Kisah Pasar Baru yang Disebut sebagai Little India
TEMPO.CO, Jakarta – Sebuah gapura bermotif bunga warna-warni bertuliskan Little India berdiri di ujung Jalan Pintu Air Raya, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Beda dengan gerbang di Jalan Pasar Baru, Gapura Little India ini menjadi pintu masuk kawasan pertokoan di Jalan Pintu Air yang sebagian berada di bangunan tua.
Pasar Baru disebut sebagai Little India karena banyak pedagangnya merupakan keturunan India. Dahulu bahkan bukan hanya toko-tokonya yang berada di sini, melainkan juga tempat tinggal mereka.
Tempo menjelajahi kawasan kawasan Pasar Baru akhir pekan lalu, 1 November 2024, bertepatan dengan momen Deepavali atau Diwali, hari besar yang dirayakan umat Hindu dan Sikh keturunan India.
Dilansir dari laman Kemendikbud.go.id, Pasar Baru didirikan pada masa kolonial, tepatnya pada 1820. Pada abad ke-19, Pasar Baru yang berada di kawasan elit Rijswijk (sekarang jalan Veteran) identik dengan pusat perbelanjaan bergengsi bagi orang-orang Eropa.
Salah satu toko di Pasar Baru saat perayaan Diwali, Jumat, 1 November 2024. TEMPO/Mila Novita
Ira Latief, pemandu waking tour dari Wisata Kreatif Jakarta, mengatakan bahwa komunitas India sudah ada di kawasan ini sejak abad ke-18, meski pasar ini dibangun abad berikutnya. “Mereka datang ke untuk berdagang, dulu berdagang tekstil juga,” kata Ira.
Seperti di kota-kota besar lain di dunia, para pendatang ini membangun komunitas yang dilengkapi dengan sekolah, tempat ibadah, bank, restoran, juga supermarket yang khusus menjual barang-barang dari India untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Namun, kini mereka tidak lagi tinggal di sini. Sebagian besar memilih pindah ke Sunter, Jakarta Utara, tetapi tetap berdagang di Pasar Baru.
Toko-toko di Pasar Baru
Hingga saat ini, toko-toko tekstil di Pasar Baru sebagian besar milik keturunan India. Selain menjual bahan-bahan pakaian seperti brokat dan satin, toko-toko di kawasan ini juga banyak yang menjual jas.
“Toko jas ini diinisiasi orang India, terkenal dengan sehari jadi. Langganannya orang-orang DPRD (dan pejabat) daerah. Tebak harganya berapa? Harganya mulai dari Rp5 juta,” kata Ira.
Selain toko tekstil, keturunan India juga banyak yang membuka toko alat musik dan perlengkapan olahraga. Toko-toko ini tersebar di antara toko tekstil dan sepatu yang dibangun saling berhadapan. Khusus di Jalan Pintu Air, pengunjung bisa melihat deretan toko yang khusus menjual perlengkapan golf.
“Di sepanjang jalan ini banyak toko-toko golf yang mulai ada pada zaman Suharto karena Pak Harto suka golf dan pejabat-pejabat mengikuti. Ini juga yang punya toko orang-orang India,” ujar Ira.
Namun, meski dimiliki keturunan India yang merayakan Diwali, toko-toko di Pasar Baru tidak dihias pernak-pernik. Satu-satunya toko yang terlihat meriah adalah T & D milik Lakhmi Tharoomal. Toko yang menjual pakaian bergaya Bollywood ini dihias dengan rangkaian bunga imitasi yang berwarna merah dan kuning meriah. Pemiliknya juga memasang rangoli, dekorasi lantai yang dipercaya membawa keberuntungan.
Pilihan Editor: Mengenal Little India Pasar Baru, Melalui Kuliner Rumahan