Mega-tsunami Setinggi 200 Meter di Greenland Sebabkan Bumi Bergetar Selama 9 Hari
KOMPAS.com – Pada September 2023, mega-tsunami di Greenland telah memicu gelombang seismik di seluruh dunia.
Mega-tsunami itu disebabkan oleh krisis iklim yang memicu tanah longsor di Dickson Fjord, King Christian X Land, Greenland Timur, tepatnya pada 16 September 2023.
Tanah longsor di Dickson Fjord menyebabkan mega-tsunami setinggi lebih dari 200 meter.
Longsoran ini terjadi karena gletser di dasar gunung yang menjulang 4.000 kaki di atas Dickson Fjord telah mencair, dilansir dari Scitech Daily (10/9/2024).
Gletser yang menipis membuat gunung menjadi tidak stabil sehingga runtuh dan banyak puing jatuh ke air.
Gelombang tsunami yang terperangkap di Dickson Fjord memicu gelombang seismik yang getarannya menjalar ke seluruh dunia selama 9 hari.
Baca juga: Fosil Cacing Karnivora Raksasa Berusia Lebih dari 518 Juta Tahun Ditemukan di Greenland
Ada dua sinyal berbeda yang terdeteksi
Angela Carrillo-Ponce dari GFZ German Research Centre for Geoscience dan rekan-rekannya mengidentifikasi dua sinyal yang berbeda dalam data seismik dari kejadian tersebut.
Satu sinyal berenergi tinggi yang disebabkan oleh longsoran batu besar yang menghasilkan tsunami, sementara satu sinyal dengan periode yang sangat panjang (VLP) berlangsung selama lebih dari satu minggu.
Analisis mereka terhadap sinyal VLP yang terdeteksi sejauh 5.000 kilometer (3100 mil) menunjukkan, tanah longsor dan tsunami yang terjadi menciptakan seiche atau gelombang tinggi yang berosilasi di perairan.
Dalam kasus ini, seiche tersebut terjadi selama berhari-hari di pantai-pantai di Dickson Fjord.
“Faktanya, sinyal gelombang yang dipicu oleh tanah longsor di daerah terpencil di Greenland dapat diamati di seluruh dunia selama lebih dari seminggu. Dan sebagai seismolog, sinyal inilah yang paling menarik perhatian kami,” kata Carrillo-Ponce.
Menurut dia, analisis sinyal seismik dapat memberikan beberapa jawaban mengenai proses yang terlibat dan bahkan dapat mengarah pada pemantauan yang lebih baik untuk kejadian serupa di masa depan.
“Jika kami tidak mempelajari peristiwa ini secara seismik, maka kami tidak akan tahu tentang seiche yang dihasilkan dalam sistem fyord (teluk yang berasal dari lelehan gletser),” tambahnya.
Baca juga: Mengapa Dinamakan Greenland? Padahal Wilayahnya Putih Tertutup Salju dan Es
Tanah longsor dan mega-tsunami pertama di Greenland
Dikutip dari The Guardian, Kamis (12/9/2024), gelombang tsunami yang dihasilkan telah menghancurkan sebuah situs Inuit tak berpenghuni yang berusia sekitar 200 tahun.
Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa kejadian seperti itu belum pernah terjadi selama setidaknya dua abad.
Selain itu, sejumlah besar gubuk hancur di sebuah stasiun penelitian di Pulau Ella, 70 km (45 mil) dari lokasi longsor. Tempat ini didirikan oleh para pemburu dan penjelajah dua abad yang lalu dan digunakan oleh para ilmuwan serta militer Denmark.
Dr Stephen Hicks dari University College London, salah satu pemimpin tim peneliti mengatakan, ketika pertama kali melihat sinyal seismik, ia merasa benar-benar bingung.
Menurutnya, belum pernah ada gelombang seismik yang berlangsung lama dan menjalar secara global. Sebab, hanya mengandung satu frekuensi osilasi yang pernah terekam.
Sinyal tersebut tampak sangat berbeda dengan gemuruh multi-frekuensi dari gempa bumi.
Dibutuhkan 68 ilmuwan dari 40 institusi di 15 negara untuk memecahkan misteri ini dengan menggabungkan data seismik, pengukuran lapangan, citra di lapangan dan satelit, serta simulasi komputer resolusi tinggi dari gelombang tsunami.
Analisis yang dipublikasikan di jurnal Science ini memperkirakan bahwa 25 juta meter kubik batu dan es menabrak fyord dan bergerak sejauh 2.200 meter di sepanjang fyord.
Seorang pemodel tanah longsor di Institut de Physique du Globe de Paris di Perancis, Anne Mangeney yang merupakan bagian dari tim peneliti mengatakan, tsunami berdurasi panjang yang unik ini menantang model klasik yang sebelumnya digunakan untuk mensimulasikan perambatan tsunami selama beberapa jam saja.
Menurutnya, peristiwa seperti itu akan menjadi lebih umum seiring dengan meningkatnya suhu global.
“Yang lebih hebat lagi, untuk pertama kalinya, kita dapat melihat dengan jelas peristiwa ini, yang dipicu oleh perubahan iklim, menyebabkan getaran global di bawah kaki kita di mana-mana di seluruh dunia,” kata Mangeney.
“Getaran tersebut menjalar dari Greenland ke Antarktika dalam waktu kurang dari satu jam. Jadi, kita telah melihat dampak dari perubahan iklim yang berdampak pada seluruh dunia hanya dalam waktu satu jam,” tambahnya.
Dampak manusia terhadap Bumi juga membuat panjang hari menjadi lebih lama dan menyebabkan pergeseran kutub utara dan selatan.