Informasi Terpercaya Masa Kini

7 Tips Frugal Living, Solusi Masa Depan Anti Pusing

0 8

7 Tips Frugal Living Solusi Masa Depan Anti Pusing

Ditulis oleh : eko irawan

Catatan untuk mereka yang gajian sebulan sekali, frugal living atau hidup hemat harus jadi pilihan. Kenapa? Karena tanpa management keuangan yang terencana dengan baik, kelak akan banyak kebutuhan dasar yang sulit terpenuhi. 

Apalagi yang punya tanggungan cicilan yang bersifat langsung potong gaji. Praktis gaji berkurang. Frugal living jadi keharusan karena untuk cari teman di meja makan itu sangat gampang. 

Saat kamu kesulitan dan solusinya cari pinjaman teman atau saudara, apakah gampang? Yang jelas Tak ada yang mau nolong apalagi peduli dengan kesulitan mu. Inilah kenapa frugal living harus diterapkan oleh mereka yang berstatus pegawai atau karyawan.

Berikut 7 Tips Frugal Living Solusi Masa Depan Anti Pusing. Selamat membaca semoga menginspirasi.

1. Ukur kemampuan diri

Berapa penghasilan yang kamu terima setiap bulan? Cukupkah untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupmu? Yang masih single tentu tak bingung belanja anak istri, tapi yang sudah berkeluarga, harus memikirkan pemenuhan kebutuhan makan, kesehatan, pendidikan, listrik, air, BBM, Pulsa/wifi/paket internet dan iuran yang wajib karena kita hidup di masyarakat, seperti pungutan sampah, pungutan sosial dll.

Belanja harus terukur sesuai kemampuan diri. Sepanjang itu semua telah terpenuhi, hari harimu dijamin tidak ada masalah. Bahkan kamu bisa anggarkan giat makan diluar dan rekreasi bersama keluarga. Saat gajian, biasakan buat rencana pengeluaran dan bagi uang yang kamu terima dalam pos pos masing masing. Kamu sendiri yang tahu untuk apa saja. 

Sisanya ditabung untuk persiapan pemenuhan kebutuhan yang tiba tiba muncul, seperti kondangan, hajatan, ada tetangga atau keluarga yang meninggal dan giat sosial lainnya. Misal tiba tiba ada keluarga datang dari luar kota yang bersilaturahmi mengunjungimu, tentu tak mungkin menyuruh mereka makan di luar atau disuruh bawa beras sendiri.

Ukur kemampuan diri jadi wajib karena itu realistis dan bukan pelit. Managemen pengaturan uang harus seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Jika besar pasak dari pada tiang, maka lama lama akan roboh ekonomi keluargamu. 

Rejeki memang ada yang ngatur, tapi jangan masa bodoh dengan hal hal yang seharusnya bisa diantisipasi. Misal motor kamu tiba tiba bannya bocor atau bensinnya habis di jalan, apa ada yang gratis? Tiba tiba beras habis, apa ada minimarket yang kasih gratis.

2. Evaluasi life style

Life style itu memberikan warna pada hidupmu. Apakah kamu termasuk banyak bergaya tapi tidak didukung oleh penghasilan nyata yang diterima. Jangan niru life style selebritis yang sebulan terima hasil semilyar, sementara kamu terims gaji tak lebih dari 2 juta. Jangan bandingkan dirimu dengan mereka yang anak pengusaha atau pejabat. Ditinggal tiduran sebulanpun semua terpenuhi, karena mereka punya warisan yang dibuat foya foya 7 turunan dijamin tak akan habis.

Boleh tetap bergaya, tapi tetaplah realistis sesuai kemampuan. Yang paksakan diri, tentu hanya upaya bodoh menipu diri sendiri. Ngaku ngaku hidup mewah nan kaya, tapi dibalik itu gelabakan. Yang gawat justru mereka yang pakai jalur menipu orang lain untuk memenuhi life style ala selebritis.

Hidup real yang sepantasnya saja, jangan ikut ikutan pamer dimedsos atau cerita bohong disekitarmu tentang life style Ndakik Ndakik, tapi nyatanya hidupmu rawan bangkrut. Apakah akan bahagia? Tentu kamu sendiri yang susah jika gagal memenuhi life style selangit, tapi memberatkan diri sendiri.

Evaluasi life style perlu dilakukan agar gaya hidupmu sesuai dengan penghasilan mu sendiri. Kuatnya pakai motor, jangan bergaya bawa mobil tapi sewa. Kuatnya makan di warteg, jangan paksakan maem di resto. Jangan pura pura jadi bos, jika kamu mampunya karyawan. Evaluasi ini agar kamu realistis saja.

3. Jangan biasakan Hutang

Hutang dan kredit jadi tradisi dilingkup pegawai dan karyawan. Untuk beli rumah, motor, mobil atau benda benda lain rata rata solusi hutang dan kredit jadi pilihan. Frugal living yang dipaksa adalah dengan hutang dan kredit.

Saking mudahnya memperoleh hutang dan kredit, para pegawai ini sampai buat statement tidak hutang, pasti tidak punya segalanya. Apalagi mereka dipercaya, karena bayar bisa potong gaji, sehingga memberi kepercayaan pada para pemberi pinjaman. Pegawai juga terkenal taat bayar, karena langsung potong gaji sebelum gaji utuh diterima pegawai.

Banyak pegawai yang saking hobbynya hutang dan kredit, semua kebutuhan dicukupi pakai fasilitas hutang. Ada yang gaji habis hingga dibawa 1,5 juta bahkan ada gaji sisa 300ribu doang. Jika sebulan 30 hari, maka rata rata biaya operasional sehari hari adalah 10ribu. Terima gaji tanggal 1, tanggal 4 dompet sudah kosong melompong. Apakah ada? Ada. Terus bagaimana mereka cukupi hidupnya? Akhirnya gali lubang tutup lubang. Hutang ditutup dengan hutang.

Yang diluar potong gaji, mereka banyak kesulitan untuk bayar. Karena bayar Dari mana, jika gajinya saja tinggal 300ribu, sementara untuk biaya hidup keluarga dipenuhi pakai jurus hutang baru, untuk nutup hutang hutang terdahulu. Terus begitu, berulang ulang entah sampai kapan. Quote lucunya demikian :

“Hidup adalah hutang. Hutang sedikit, kurang. Hutang banyak tidak mampu bayar. Tidak hutang Butuh.”

Jangan biasakan Hutang adalah saran terbaik sebelum kamu terjebak lingkaran hutang yang tiada habis sejak muda hingga pensiun. Realistis mana, menabung, hidup hemat atau kebutuhan dicukupi hutang tapi mengorbankan gaji dan bonus yang seharusnya pos kebutuhan bulan depan tapi dipakai sekarang. Bulan depan dicukupi pakai apa? Ya, hutang lagi. Dan yang celaka, itu hutang dipakai untuk life style agar dipuji teman sebagai orang hebat atau dipakai selingkuh, ke bar dan karaoke atau pergi wisata ke luar negeri.

4. Biasakan Menabung Dunia Akhirat

Jika terpaksa memenuhi kebutuhan dasar yang penting seperti kredit rumah atau motor, itu tetap wajar ditempuh dari pada kontrak rumah dan sewa mobil atau motor seumur hidup. 

Barang fungsional harus ada, tapi bukan milik sendiri justru bikin runyam. Untuk kebutuhan ini, jika ditempuh dengan menabung justru akan memakan durasi lama, sementara kita butuh fungsional setiap harinya. Jadi hutang dan kredit masih dianggap wajar. Tapi sisa gaji yang nanti diterima setelah dipotong untuk kebutuhan tsb, tetap diatas ambang minimalis yang wajar.

Urusan menabung ini untuk urusan dunia akhirat. Biasakan Menabung dan beramal secara wajar dan seimbang. Sisihkan penghasilan secara rutin agar makna menabung tetap berarti untuk hidup didunia dan diakhirat. Orang yang banyak hutang, kapan bisa beramal ? Untuk hidup sendiri saja kurang.

5. Selektif dalam Pergaulan

Apa hubungan frugal living dengan pergaulan? Dalam komunitas yang isinya beradu pamer, maka kamu wajib ikut memiliki sesuai standar pergaulan mereka. Yang tak sebanding harus out, dikucilkan dan digosibkan yang tidak bermutu dan kreatif. Soal makanan, pakaian, gaya hidup, hobby dan kebiasaan biasanya jadi ajang pamer yang ditunjukan. Sepanjang kamu mampu mengikuti, its no problem. Tapi kamu yang paksakan diri tanpa ukur kemampuan? Jelas akan jadi masalah keuangan serius.

Pergaulanmu dengan siapa, akan membentuk karaktermu. Kau kumpul dengan orang orang yang pesimis, tukang protes, raja mengeluh dan hobby salahkan dan kucilkan orang lain dengan alasan yang tidak ilmiah/masuk akal, maka kamu akan ketularan pola demikian. Bergaul dengan orang pamer, hobby selingkuh dan cari kesenangan dunia, maka kaupun juga akan ketularan.

Bergaul luas lintas jaringan itu perlu, agar koneksimu terbangun baik. Mereka yang tak bergaul, juga akan terasing di masyarakat. Dikira kamu sombong, dan saat ada kesulitan atau musibah, orang lain akan enggan membantu.

Penting tidaknya bergaul, yang bisa mengukur kemanfaatan dan kemampuan, adalah dirimu sendiri. Bukan dilarang bergaul, tapi yang selektif dalam membangun pergaulan. Hindari bergaul dengan mereka yang boros, bermewah diri, suka pamer dan menebar hal negatif lainnya. Gaji kamu minim, kamu terjebak pergaulan konsumtif, maka hasilnya kamu sendiri yang menemui masalah keuangan. Tak ngikut gaya mereka, kamu dianggap pelit. Tapi ngikut gaya mereka, dompetmu bisa habis untuk hal yang tidak jelas.

6. Jangan beli barang Tak bermanfaat dan jauhi hobby atau kebiasaan yang tidak baik.

Orang bijak, beli barang disekitarnya yang benar benar ada manfaatnya dan jika dijual lagi ada nilai ekonomisnya. Termasuk mengkoleksi barang hobby yang menghabiskan keuanganmu. Jauhi pula kebiasaan yang membuatmu ketagihan dan terjebak kebiasaan yang tidak baik, semisal terjebak kebiasaan merokok, jika tak merokok maka seakan sakau ketagihan tembakau.

Membeli barang yang jika kelak saat tidak dibutuhkan bisa dijual lagi adalah pertimbangan real. Misal beli handphone mahal. Secara fungsional sama saja kegunaannya, dan barang elektronik yang mahal, saat dijual kembali pasti jatuh harga jualnya.

Hobby jangan sampai dihabisi, tapi miliki hobby yang berguna, syukur bisa memberikan solusi penghasilan tambahan untuk kariermu dimasa depan.

7. Pikirkan investasi dan pekerjaan sampingan yang bisa dilakukan

Pegawai banyak yang tidak sadar arti penting investasi dan bisnis sampingan. Mereka sejak muda pola pikirnya tidak kenal bisnis, yang penting manut taat perintah, tiap bulan gajian, beres. Kagetnya setelah pensiun. Atau tuntutan biaya hidup berubah karena inflasi. Harga harga naik dan mahal, sementara yang diterima tetap.

Banyak pegawai tertipu pola pola skema Ponzi dan bisnis investasi yang setor sejumlah uang lalu dapat keuntungan berlipat ganda tapi tidak tau mekanisme seperti apa dibalik bisnis seperti itu. Mimpi pasif income, tidak melakukan kerja tapi yang yang bekerja adalah alasan yang banyak menarik minat pegawai yang rata rata buta soal bisnis.

Menabung adalah investasi paling sederhana. Saat dibutuhkan, masih bisa diambil. Jika tak mampu investasi, maka carilah pekerjaan sampingan yang bisa memberi penghasilan tambahan.

Saran dan Kesimpulan

Frugal living atau hidup hemat perlu dilakukan sesuai kemampuan diri dan teruslah belajar hal baru untuk meningkatkan kualitas diri.

Pegawai ada masa pensiunnya, artinya diusia tertentu dia harus berhenti. Sepandai apapun dia sebagai karyawan, setelah pensiun, dia tidak bakalan mampu bikin perusahaan atau kantor seperti saat dia berdinas dulu. 

Jika tidak punya keahlian lain, mau apa setelah pensiun? Iya kalau dapat uang pensiun, kalau tidak? Mereka yang selama dinas tidak mampu menabung, tidak kenal investasi dan tidak punya ketrampilan kreatif yang bisa dijual, sementara biaya hidup makin mahal sekalipun kamu protes menyatakan diri tidak mampu karena pensiun, kamu tetap harus eksis sekalipun usia menua dan Kamu pensiun.

Jadi frugal living atau hidup hemat sejak muda harus dibikin dengan perencanaan dan pengawasan yang ketat karena gampang cari teman diajak pesta pora, namun saat kamu jatuh, kamu dianggap manusia tak berguna dan siapa yang menolongmu, tidak bakal ada, kecuali dirimu sendiri. 

Masih anggap frugal living itu kuno? Tidak manfaat? Tulisan ini berdasarkan wawancara dan pengalaman drngan banyak orang, dimana mereka menganggap frugal living sebagai sesuatu yang tidak perlu. Nasib dan rejeki memang beda beda. Tapi antisipasi diri sebelum kejadian buruk terjadi perlu dipertimbangkan. Selamat menabung dan berinvestasilah dengan bahagia untuk masa depanmu sendiri.

“Bekerja saat mereka tidur, menabung saat mereka menghamburkan, belajar saat mereka berpesta, menikmati hidup saat mereka bermimpi.”

De Huize Sustaination, 29 Januari 2024.

Leave a comment