Pasukan Bayaran Rusia Dihancurkan Suku Tuareg dalam Pertempuran 3 Hari
REPUBLIKA.CO.ID, MALI — Koalisi milisi yang sebagian besar beranggotakan suku Tuareg telah mengklaim kemenangan besar atas tentara Mali dan sekutunya tentara bayaran, Wagner, Rusia. Mereka meluluhlantakkan tentara Wagner setelah tiga hari pertempuran sengit di sebuah distrik di perbatasan Aljazair.
“Pasukan kami secara meyakinkan menghancurkan barisan musuh ini pada hari Sabtu,” kata sebuah pernyataan oleh Mohamed Elmaouloud Ramadane, juru bicara aliansi Kerangka Strategis Permanen untuk Perdamaian, Keamanan, dan Pembangunan (CSP-PSD) dikutip Aljazirah Ahad (29/7/2024).
“Sejumlah besar peralatan dan senjata disita atau dirusak, dan para tahanan ditawan,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa tujuh pemberontak tewas dan 12 lainnya terluka dalam pertempuran di distrik Tinzaouatene.
Di media sosial, rekaman tentara Mali dan Wagner yang berhasil dikalahkan viral. Dari foto dan rekaman yang beredar, jumlah korban mencapai belasan orang.
Seperti diketahui penguasa militer Mali, yang dipimpin oleh Kolonel Assimi Goita, mengambil alih kekuasaan pada 2020 dan meminta bantuan keamanan dari Kelompok Tentara Bayaran Wagner Rusia, setelah mengusir pasukan Prancis pada tahun 2022.
Sementara suku Tuareg adalah kelompok etnis yang telah berjuang untuk kemerdekaan sejak tahun 2012. Pertempuran skala besar terjadi pada hari Kamis antara tentara negara Afrika Barat dan separatis di Tinzaouatene usai tentara mengumumkan telah merebut kembali kendali atas beberapa distrik.
Tinzaouatene hampir seluruhnya dikelilingi oleh wilayah Aljazair dan telah menjadi tempat pertempuran lain antara pasukan separatis dan tentara selama dekade terakhir.
Helikopter jatuh
Tentara Mali mengatakan dalam pernyataan bahwa dua tentara telah tewas dan 10 lainnya terluka. Salah satu helikopternya jatuh di Kidal pada hari Jumat saat menjalankan misi rutin, tetapi tidak ada yang tewas.
Adama Gaye, seorang jurnalis, penulis, dan mantan direktur Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat, mengatakan kepada Aljazirah pada Ahad bahwa pasukan Tuareg mungkin menerima bantuan dari luar, termasuk dari militer Prancis dan kelompok bersenjata regional yang berpihak pada Alqaidah.
“Dalam beberapa video yang dibagikan oleh pemberontak kepada kantor berita AFP, tentara kulit putih terlihat di antara para tahanan,” kata kantor berita itu dalam sebuah laporan pada hari Ahad.
Seorang pejabat lokal dan mantan pekerja misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kidal mengatakan kepada AFP bahwa tentara Mali telah mundur dengan sedikitnya 15 pejuang dari Kelompok Wagner Rusia terbunuh atau ditangkap.
Mossa Ag Inzoma, seorang anggota gerakan separatis, mengklaim bahwa puluhan pejuang dan tentara Wagner telah terbunuh atau ditawan.
Beberapa blogger militer Rusia melaporkan bahwa sedikitnya 20 orang dari Kelompok Wagner tewas dalam penyergapan di dekat perbatasan Aljazair.
“Karyawan Wagner PMC [Group], yang bergerak dalam konvoi bersama pasukan pemerintah, tewas di Mali … Beberapa ditangkap,” kata seorang blogger militer terkemuka Rusia Semyon Pegov, yang menggunakan nama War Gonzo.
Saluran berita Baza Telegram, yang memiliki hubungan dengan struktur keamanan Rusia, melaporkan bahwa sedikitnya 20 pejuang Wagner telah tewas.
Aljazirah tidak dapat memverifikasi laporan blogger atau AFP secara independen.
Mali mengatakan pasukan Rusia bukanlah tentara bayaran Wagner, tetapi pelatih yang membantu pasukan lokal dengan peralatan yang dibeli dari Rusia.
Laporan Baza mengatakan pada hari Minggu bahwa pejuang Wagner telah berada di Mali setidaknya sejak tahun 2021.