Informasi Terpercaya Masa Kini

Mengenal Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur yang Kemudian Ditutup

0 6

TEMPO.CO, Jakarta – Pada 10 Agustus 1973, Presiden Soeharto secara resmi menandai dimulainya proyek besar pemugaran Candi Borobudur. Sebagai salah satu warisan dunia yang diakui oleh UNESCO, candi Buddha terbesar ini membutuhkan perhatian khusus untuk menjaga kelestariannya.

Dengan struktur yang unik, perpaduan antara bentuk persegi dan lingkaran, serta relief-relief yang menceritakan kisah kehidupan Buddha, Candi Borobudur menjadi simbol penting bagi peradaban manusia.

Dengan luas 123 x 123 meter persegi, candi ini memiliki 1460 relief, 504 stupa, dan punden berundak yang terdiri dari 10 tingkat. Salah satu reliefnya adalah Karmawibhangga.

Apa itu Relief Karmawibhangga?

Tersembunyi di dinding kaki Candi Borobudur, relief Karmawibhangga menyajikan sebuah kisah mendalam tentang hukum sebab akibat atau karma. Relief-relief ini menggambarkan dengan jelas bahwa setiap perbuatan manusia, baik itu kebaikan maupun kejahatan, akan membawa konsekuensi yang sesuai.

Mereka yang melakukan perbuatan jahat akan menghadapi siksaan di neraka, sementara mereka yang berbuat baik akan mendapatkan kebahagiaan di surga. Konsep karma yang divisualisasikan dalam relief ini menjadi salah satu ajaran penting dalam agama Buddha.

Relief Karmawibhangga ditemukan secara tidak sengaja oleh Ijzerman yang merupakan ketua Archaelogische Vereeniging pada 1885. Saat itu, Ijzerman menemukan kembali relief yang berada pada kaki candi yang telah tertutup oleh struktur batu selasar dan undag.

Relief tersebut kemudian disebut dengan relief Karmawibhangga. Letak relief Karmawibhangga berada di sekeliling kaki candi dengan jumlah panil sebanyak 160 buah. Setelah itu, pada 1890, kaki candi yang berhias relief tersebut didokumentasikan dengan pemotretan pada tiap panilnya.

Relief Karmawibhangga merupakan visualisasi langsung dari kitab Mahakarmawibhangga. Kitab suci ini mendeskripsikan secara rinci tentang hukum sebab akibat dalam kehidupan manusia. Setiap panel relief pada dasarnya adalah sebuah ilustrasi dari kisah-kisah yang terdapat dalam kitab tersebut.

Dengan cermat, para pematung telah membagi setiap panel menjadi dua bagian: sisi kanan menggambarkan sebab atau perbuatan, sedangkan sisi kiri menggambarkan akibat atau hasil dari perbuatan tersebut. Inskripsi Sansekerta yang ditemukan pada relief semakin memperkuat hubungan antara relief dan kitab aslinya.

Bernet Kempers (1976) berpendapat bahwa relief Karmawibhangga adalah gambaran yang sebenarnya dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Kuno khususnya pada abad ke-8 dan ke-9. Adegan pada panil relief tersebut menyimpan banyak informasi.

Informasi tersebut di antaranya mengenai flora dan fauna, lingkungan alam, bentuk pakaian dan status sosial, alat musik, alat upacara, alat transportasi, arsitektur bangunan, peranan wanita, senjata, payung.

Ditutup Dengan Alasan yang Belum Jelas

Relief Karmawibhangga ditutup dengan alasan yang masih belum jelas dan masih diperdebatkan oleh para ahli. “Terus terang kami belum mengetahui alasannya kenapa relief itu ditutup,” kata peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, Endang Sri Hardiati, di sela seminar bertajuk “Uncovering The Meaning of The Hidden Base of Candi Borobudur” di Magelang seperti dikutip Tempo dari laman antaranews.com, Rabu, 2 Juli 2008.

Penutupan relief Karmawibhangga telah memicu perdebatan yang panjang. Ada yang berpendapat bahwa keputusan ini terlalu konservatif dan membatasi akses publik terhadap karya seni yang berharga. Namun, para ahli struktur bangunan memiliki alasan yang kuat untuk melakukan penutupan ini. Kondisi kaki candi yang tidak stabil dan berpotensi runtuh merupakan ancaman serius bagi kelestarian seluruh candi.

SUKMA KANTHI NURANI I NAUFAL RIDHWAN ALY

Pilihan Editor: Mengapa Relief Karmawibhangga di Kaki Candi Borobudur Ditutup?

Leave a comment