Informasi Terpercaya Masa Kini

Kala Rumah Anak SIGAP Atasi Stunting di Pesisir Brebes,Edukasi Orangtua Pola Asuh Positif

0 7

TRIBUN-PANTURA.COM, BREBES – Pagi itu, Izzati Ainur Rizqo tampak bersemangat berjalan cepat dengan menggandeng tangan ibunya, Amalia Miranti (32), Selasa (19/11/2024).

Anak berusia 3 tahun itu berjalan sembari melompati genangan air sisa hujan semalam di perkampungan nelayan Desa Kluwut RT 03 RW 04, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.

Wajahnya seketika semringah. Dia tersenyum setelah sampai di Rumah Anak SIGAP Kluwut.

Buru-buru, dia menarik tangan ibunya untuk masuk.

Izzati menjadi yang pertama sampai. Dia bersama ibunya disambut oleh Solikha (57), fasilitator Rumah Anak SIGAP Kluwut.

Dengan cerianya, Izzati menyalami dan memamerkan rambutnya yang baru dipotong pendek dan berponi. Dia lalu bermain lego balok susun.

 

Saat semua anak sudah sampai, pukul 09.30 WIB, fasilitator membagikan buku cerita berjudul ‘Menyambut saat Noni Datang.’

Para orangtua diminta mendongengkan isi buku tersebut kepada anaknya.

Baca juga: Pemkot Tegal Luncurkan Program Pasti Main Partnership untuk Atasi Stunting

Beberapa anak terlihat mendengarkan sambil menunjukkan jari ke gambar, beberapa yang lain sibuk dengan mainan di tangannya.

Setelah itu, orangtua diarahkan untuk bertanya siapa saja karakter dalam dongeng tersebut. Izzati dengan lancar menjawab pertanyaan dari ibunya.

“Sejak anak belum berumur 3 tahun sudah ikut kegiatan di Rumah Anak SIGAP. Anak jadi lebih aktif dan mudah berinteraksi serta tidak pemalu,” tutur Amalia membanggakan anak pertamanya.

Di ruangan seluas 5×3 meter itu, ada sejumlah tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan bersama orangtuanya. Mereka merupakan peserta kelas Bintang Terang, kelompok anak usia 24 bulan-36 bulan.

Saat kegiatan berlangsung ada lima orang pendamping, satu koordinator dan empat fasilitator Rumah Anak SIGAP, yakni Sri Yuliana (41), Solikha, Maria Ulfa (41), Tarifah (41), dan Taswi (45). Mereka semua kader kesehatan Desa Kluwut.

Setelah materi selesai, fasilitator membuka konsultasi terhadap pola asuh orangtua yang diberikan sehari-hari di rumah. Mulai cara berkomunikasi dengan anak, makanan dengan asupan gizi, dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

“Saya dapat edukasi tentang stunting di sini, mana makanan minuman yang baik dan tidak. Jadi tahu dalam sehari anak harus makan satu protein, paling tidak telur, supaya terhindar dari stunting,” ungkap Amalia yang senang melihat anaknya tumbuh sehat.

Baca juga: Program Doktor FH Unissula Beri Edukasi Masyarakat Bangkalan Bahaya Pernikahan Dini dan Stunting

Manfaat keberadaan Rumah Anak SIGAP Kluwut turut dirasakan oleh Kusripah (35), seorang ibu rumah tangga yang suaminya bekerja sebagai nelayan.

Anak keduanya yang berusia 13 bulan, Fatimah Azzahra Shakwina, tumbuh sehat. Meski belum bisa berbicara, namun sangat aktif dan memahami saat diajak berkomunikasi.

  

“Saya sebagai ibu diajarkan cara mendidik dan berkomunikasi dengan anak. Lalu pola makan, usia 0-6 bulan hanya ASI eksklusif, usia 6 bulan setelahnya diberi makanan pendamping ASI,” kata Kusripah.

Mendongeng menjadi salah satu materi layanan Rumah Anak SIGAP di kelas Kelompok Bermain Bersama (KBB). Semuanya ada empat layanan, tiga lainnya ada Kelas Tematik (KT) Pengasuhan, Kunjungan Rumah (KR), dan Pendampingan Individual (PI).

Dalam kelas tersebut, fasilitator mengajak berdiskusi para orangtua akan manfaat mendongeng.

Empat jawaban didapatkan, satu per satu dituliskan di lembaran kertas yang ditempelkan di dinding, yaitu merangsang anak berbicara, menambah pengetahuan, melatih fokus, dan meluapkan emosi.

“Kalau dikasih cerita anak mendengarkan dan fokus, itu mencerdaskan otak anak. Jadi kami mengarahkan orangtua jika anak rewel jangan dikasih handphone, lebih baik aktif mendidik dengan bercerita,” jelas Solikha, fasilitator Rumah Anak SIGAP Kluwut.

Awalnya Ditolak

Rumah Anak SIGAP Kluwut merupakan program dari Tanoto Foundation yang diresmikan, pada 20 Juli 2022.

Program Siapkan Generasi Anak Berprestasi (SIGAP) itu bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Brebes dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

 

Bangunan yang digunakan milik pemerintah desa, bersebelahan dengan Pondok Bersalin Desa (Polindes) Kluwut.

Jaraknya tidak jauh dari Gapura Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Kluwut, sekira 300 meter ke arah utara.

Di awal berdirinya, warga desa yang mayoritas bermatapencarian sebagai nelayan, tidak langsung menerima keberadaan Rumah Anak SIGAP.

Baca juga: Bantu Atasi Stunting, Kelurahan Kuripan Yosorejo Pekalongan Tanam Sayuran dan Budidaya Ikan Lele

Mereka sempat marah ketika anaknya disebut mengalami stunting.

“Berlangsung tidak mudah. Awal dikatakan stunting itu tidak terima, sempat ribut, menurut masyarakat sini anak-anaknya sehat,” ingat Muniroh (52), Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Desa Kluwut.

Angka stunting di Desa Kluwut saat itu menjadi yang cukup tinggi di Kabupaten Brebes, tercatat mencapai 222 anak. Karena alasan itulah, Pemerintah Kabupaten Brebes menunjuk Desa Kluwut sebagai sasaran Rumah Anak SIGAP.

 

Butuh waktu satu tahun hingga akhirnya masyarakat menerima. Ketua RT ikut turun menyosialisasikan, kemudian fasilitator blusukan ke dusun-dusun.

 

Anak-anak yang dinyatakan stunting diajak untuk hadir bersama orangtuanya di Rumah Anak SIGAP. Secara perlahan mereka diberi pemahaman tentang pola asuh anak yang baik.

Seperti makanan itu harus mengandung gizi, cuci tangan sebelum makan, tidak boleh buang air sembarangan, dan jangan membiasakan meminjamkan handphone kepada anak.

 

“Setelah tahu, ada hasilnya. Yang dulu buang sampah sembarangan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), berhenti. Yang dulu buang air besar (BAB) sembarangan, berhenti. Sehingga tingkat PHBS-nya meningkat, stuntingnya menurun,” katanya.

Rumah Anak SIGAP Kluwut saat ini memiliki sebanyak 121 peserta didik, terdiri dari 47 orangtua, 47 anak, dan 27 ibu hamil.

Sedangkan yang dinyatakan lulus sejak Juli 2022- Agustus 2024, tercatat sebanyak 146 anak didik.

Ada empat pengelompokan sasaran, yaitu kelas Bintang Kecil untuk usia 0-6 bulan, Bintang Ceria untuk usia 6-12 bulan, Bintang Pijar untuk usia 12-24 bulan, dan Bintang Terang untuk usia 24-36 bulan.

Edukasi yang ditekankan adalah pola asuh positif dengan model kelas tematik dan kelompok bermain bersama.

Selain itu ada kegiatan rutin bulanan, seperti kelas ibu hamil, kunjungan rumah, dan kelas remaja usia pra nikah dengan Tim Pendamping Keluarga (TPK).

“Awal mula saya berkecimpung, dulu di sini kumuh sebelum kenal pola asuh. Ibu-ibunya takut imunisasi, tetapi sekarang justru dicari. Anak-anaknya yang semula malu-malu, sekarang percaya diri. Sehingga terjadi perubahan perilaku masyarakat,” jelas Sri Yuliana, Koordinator Rumah Anak SIGAP Kluwut.

Baca juga: Cegah Stunting, Puskesmas Batang Gencarkan Gerakan Minum Pil Cantik Bagi Pelajar SMP

Irwan Gunawan selaku SIGAP Program Manager at Tanoto Foundation, menjelaskan alasan pendirian Rumah Anak SIGAP di perkampungan nelayan Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.

Pada 2022, Tanoto Foundation menandatangani MoU dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk percepatan penurunan stunting.

Ada empat kabupaten/kota yang diusulkan, yaitu Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Banyumas, dan Kota Semarang.

Di Kabupaten Brebes, mulanya ada beberapa opsi desa dengan angka stunting tinggi, seperti Desa Grinting, Desa Kluwut, dan Desa Negla.

Terpilihlah Desa Kluwut, selain karena angka stunting yang tinggi, di sana merupakan kawasan pesisir.

“Pada perjalanannya ternyata cukup menantang, di mana masyarakatnya memiliki karakteristik sendiri. Ketika gak perlu ya, gak datang, ngapain. Komunal tapi individual,” kata Irwan melalui zoom meeting, Rabu (13/11/2024).

Pendekatan terhadap masyarakat pesisir di Desa Kluwut, terbilang sukses. Irwan menilai, keberhasilan itu karena Tanoto Foundation memiliki champions, yakni para fasilitator pilihan dari kader kesehatan.

Kini, para orangtua menjadi lebih pintar dalam mengasuh anak. Pola asuh positif yang diberikan berdampak terhadap penurunan stunting.

“Kami ada beberapa champions (red, fasilitator) di sana. Kader-kader itu yang akhirnya menjadi motor kita untuk menggerakkan masyarakat. Saat ini Rumah Anak SIGAP Kluwut sedang proses mandiri, harapannya bisa dilanjutkan oleh pemerintah desa,” jelasnya.

Tekan Stunting

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3KB) Brebes mencatat, terjadi penurunan angka prevalensi stunting yang cukup signifikan di tahun 2022-2023.

 

Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting di Kabupaten Brebes mengalami penurunan sebanyak 7,5 persen. Dari yang semula di angka angka 29,1 persen turun menjadi 21,6 persen.

 

Bahkan, daerah dengan julukan Kota Telur Asin ini diganjar penghargaan penanganan stunting terbaik se- Indonesia oleh Seameo Recfon dalam ECCNE Award 2023.

Baca juga: Kejar Penurunan Angka Stunting, Bupati Pekalongan Launching Kampung KB dan Integrasi Layanan Primer

Kemudian dari yang semula di urutan ke-35 atau paling bawah dalam penanganan stunting se-kabupaten/kota di Jawa Tengah, kini Brebes menempati posisi ke-14.

“Keberhasilan itu, pertama dilatarbelakangi oleh komitmen pemerintah diikuti sinergitas antar organisasi perangkat daerah. Kemudian keterlibatan semua unsur, seperti organisasi masyarakat, perusahaan, perguruan tinggi, dan lembaga lainnya,” ujar Akhmad Ma’mun, Kepala DP3KB Brebes saat ditemui di kantornya, Selasa (3/12/2024).

Menurut Ma’mun, Tanoto Foundation menjadi bagian penting dalam upaya penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Brebes. Tidak hanya mendirikan Rumah Anak SIGAP, tetapi juga menggagas Peraturan Bupati Brebes Nomor 29 Tahun 2022 tentang Perubahan Perilaku.

 

Pola asuh positif yang diberikan kepada para orangtua inilah yang berdampak terhadap perubahan perilaku masyarakat pesisir Desa Kluwut. Ibu-ibu yang memiliki baduta dan balita menjadi paham tentang gizi seimbang. 

 

“Keberadaannya (red, Rumah Anak SIGAP) sangat strategis dalam percepatan penurunan stunting, sudah terbukti. Di awal data stunting di Desa Kluwut itu jumlahnya sampai 222 anak, sekarang data terakhir 149 anak. Ada penurunan 73 anak atau sekira 32,82 persen,” ungkapnya.

 

Pemerintah Kabupaten Brebes berharap Rumah Anak SIGAP Kluwut tetap beroperasi meski sudah mandiri dari Tanoto Foundation, pada Desember 2024. Program yang sudah berjalan baik, jangan sampai terhenti.

 

Perlu ada sinergi dari pemerintah desa setempat untuk mendukung keberlanjutan Rumah Anak SIGAP.

 

“Meski Desember 2024 ini sudah mandiri, harapannya terus berkesinambungan jangan sampai berhenti. Kami akan dorong agar bisa dikelola oleh kader dan pemerintah desa,” katanya.

Baca juga: Aksi Bersama yang Dilakukan Pemkab Tegal Sukses Turunkan Prevalensi Stunting di 2024 Ini

Sementara itu, Pemerintah Desa Kluwut berencana melanjutkan program Rumah Anak SIGAP yang telah digagas oleh Tanoto Foundation. Tetapi prosesnya harus melalui pembahasan di Musyawarah Desa (Musdes) Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPdes).

Selama dua tahun terakhir, Rumah Anak SIGAP turut mengintervensi stunting bersama program lainnya di Kabupaten Brebes. Seperti program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Gerakan Stunting Peduli Donasi Telur (Gaspol), dan Gerakan Masyarakat Makan Ikan (Gemarikan).

Keberadaan program tersebut berdampak terhadap intervensi penurunan stunting, utamanya bagi anak di usia 0-3 tahun.

“Terimakasih kepada Tanoto Foundation yang sudah memberikan program bagus di desa kami. Harapannya semoga program ini bisa dilanjutkan,” kata Pj Kepala Desa Kluwut, Abdul Gofur. (*)

Leave a comment