Puncaki Klasemen Medali Olimpiade Paris, Kenapa China Jago Olahraga?
PARIS, KOMPAS.com – China menempati posisi pertama perolehan medali di Olimpiade Paris 2024. Kontingen “Negeri Tirai Bambu” mengoleksi 39 emas, 27 perak, dan 24 perunggu hingga Minggu (11/8/2024) WIB.
Total 90 medali yang didapat China di Paris hanya kalah dari Amerika Serikat (AS) yang mengumpulkan 123 medali, tetapi China berhak memuncaki klasemen karena perolehan emasnya lebih banyak.
Pertanyaan pun mengemuka: Kenapa China jago olahraga dan bagaimana mereka mendominasi cabang-cabang olahraga Olimpiade?
Baca juga: Klasemen Medali Olimpiade 2024: Indonesia Ke-38, China Salip Amerika
Disiplin dan aturan ketat negara
Dikutip dari New York Times (7/8/2024), sektor olahraga China mulai digarap serius sejak sang bapak pendiri negara, Mao Zedong, memerintahkan Republik Rakyat yang dipimpinnya mengembangkan kekuatan.
Setelah hampir tiga dekade absen dari Olimpiade Musim Panas, China meniru cara Uni Soviet dengan mendirikan ribuan sekolah olahraga milik negara untuk membina atlet.
Hasilnya, China lolos lagi ke Olimpiade pada 1984 di Los Angeles, Amerika Serikat.
Untuk menyabet medali emas, China mengandalkan cabor-cabor spesialis mereka seperti tenis meja dan loncat indah, kemudian cabor dengan berbagai nomor dan kelas berat misalnya menembak dan angkat besi.
Selama ditempa, atlet China mendapat subsidi dari negara, tetapi harus mematuhi banyak aturan termasuk sejumlah larangan.
Contohnya, dilarang berkencan, tak boleh tinggal di rumah, dan tidak bersekolah formal.
Bahkan, pada Olimpiade London 2012, konon ada atlet loncat indah yang tidak diberitahu bahwa kakek-neneknya meninggal atau ibunya sakit selama ia bertanding.
Di akhir turnamen, ia menyabet medali emas.
Akan tetapi, China sekarang sudah banyak berubah untuk menghasilkan talenta juara. Beberapa orangtua kelas menengah tak lagi menyerahkan anak tunggalnya ke sistem olahraga negara.
Atlet juga menuntut lebih banyak kebebasan dan bagi hasil lebih besar dari pendapatan mereka.
Terlebih, China sudah memperluas definisi olahraga dari yang mulanya sebagai ambisi mencari juara menjadi sumber kesehatan masyarakat umum.
Saat ini, aturan-aturan bagi atlet China di Olimpiade sudah banyak dilonggarkan. Media-media pemerintah yang mengkritik kencan antar-atlet satu tim juga semakin berkurang.
Baca juga: Perjuangan Petenis China Zheng Qinwen Raih Emas Olimpiade Paris, Kerja Keras sejak Kecil
Cabor andalan
Dikutip dari The Economist (1/8/2024), perolehan medali emas China naik pesat dari 2 persen pada Olimpiade 1988 menjadi 11 persen pada 2021.
Keberhasilan ini ikut terdorong berkat kesuksesan mereka di cabor-cabor andalan seperti tenis meja, loncat indah, dan bulu tangkis.
Di Olimpiade Paris 2024 contohnya, China menyapu bersih semua medali emas di dua cabor yang disebutkan pertama.
Kemudian untuk cabor renang, di tengah isu doping, tim China meraih 12 medali yang terdiri dari dua emas, tiga perak, dan tujuh perunggu. Ini adalah peningkatan dari total sembilan medali di Tokyo 2021.
Baca juga: Diguncang Skandal Doping, Tim China Raih 12 Medali di Renang Olimpiade Paris
Menurut analisis The Economist, China lebih unggul dalam olahraga indoor (dalam ruangan) ketimbang outdoor (luar ruangan).
Sementara itu, China lebih lemah di olahraga yang melibatkan kontak fisik, tetapi berjaya di pertandingan yang dinilai juri.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan AS contohnya, yang unggul dalam olahraga tim dan perolehan medalinya lebih menyebar di berbagai cabor.
Perbedaan persebaran medali ini pun membuat persaingan kedua negara sangat ketat di Olimpiade Paris 2024.
Baca juga: China Sapu Bersih Emas Tenis Meja Olimpiade Paris, Kali Keenam Sepanjang Sejarah