Film 1 Kakak 7 Ponakan Tayang Perdana di Penutupan JAFF ke-19, 5 Studio Sold Out
Film 1 Kakak 7 Ponakan (1K7P), karya terbaru Yandy Laurens, resmi tayang perdana bagi public hari ini di penutupan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-19, Sabtu (7/12). Tiket penayangan perdana di lima studio festival habis terjual hanya dalam waktu dua jam setelah pembukaan penjualan tiket pada 20 November lalu.
“Dua jam udah sold out. (Jam) 5 sore (penonton) nungguin, pasti mengalokasikan kegiatannya tuh hanya buat beli. Ya gitu itu aja tuh rasanya senang banget gitu, rasanya kayak kita dikasih kado sama keluarga,” ungkap sutradara film 1K7P, Yandy Laurens, saat media visit ke Pandangan Jogja, Kamis (5/12).
Film ini diadaptasi dari sinetron karya Arswendo Atmowiloto yang sebelumnya pernah menjadi serial TV pada tahun 1996 dengan judul sama dan mengangkat isu generasi sandwich—sebutan bagi orang-orang yang menanggung beban finansial lintas generasi. 1K7P menceritakan perjalanan hidup Moko, yang diperankan oleh Chicco Kurniawan, seorang paman yang meninggalkan mimpinya sebagai seorang arsitek muda demi membesarkan tujuh keponakannya.
Yandy menegaskan bahwa adaptasi cerita ini dilakukan bukan hanya untuk memanfaatkan familiaritas dan nostalgia audiens tetapi juga untuk kembali mengangkat isu yang dianggap penting.
“1 Kakak 7 Ponakan itu mengusung sebuah isu (generasi sandwich) dan pemaknaan terhadap isu itu yang kita rasa penting untuk dibicarakan sekali lagi di generasi ini,” jelas Yandy.
Yandy juga menyebutkan bahwa film ini sangat mewakili kehidupan sehari-hari, terutama bagi sandwich generation.
“Rasanya kisah yang Moko alami dapat mewakili kehidupan banyak kita hari-hari ini. Bagaimana menjalani kehidupan sebagai sandwich generation di tengah kerinduan mengejar karier dan menjalani cinta,” ujarnya.
Ia menilai bahwa permasalahan sandwich generation yang pernah ditulis Arswendo sekitar dua dekade lalu masih relevan hingga kini, terutama dengan tantangan baru seperti tekanan era digital.
“Mas Wendo sudah melihat masalah ini terjadi 20 tahun lalu. Sudah ada masalahnya. Dan bahkan dengar-dengar, Mas Wendo itu adalah produk dari 1 kakak 7 ponakan. Mas Wendo waktu kecil itu dia adalah keponakan dalam sebuah rumah yang rame. (Sejak 20 tahun lalu) sudah terjadi sandwich (generation). Sekarang aja baru ada terminologinya,” jelas Yandy.
Yandy juga menjelaskan bahwa pemasaran film ini mengusung pendekatan pemasaran yang berbeda dari film-film Yandy sebelumnya, seperti Keluarga Cemara dan Jatuh Cinta Seperti di Film-Film. Kali ini, ia mengedepankan strategi first look, first feel, yang bertujuan memperkenalkan audiens pada atmosfer cerita melalui adegan pilihan. Adegan yang dipilih sebagai teaser film menjadi representasi rasa film secara keseluruhan, meskipun tidak melibatkan semua karakter utama.
“Supaya penonton (bisa) mencicipi, oh kira-kira filmnya rasanya gini. Nah, udah cari dari semua scene yang ada. Kayaknya rasa yang paling mudah mewakili penonton tuh kayaknya yang ini,” jelasnya.
Di akhir media visit, Yandy juga memaparkan harapannya akan penayangan film ini.
“Semoga nanti film kita ini tidak mengecewakan dan tentu saja memberi sesuatu buat teman-teman,” tutup Yandy.
Selain Chicco Kurniawan, film ini juga dibintangi oleh Amanda Rawles sebagai Maurin, Fatih Unru sebagai Woko, dan Freya JKT48 sebagai Nina, dengan beberapa aktor senior seperti Maudy Koesnaedi dan Ringgo Agus Rahman.
Selain ditayangkan dalam penutupan JAFF, film 1 Kakak 7 Ponakan dijadwalkan tayang di bioskop nasional mulai 23 Januari 2025.