Ini Dia 7 Film Psikologi Buat Kamu yang Tertarik dengan Isu Kesehatan Mental
Krisis kesehatan mental makin melonjak belakangan ini, khususnya di kalangan remaja. Berdasarkan data dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey pada tahun 2022, sebanyak 15,5 juta remaja Indonesia memiliki masalah pada kesehatan mentalnya. Sedangkan, 2,45 juga remaja mengalamai gangguan mental.
Menurut hasil survei I-NAMHS, gangguan kecemasan menjadi yang paling banyak diderita oleh remaja, diikuti dengan gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, dan gangguan stres pasca trauma (PTSD). Tidak hanya remaja, bahkan pada tahun 2019, ada 15,6 juta penduduk Indonesia secara umum yang mengalami depresi (menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Indonesia).
Melihat angka yang tidak main-main ini, tidak heran bila masyarakat kita makin gencar menyoroti isu kesehatan mental. Pada tahun 2023 saja, Ipsos Global menyebarkan sebuah survei bertajuk Health Service Monitor ke sejumlah orang di 31 negara termasuk Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental adalah isu kesehatan yang paling dikhawatirkan oleh orang-orang, mengalahkan kanker di urutan kedua.
Ada beragam medium dan platform yang bisa dipakai sebagai alat untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya isu tersebut. Salah satunya adalah film. Film mampu berperan sebagai jembatan yang mengajak orang untuk mengintip bagaimana sebenarnya orang dengan gangguan mental hidup dan beraktivitas sehingga empati bisa tumbuh di benak para penontonnya.
Berikut penulis sajikan 7 film psikologi yang memberikan sedikit gambaran macam macam gangguan mental yang ada. Yuk simak daftar di bawah ini.
Girl, Interrupted – Gangguan Kepribadian Ambang (BPD)
Film ini bercerita tentang seorang gadis muda bernama Susanna yang dibawa ke rumah sakit jiwa. Sebelumnya, dia telah menunjukkan sederet perilaku yang bermasalah seperti menjalin hubungan terlarang dengan guru laki-lakinya, ketiduran saat upacara wisuda, membuat pergelangan tangannya lebam, dan meminum banyak pil sembari menenggak vodka.
Film yang dibintangi oleh Angelina Jolie dan Winonan Ryder ini mengandung tema psikologi yang kental. Sebagian besar plotnya diisi oleh karakter dengan gangguan mental yang tinggal di rumah sakit jiwa. Protagonisnya sendiri adalah seorang pengidap BPD. Dia menunjukkan gejala-gejala seperti tidak punya tujuan hidup, mempunyai hubungan tidak stabil, dan melakukan perilaku yang riskan dan ceroboh.
The Virgin Suicides – Gangguan Depresi Mayor
Bunuh diri sangat erat kaitannya dengan depresi. Itu juga yang berupaya ditampilkan oleh Sofia Coppola dalam film garapannya ini. Dikisahkan ada lima gadis remaja cantik yang dikurung di rumahnya sendiri oleh orang tua yang konservatif supaya anak gadis mereka bisa terhindar dari pergaulan bebas. Sekelompok laki-laki terobsesi dengan mereka.
Film ini sangat rentan khususnya bagi remaja yang menderita depresi. Kita tak henti-hentinya disajikan oleh bermacam kasus bunuh di sepanjang film. Lima gadis bersaudara ini diduga mengalami depresi berat karena terlalu dikekang oleh kedua orang tuanya yang super religius. Tindakan yang ekstrim ini menyebabkan emosi anak-anaknya tertekan dan akhirnya berujung pada keputusan yang mengenaskan.
Mulholland Drive – Skizofrenia & Gangguan Kepribadian Ganda
David Lynch senantiasa menghadirkan sensasi sureal pada film yang ia sutradarai. Termasuk Mulholland Drive (2021). Film psikologi thriller ini mengisahkan perjalanan gadis bernama Betty yang baru saja sampai di Hollywood untuk menjadi seorang bintang film.Ketika ia tiba di apartemen bibinya, Betty bertemu dengan wanita asing yang mengalami amnesia. Keduanya bersama-sama mencari tahu tentang identitas asli perempuan itu.
Siap-siap terkejut ya karena plot-twistnya benar-benar di luar nalar. Apa yang Kamu pahami pada paruh pertama film akan langsung buyar dan tergantikan oleh paruh terakhir yang jauh berbeda. Gejala skizofrenia tampak dari persepsi protagonis yang sejak awal ternyata tidak benar-benar nyata. Ia diduga menderita gangguan kepribadian ganda karena perubahan watak drastis yang tiba-tiba antara kedua paruh film.
We Need to Talk About Kevin – Perilaku Sosipatik
Alurnya mengikuti perspektif seorang wanita bernama Eva yang menjadi ibu dari seorang remaja berumur 15 tahun bernama Kevin. Kevin merupakan pelaku pembunuhan masal yang menewaskan sejumlah orang, termasuk rekan-rekan sekolahnya. Ia memanah setiap korbannya hingga meninggal.
Film ini berfokus pada cara Eva menghadapi anaknya yang telah melakukan tindakan kriminal. Kevin sendiri menunjukkan gejala- gejala sosiopati, seperti amarah yang dahsyat, sifat suka menipu, tindakan agresif, melanggar aturan dan keselamatan orang lain, serta kurangnya rasa bersalah. Hubungan keduanya tidak begitu dekat sejak Kevin kecil.
Mysterious Skin – Trauma
Dua lelaki dengan hidup yang berbanding terbalik, Neil dan Brian, dipertemukan oleh nasib karena memiliki ketertarikan yang sama persis, yaitu topik penculikan alien. Ketika diulik lebih dalam, keduanya juga ternyata sama-sama memiliki masa lalu yang kelam, yaitu menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh pelatih bisbol saat keduanya masih kanak-kanak.
Film ini memperlihatkan bagaimana seseorang, khususnya laki-laki, berhadapan dan mengatasi trauma seksual yang ia alami di masa lalu. Sepanjang film, kedua protagonis sering diliputi oleh kilas balik yang mengganggu ketenangan batinnya. Sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri, mereka membuat sebuah keyakinan palsu bahwa mereka adalah korban penculikan alien.
6. A Beautiful Mind – Skizofrenia
Film A Beautiful Mind mengisahkan seorang genius matematika sekaligus penerima penghargaan nobel bernama Nash yang menderita skizofrenia. Dia meyakini bahwa dirinya adalah mata-mata yang dikejar oleh agen federal. Meski demikian, sang istri terus setia mendampingi Nash dalam menghadapi penderitaan jiwa yang tak berkesudahan.
Skizofrenia yang dialami Nash hadir dalam wujud kecemasan tak masuk akal dan keyakinan yang tidak nyata. Ia melihat pola-pola imaginatif di banyak hal padahal mereka tidak saling berhubungan sama-sekali. Kondisinya ini akhirnya ditangani oleh seorang psikiater yang berhasil membantu Nash mengatasi gejala-gejalanya.
7. A Man Called Otto – Depresi & Gangguan Obsesif Kompulsif
Seorang kakek tua penggurutu baru saja kehilangan istri tercintanya. Karena tidak memiliki keluarga ataupun anak, dia hanya menghabiskan waktu berkabungnya sendirian. Dilanda oleh rasa sepi dan depresi yang mendalam, ia beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri, tapi (untungnya) selalu gagal. Kehidupan Otto berubah setelah menjalin hubungan kekerabatan dengan keluarga yang baru pindah di sebelah rumahnya.
Film psikologi yang satu ini memperlihatkan tokoh dengan tanda-tanda gangguan obsesif kompulsif. Otto sangat tegas akan aturan. Dia bisa langsung marah, berteriak, atau memasang wajah kesal apabila ada orang yang mengabaikan aturan sekecil apapun. Gangguan tersebut diikuti oleh depresi yang membuat karakter ini sulit membangun hubungan dengan orang lain. Pada akhirnya ia bisa mengatasi kesulitannya.
8. The Machinist – Insomnia & Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD)
The Machinist (2002) adalah film psikologi thriller yang bercerita tentang seorang pekerja pabrik bernama Trevor penderita insomnia akut. Kondisi ini perlahan menyebabkan Trevor meragukan kewarasannya sendiri. Ia mulai berhalusinasi dan paranoid. Dia juga menunjukkan gejala gangguan stres pasca trauma, seperti ketakutan intens, kemunculan flashback yang mengganggu dan berulang-ulang, dan tidak mampu mengingat kejadian penting.
Karena kilas balik yang sering menghantuinya, Trevor jadi sulit untuk berkonsentrasi. Gejala paranoia juga tergambar dari kecurigaan Trevor kepada salah satu rekan kerjanya. Ia meyakini bahwa orang tersebut membencinya dan berniat untuk membuatnya gila dengan mengirimkan catatan penuh teka-teki. Film ini sarat akan gejala-gejala gangguan mental yang berbeda salam satu karakter. Sutradara berhasil menciptakan film horor psikologi yang apik sekaligus menegangkan.
Penutup Oke, itu tadi daftar film psikologi yang bisa kalian tonton. Penulis mengumpulkan beberapa film dari genre-genre yang berbeda supaya kalian bisa mencocokkan dengan prefensi masing-masing. Boleh kalau mau kasih saran film yang lain. Itu dulu dari aku. Sampai jumpa lagi.