

Keputusan ini tentu telah melalui pertimbangan yang matang dan diharapkan dapat berdampak positif ke perekonomian nasional.

Lantas apa saja dampak yang diharapkan BI ke perekonomian dengan menurunkan suku bunga acuan pada RDG Januari 2025?

Baca juga: Saham Perbankan Terbang Usai BI Turunkan Suku Bunga Acuan

1. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

BI berharap penurunan suku bunga acuan dapat lebih memacu pertumbuhan ekonomi tahun ini. Sebab BI melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini berpotensi melemah.

Bahkan BI sendiri menurunkan proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi 2025 dari yang semula diperkirakan akan sebesar 4,8-5,6 persen atau titik tengah di 5,2 persen menjadi hanya 4,7-5,5 persen atau 5,1 persen.

Demikian juga dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 yang semua diperkirakan akan mencapai 5,1 persen, kini direvisi menjadi sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5 persen.

“Data-data Kuartal IV 2024 dan juga berbagai hasil survei kita ke depan menunjukkan ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi kita, khususnya di tahun 2025 dan mulai kelihatan nih Kuartal IV ini yang lebih rendah dari perkiraan,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (16/1/2025).

This is the timing untuk menurunkan suku bunga supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik,” imbuh Perry.

Baca juga: Apakah Penurunan Suku Bunga BI Jadi 5,75 Persen Baik bagi Ekonomi Indonesia?

2. Meningkatkan Konsumsi, Investasi, hingga Ekspor

Perry melanjutkan, pelemahan pertumbuhan ekonomi pada 2025 karena ekspor diprakirakan lebih rendah seiring dengan melambatnya permintaan negara-negara mitra dagang utama, kecuali Amerika Serikat (AS).

Konsumsi rumah tangga juga masih lemah, khususnya golongan menengah ke bawah lantaran belum kuatnya ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja.

Pada saat yang sama, dorongan investasi swasta juga belum kuat karena masih lebih besarnya kapasitas produksi dalam memenuhi permintaan, baik domestik maupun ekspor.

“Inilah yang kemudian kita memutuskan BI rate supaya mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan,” ungkapnya.

Dengan suku bunga yang lebih rendah, diharapakan akan mempermudah akses ke pembiayaan sehingga dapat mendorong masyarakat dan perusahaan untuk meningkatkan belanja dan investasi.

Baca juga: Menjaga dan Memperbesar Dampak Penurunan BI Rate

3. Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah

Ke depan BI juga melihat masih adanya tantangan dalam stabilitas nilai tukar rupiah karena masih terjadinya ketidakpastian global yang tinggi. Terutama terkait kejelasan arah kebijakan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate (FFR)

Perry bilang, meski masih diliputi ketidakpastian namun BI sudah mulai dapat menakar arah kebijakan FFR dan dampaknya ke perekonomian nasional termasuk nilai tukar rupiah.

“Bukan kami harus menunggu semuanya jelas, namanya pengambilan keputusan selalu menghadapi ketidakpastian. Dan ketidakpastian itu ada indikator ekonomi keuangan dan kejelasan arah kebijakannya. Nah kejelasan arah kebijakan sudah mulai kelihatan, meskipun memang belum-belum jelas banget,” jelasnya.

Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada awal 2025 ini sebesar 1 persen dari level nilai tukar akhir 2024 dinilai masih relatif stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya ke depan.

“Kami dalam dua hari ini melakukan exercise ya, skenario-skenario nilai tukar. Kesimpulannya, nilai tukar sekarang dan ke depan itu masih konsisten dengan nilai fundamental yaitu pencapaian inflasi dan juga perkembangannya,” ucapnya.

4. Menjaga Inflasi Sesuai Sasaran

BI mencermati tingkat inflasi pada tahun ini dan tahun depan akan lebih rendah dari perkiraan awal yakni sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen.

Inflasi yang rendah sudah terlihat sejak 2024 dimana Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2024 yang sebesar 1,57 persen cenderung lebih mendekati batas bawah sasaran 1,5-3,5 persen.

“Kami perkirakan dua tahun ini juga masih akan tetap rendah. Dengan inflasi yang rendah terbuka untuk menurunkan suku bunga,” tuturnya.

Sehingga dengan suku bunga yang lebih rendah, diharapkan dapat mendorong inflasi karena suku bunga rendah dapat meningkatkan permintaan.

Ke depan, BI akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya dan nilai tukar yang sesuai fundamental, dengan tetap mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan nasional.

Leave a comment