Life Begins at Forty?
Saat itu beberapa hari menjelang hari jadi saya, istri saya kerap kali bertanya kepada saya, ujarnya “mau hadiah apa untuk tahun ini?” Dengan ringan dan diiringi tawa saya menjawab, “tidak tahu.” Surprise is always the best gift, isn’t it.. Hahahahah..
Beberapa saat setelah itu, saya berkesempatan untuk short getaway dengan mengikuti agenda business trip istri saya ke pulau Bali.
Perjalanan kali ini sedikit berbeda, karena pikiran saya tidak hanya diisi dengan holiday mood, tetapi ada sebuah pemikiran (atau pertanyaan tepatnya) yang menggelitik dalam hati saya.
Orang berkata bahwa, Life Begins at Forty seperti sebuah buku yang ditulis oleh Walter B. Pitkin. But for me, hidupku dimulai pada tahun 1998, saat saya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadiku.
Yohanes 10:10, Yesus berkata, “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”
Kehadiran Yesus dalam hidup saya membuat saya memiliki hidup yang bermakna, memiliki tujuan, penuh sukacita, dan bersifat kekal di dalam Dia. Sebuah hidup yang berkelimpahan yang telah saya miliki dalam Kristus.
Hari ini saya adalah ayah dari dua orang gadis yang mencintai Tuhan Yesus. Mereka tumbuh menjadi gadis yang bisa melihat rencana Tuhan dalam kehidupan mereka kedepan.
Yang seorang bercita-cita mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang pada fase tersulit dalam kehidupannya dengan menjadi seorang perawat.
Dan adik kecilnya bercita-cita membawa keceriaan bagi orang lain dengan merancang outfit paling keren untuk mereka. Tuhan Yesus, saya berdoa, tolong dan mampukan saya menjadi ayah yang baik bagi dua putriku serta mendampingi mereka menggapai cita-cita mereka seturut rencana Tuhan.
Saya juga adalah suami dari seorang istri yang telah mendedikasikan hidupnya di dunia edukasi. Sudah puluhan tahun istri saya membantu anak muda menemukan program serta universitas yang mendekatkan mereka pada cita-cita mereka melalui pendidikan tinggi yang mereka tempuh.
Dan sudah banyak kali saya bersama istri menjumpai mereka saat mereka sudah menjadi ‘seseorang’. Tuhan Yesus, jadikan saya pendamping yang sepadan bagi istri saya dan terus mendukungnya untuk menjadi berkat bagi anak anak muda.
Dalam dunia berjemaat dan pelayanan di rumah Tuhan, saya bersyukur sekali bahwa hari ini Tuhan Yesus memberikan sebuah privilege bagi saya untuk melayani di gereja lokal saya, khususnya melalui Communication Department.
Sebuah peran yang telah saya gumuli dalam keseharian pekerjaan saya. Dan melalui pelayanan di ranah media ini, saya berkesempatan untuk turut berpartisipasi dalam mewartakan kebenaran Kristus melalui media dan internet, sebuah tools yang memungkinkan Firman Tuhan diwartakan secara luas hingga ke pelosok.
Saya juga sangat bersyukur bahwa hari ini saya bertumbuh dalam keluarga rohani, Connect Group, yang terus membantu saya bersama keluarga untuk terus menjaga hidup dalam kebenaran Firman Tuhan.
Sekali lagi, bukankah sebuah hidup yang berkelimpahan yang telah saya miliki dalam Kristus? Dengan kehidupan seberlimpah itu, apa lagi yang perlu saya minta sebagai hadiah? Hahahahah…
Sebuah pemikiran dalam bentuk pertanyaan yang muncul dalam hati saya, yaitu “Apa yang saya bisa lakukan dalam hidup saya untuk dapat menjadi berkat bagi orang lain, Tuhan?” Pertanyaan inilah yang akhirnya menggiring saya membuat akun Kompasiana dan menjadi seorang Kompasianer.
Pagi itu, di dalam penerbangan yang mengantarkan saya bersama istri menuju Denpasar Bali, Tuhan ingatkan saya pada platform Kompasiana. Dan Tuhan juga ingatkan tulisan-tulisan sederhana saya di aplikasi catatan di telepon genggam saya.
Pada aplikasi itu saya banyak mencatat rhema dari renungan Firman Tuhan yang saya baca, atau catatan kotbah dari hamba Tuhan yang saya dengar.
Catatan itu sering saya bagikan kepada keluarga rohani saya di Connect Group serta kolega saya di pekerjaan. Pagi itu seolah Tuhan menjawab pertanyaan saya dengan sebersit ingatan tentang platform Kompasiana dan catatan yang ada di telepon genggam saya itu.
Tetapi hati saya masih ragu untuk berkomitmen membuka sebuah blog dan secara rutin menulis. Berbagai pemikiran seperti ‘siapa yang mau membaca?’ atau ‘apakah saya bisa secara konsisten terus menulis ditengah kesibukan?’ dan pemikiran yang melemahkan lainnya.
Hingga pada suatu breakfast di hotel beberapa hari setelahnya, dengan ditemani view laut yang sangat keren, Tuhan Yesus ingatkan saya pada sebuah ayat, yaitu:Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ”Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: ”Ini aku, utuslah aku!” – Yesaya 6:8
Oleh karena itu dengan segala kerendah hatian, hari ini dengan antusias saya membagikan kepada pembaca sebuah komitmen saya yang saya buat kepada Tuhan, yaitu setiap hari Senin pagi dan Kamis pagi saya akan mengunggah sebuah tulisan yang bersumber dari kebenaran Firman Tuhan. Yesaya 55:11 mengatakan bahwa Firman Tuhan tidak akan kembali dengan sia-sia. Saya berdoa agar kebenaran Firman Tuhan yang telah memberkati saya, juga akan memberkati pembaca semua.
Kembali kepada pertanyaan pada judul artikel pertama saya ini, maka jawaban saya: My life begins when I receive Jesus as my only savior!
Sampai jumpa hari Senin dan Kamis..