Misteri di Balik Suplemen Beras Angkak Merah Setelah Kematian Dua Konsumen

Penarikan produk suplemen mengandung red yeast rice atau angkak dilakukan perusahaan farmasi Jepang Kobayashi Pharmaceutical

Misteri di Balik Suplemen Beras Angkak Merah Setelah Kematian Dua Konsumen

Penarikan nasional sejumlah produk suplemen produksi sebuah perusahaan farmasi Jepang dikhawatirkan terkait dengan meninggalnya dua orang dan lebih dari seratus orang yang telah di rawat di rumah sakit. Mereka diduga mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi suplemen dengan kandungan red yeast rice (RYR) yang diproduksi oleh Kobayashi Pharmaceutical, sebuah perusahaan farmasi yang berbasis di Osaka. Merek yang telah ditarik ada tiga yaitu dengan label "beni koji choleste help" dan dua lainnya dengan kandungan red yeast rice (RYR) atau beni koji. 

Dilansir dari Kyodo News, Kobayashi Pharmaceutical melaporkan bahwa satu orang telah meninggal karena penyakit ginjal setelah mengkonsumsi suplemen beni kojinya selama sekitar 3 tahun. 

"Kami sekarang menyadari dari satu kasus di mana ada hubungan penyebab potensial antara kematiannya dengan produk kami," kata pihak perusahaan. "Saat ini kami tengah menginvestigasi hubungan tersebut dan apa yang telah terjadi," demikian pernyataan perusahaan yang juga meminta maaf secara mendalam. 

Kematian orang kedua juga dilaporkan ke Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan setelah dilakukan dengar pendapat dengan perusahaan tersebut. Juru bicara utama pemerintah Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan jumlah yang dirawat kemungkinan setelah mengkonsumsi suplemen RYR tersebut mencapai 106 orang. 

Pemerintah Jepang mengatakan akan memimpin pemeriksaan darurat atas kelompok makanan yang merupakan produksi perusahaan tersebut dengan klaim memberikan manfaat kesehatan, di mana kategori ini mencakup sekitar 6.000 produk. 

Kasus kematian fatal pertama yang telah dilaporkan tersebut kemungkinan berkaitan dengan suplemen yang mengandung RYR setelah Kobayashi Pharmaceutical secara sukarela menarik lima produknya pada pekan lalu, termasuk 300.000 buah kemasan dengan label "beni koji choleste help" yang merupakan informasi kepada pengguna bahwa produk tersebut bermanfaat untuk menurunkan kolesterol. 

Kobayashi Pharmaceutical mengatakan orang pertama yang meninggal tersebut telah secara teratur memesan produk RYR-nya sebanyak total 35 paket sejak April 2021 hingga Februari 2024. Kematiannya diketahui setelah perusahaan menerima surel dari keluarganya pada Sabtu (23/3/2024). 

Pada Selasa (26/3/2024), perusahaan bertemu dengan anggota keluarga untuk mengkonfirmasi gejala-gejala yang dialami oleh orang tersebut dan rincian lainnya terkait bagaimana suplemen tersebut telah dikonsumsi. Kobayashi Pharmaceutical mengatakan bets produksi yang kemungkinan bermasalah adalah produksi dari pabriknya yang berada di Osaka. 

Kematian kedua dikonfirmasi setelah Departemen Kesehatan dan Lembaga Konsumen Jepang melakukan dengar pendapat dengan para petinggi dari perusahaan farmasi tersebut untuk meyakinkan apakah perusahaan telah merespon secara patut kejadian tersebut sesuai dengan peraturan perundangan. 

Senin (25/3), Kyodo News melaporkan bahwa Kobayashi Pharmaceutical menyatakan ada 13 orang yang terganggu kesehatannya setelah mengkonsumsi produknya yang mengandung beni koji, di mana 6 dari mereka di rawat inap dan 7 orang menjalani rawat jalan. Salah satu dari mereka menerima dialisis. 

Kobayashi Pharmaceutical kemudian juga mengkonfirmasi 20 rawat inap tambahan pada Senin (25/3) melalui layanan konsultasi telepon terkait isu tersebut. 

Penarikan Produk 

Beni koji dari Kobayashi Pharmaceutical dipasok ke 50 perusahaan lain di Jepang dan 2 di Taiwan, termasuk di dalamnya pembuat makanan dan minuman, juga para pedagang grosir. 

Kobayashi Pharmaceutical telah meminta kepada semua perusahaan yang telah dipasok dengan produk beni koji mereka untuk secara sukarela menarik semua produk yang menggunakan bahan tersebut. Perlu diketahui beni koji digunakan pada aneka produk seperti sake, penganan, roti, miso, dan bumbu dapur. Beni koji digunakan pada aneka produk tersebut dengan berbagai tujuan antara lain sebagai pewarna dan penambah cita rasa. 

Kobayashi Pharmaceutical telah menarik sekitar 300.000 buah paket dengan label "beni koji choleste help". Produk ini telah berhasil dijual sekitar 1.06 juta paket sampai Februari 2024 semenjak dipasarkan di toko-toko sejak Februari 2021. 

Media lokal China juga melaporkan bahwa penjualan online dari produk-produk beni koji Kobayashi telah dihentikan. Di Taiwan, produk-produk tersebut juga telah dikeluarkan dari peredaran. Otoritas kesehatan masyarakat di Taiwan mengkonfirmasi ada dua perusahaannya yang mengimpor bahan beni koji tersebut. 

Media China mengatakan ada kemungkinan proses fermentasi beni koji menghasilkan senyawa toksik citrinin yang dapat membahayakan ginjal. Namun Kobayashi Pharmaceutical membantah produknya mengandung zat tersebut. Kobayashi Pharmaceutical mengatakan telah melakukan investigasi pada Januari 2024 setelah seorang dokter melaporkan pasiennya yang mempunyai masalah kesehatan dan terkait produknya. Namun investigasi tidak berhasil menemukan citrinin di dalam produk. 

Kobayashi Pharmaceutical mencurigai adanya zat yang tidak diketahui yang berasal dari ragi sebagai penyebab permasalahan ini. Gejala-gejala yang penting antara lain peradangan dan rasa lelah, di samping menurunnya fungsi ginjal. 

Selama tahun 2023, 16.1 ton beni koji telah terjual oleh Kobayashi Pharmaceutical, di mana 6.9 ton dari jumlah tersebut digunakan pada suplemen dan produk lainnya. Perusahaan mencurigai sejumlah dari 6.9 ton mungkin tercemar dengan bahan berbahaya yang masih menjadi pertanyaan. 

Apakah Red Yeast Rice (RYR)? 

Red yeast rice (RYR) disebut juga red rice koji atau red koji rice, atau angkak adalah beras fermentasi dengan warna merah keunguan yang diperoleh dari hasil fermentasi menggunakan ragi yang ditumbuhkan pada permukaan beras putih. Sebenarnya angkak adalah penyebutan yang lebih populer di Indonesia karena berasal dari dialek Hokkian yang memang menyebut bahan ini sebagai Angkak. Ang artinya merah, dan kak artinya ragi, sehingga angkak artinya ragi merah. Angkak ini digunakan dalam beberapa masakan dan juga bahan pengobatan tradisional. 

Sedangkan koji dalam bahasa Jepang artinya bulir atau biji (biasanya beras yang telah dimasak dan atau kedelai) yang diselimuti atau ditumbuhi dengan kultur jamur atau ragi tertentu. Umumnya koji dibuat dengan dengan kultur jamur alamiah Aspergillus oryzae. Banyak makanan Jepang dikembangkan selama berabad-abad menggunakan koji, seperti kecap kedelai (soya sauce), miso, mirin, dan sake. Sedangkan produk red yeast rice (RYR) atau angkak dihasilkan dari inokulasi kultur Monascus purpureus pada permukaan beras putih, sehingga dinamakan red rice koji atau red koji rice. Nama beni koji artinya koji yang berwarna merah tua atau warna krimson. 

RYR atau beni koji atau angkak dibuat dengan menanam ragi Monascus purpureus pada beras selama 3-6 hari dalam suhu ruangan. Hasilnya ada yang dalam bentuk yang sudah dikeringkan atau dalam bentuk pasta yang sudah dimasak dan dipasteurisasi. Untuk bahan obat, angkak kering dibuat menjadi bentuk serbuk halus. China adalah produsen terbesar angkak dan perusahaan-perusahaan Eropa di kemudian hari ikut dalam pasar ini. 

RYR atau Angkak Dalam Kuliner

Angkak digunakan sebagai pewarna dalam aneka produk makanan, seperti tahu fermentasi, cuka/arak beras merah, daging char siu, masakan bebek Peking, dan aneka penganan khas China yang membutuhkan warna merah. Beberapa jenis arak (jiu) China dan sake Jepang menggunakan angkak sebagai pewarna alami.

Orang Filipina juga menggunakan angkak sebagai pewarna alami dan untuk mengawetkan makanan tertentu seperti bagoong alamang (udang ferementasi), burong isda (nasi dan ikan fermentasi ), dan balao-balao (nasi dan udang fermentasi).  

RYR atau Angkak dalam pengobatan

Selain digunakan dalam dunia masak-memasak, RYR atau angkak juga digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok. Penggunaan angkak untuk pengobatan kemungkinan besar sudah dilakukan sejak masa Dinasti Tang yaitu sekitar 800 tahun sebelum Masehi, untuk melancarkan peredaran darah, menyehatkan organ limpa, dan melancarkan pencernaan.

Angkak kemudian dibuat sebagai suplemen setelah pada akhir tahun 1970-an para ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang berhasil mengisolasi senyawa yang diberi nama lovastatin (dari Aspergillus terreus) dan monakolin (dari Monascus). Hasil penelitian selanjutnya menemukan bahwa lovastatin dan monakolin K (salah satu jenis monakolin) adalah senyawa yang identik. 

Strain atau jenis ragi Monascus yang berbeda akan menghasilkan jumlah monakolin yang berbeda pula. Strain Went bila difermentasi dan diproses dengan baik akan menghasilkan serbuk angkak dengan kandungan sekitar 0.4 persen monakolin, di mana separuhnya adalah jenis monakolin K yang identik degan lovastatin. 

Lovastatin, sebagaimana obat lain dari golongan statin, mempunyai khasiat menurunkan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan dalam peredaran darah dapat memicuk pembentukan plak pada dinding pembuluh darah arteri yang dikenal dengan arterosklerosis. Pembentukan plak ini akan menghambat peredaran darah ke organ-organ vital seperti jantung, otak, dan bagian tubuh yang lain. Obat-obat dari golongan statin bila digunakan bersama dengat pola makan yang baik, penurunan berat badan, dan olah raga telah terbukti bermanfaat untuk menurunkan resiko serangan jantung dan stroke. 

Pada tahun 1979, lovastatin dipatenkan dan baru secara resmi diizinkan untuk digunakan dalam pengobatan modern pada tahun 1987. Lovastatin adalah obat kolesterol yang berhasil dipatenkan pertama sekali dari golongan statin . 

Jadi, angkak yang merupakan hasil fermentasi menggunakan kultur Monascus purpureus mengandung senyawa monakolin K yang khasiatnya mirip dengan lovastatin. Oleh karena itu suplemen angkak digunakan pada pasien dengan kolesterol tinggi dan penyakit jantung.  

Angkak sendiri juga banyak digunakan untuk meningkatkan trombosit dalam pengobatan demam berdarah. Penelitian juga menunjukkan angkak membantu menekan reaksi peradaangan yang umum terjadi dalam perjalanan penyakit demam berdarah. Peran angkak dalam meningkatkan angka trombosit dikaitkan dengan efek anti inflamasi dari kandungan isoflavon dan monakolin K di dalamnya. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan angka trombosit yang lebih signifikan dibandingkan dengan pemberian ekstrak kurma maupun jambu biji. Tentunya pemberian angkak ini hanya bersifat melengkap terapi demam berdarah, bukan menggantikan perawatan dan obat-obatan standar dalam manajemen terapi demam berdarah. 

Suplemen RYR atau Angkak Untuk Pengobatan Kolesterol Sudah Pernah Dilarang

Pada tahun 1998, suplemen yang mengandung RYR  atau angkak resmi dilarang oleh badan pengawas obat dan makanan AS yaitu FDA. Larangan terkait dengan kandungannya yang mirip dengan obat lovastatin. Kandungan yang mirip artinya khasiat yang mirip dan juga tentunya resiko efek samping yang mirip juga. Efek samping juga tentunya akan semakin meningkat bila digunakan bersamaan dengan obat dari golongan statin. Saat itu Cholestin adalah salah satu merek suplemen dengan kandungan RYR yang dilarang. 

Namun pengadilan distrik di Utah memutuskan produk dengan kandungan RYR tetap boleh dijual tanpa batasan. Namun kemudian keputusan tersebut batal di Pengadilan Banding AS pada tahun 2001. 

Pada 2007, FDA pernah mengirimkan surat peringatan kepada dua perusahaan suplemen makanan, di mana salah satunya mengklaim adanya kandungan monakolin dalam produk RYRnya dan perusahaan kedua tidak mengakui. Namun FDA mencatat bahwa kedua produk suplemen tersebut mengandung monakolin dan memerintahkan penarikan. 

Saat itu FDA memperingatkan konsumen untuk tidak membeli dan memakan produk-produk yang mengandung RYR karena kuatir produk-produk tersebut mengandung obat yang belum resmi yang berpotensi membahayakan kesehatan. Hal ini juga dikarenakan konsumen belum tentu memahami bahaya monakolin yang ada dalam RYR adalah sama dengan obat-obat statin yang diresepkan. 

Dalam suatu laporan analisis produk di tahun 2010 yang menguji 12 produk RYR yang beredar di AS, diketahui dalam kapsul 600 mg terkandung total monakolin dari rentang 0.31 mg hingga 11.15 mg.

Suatu studi di tahun 2017 yang meneliti 28 merek suplemen yang mengandung RYR di pasar AS menunjukkan jumlah kandungan monakolin K yang bervariasi, dari tidak ada hingga sejumlah monakolin yang kekuatannya setara dengan obat antikolesterol yang diresepkan. 

Banyak dari produsen yang kemudian untuk menghindari aturan FDA ini dengan sengaja membuat produknya tidak memiliki kandungan monakolin yang berarti. Mereka mencantumkan di label kemasan produk dan menyatakan di situsnya bahwa produknya hanya "mengandung sejumlah monakolin yang tidak lebih besar daripada jumlah yang merupakan hasil fermentasi seturut dengan metode fermentasi tradisional orang-orang Asia" atau "mirip dengan kandungan dalam masakan". Produk-produk suplemen tersebut juga tidak mencantumkan atau mengklaim apapun terkait fungsi menurunkan kolesterol. 

Namun dua penelitian telah mengkonfirmasi bahwa kandungan monakolin dari aneka suplemen RYR yang beredar tersebut sangatlah lebar variasinya. 

Bukti Klinis Efek Penurunan Kolesterol Suplemen Mengandung RYR

Dosis per hari dari suplemen RYR atau angkak yang biasa digunakan dalam berbagai uji klinis adalah 1200 hingga 2.400 mg, yang setara dengan sekitar 10 mg total monakolin (rentang variasi 4.8 mg–24 mg), di mana separuhnya adalah jenis monakolin K. 

Sebuah tinjauan atau review ilmiah meta analisis terkait khasiat RYR pernah dipublikasikan pada April 2015 dengan judul "Traditional Chinese lipid-lowering agent red yeast rice results in significant LDL reduction but safety is uncertain" atau "Angkak, bahan penurun kolesterol tradisional dari China berhasil menurunkan LDL secara signifikan namun keamanannya belum pasti". 

Tim peninjau tersebut berhasil mendapatkan 286 publikasi ilmiah terkait suplemen RYR dan setelah diseleksi mereka menganalisis 36 publikasi pada 20 penelitian. Sebanyak 26 publikasi adalah dalam bahasa Inggris dan sisanya dalam bahasa Mandarin.  Total subjek penelitian adalah 6.663 orang, di mana sebagian besar juga adalah subjek dalam Studi Pencegahan Sekunder Koroner Tiongkok (CCSPS/Chinese Coronary Secondary Prevention Study). 

Sebagian besar subjek dalam review pertama (sejumlah hampir 5000 pasien selepas serangan jantung) selama rata-rata 4,5 tahun diberikan plasebo atau produk RYR Xuezhikang (血脂康). Produk uji ini adalah ekstrak etanol dari angkak dengan kandungan monakolin K 11,6 mg per hari. Hasilnya pada kelompok yang diterapi dengan Xuezhikang, resiko serangan jantung berikutnya menurun hingga 45 persen, kematian karena serangan jantung menurun 31 persen, dan kematian karena penyebab keseluruhan menurun hingga 33 persen. Hasil ini lebih baik daripada yang pernah dilaporkan pada penggunaan obat statin. 

Review ilmiah pertama ini melaporkan produk suplemen RYR berhasil menurunkan LDL sebesar 1.02 mmol/L (setara dengan 39.4 mg/dL) dibandingkan dengan plasebo, di mana efek ini tidak berbeda bila pasien menggunakan obat statin yang berhasil menurunkan LDL sejumlah 0.03 mmol/L [-0.36; 0.41 mmol/L]. Insiden gagal hati dan ginjal sebesar 0–5% dan resiko ini tidak berbeda antara kelompok terapi dan kontrol.

Metaanalisis kedua yang menggabungkan hasil dari banyak uji klinis terbaru juga melaporkan adanya efek menurunkan kolesterol total dan kolesterol LDL secara signifikan dari suplemen RYR. 

Keamanan Suplemen Mengandung RYR

Keamanan produk-produk mengandung RYR atau angkak ini belumlah jelas. Beberapa suplemen angkak komersial telah ditemukan mengandung racun citrinin dalam jumlah yang tinggi. Jumlah kandungan monakolin dalam produk-produk RYR komersial  sangatlah bervariasi dan produsen jarang mencantumkan dosis sehingga menyulitkan kita melakukan penilaian terhadap resiko efek sampingnya. 

Pemasok bahan baku angkak sendiri juga diduga menambahkan sediaan RYR atau angkak dengan lovastatin murni. Dugaan ini berasal dari sebuah analisis yang telah dipublikasikan yang melaporkan hampir seluruh kandungan dari beberapa produk angkak komersial adalah monacolin K – di mana hasil ini baru bisa diperoleh bila lovastatin ditambahkan secara ilegal . Seharusnya kandungan monakolin yang ditemukan adalah berupa komposisi dari banyak senyawa monakolin.

Terdapat juga literatur yang memuat laporan-laporan tentang efek samping miopati otot dan kerusakan hati akibat penggunakan angkak. Dari tinjauan laporan-laporan tersebut meningkatkan hipotesis bahwa profil keamanan RYR / angkak mirip dengan golongan statin. Pemantauan berkelanjutan terhadap produk-produk suplemen angkak harus ditingkatkan untuk mengkarakterisasi akhir dari profil resikonya, sehingga mendukung lembaga yang berwenang untuk melakukan tindakan yang tepat

Badan terkait keamanan makanan di Eropa, European Food Safety Authority (EFSA) Panel on Food Additives and Nutrient Sources added to Food,  menyimpulkan mereka tidak mampu mengidentifikasi jumlah yang masih dipandang aman untuk dikonsumsi bila suatu sediaan RYR mengandung monakolin. Hal ini karena ada studi kasus yang melaporkan efek samping parah terjadi akibat konsumsi produk yang mengandung monakolin dengan jumlah yang sangat rendah seperti 3 mg per hari. 

Tetap Waspada Menggunaka Produk "Herbal" 

Obat-obat dari bahan herbal semakin mudah ditemukan dengan kemajuan teknologi pembuatan sediaan dari bahan alam. Obat-obat jenis ini juga mudah ditemukan di pasaran dan dapat dibeli secara bebas atau tanpa memerlukan resep dokter, baik dari apotik, toko obat, supermarket, maupun toko lainnya. 

Masyarakat sering kali berasumsi bahwa obat herbal aman digunakan karena berasal dari bahan alami, bukan sintetis seperti obat kimia. Namun sesungguhnya yang tidak dipahami masyarakat adalah bahwa obat herbal dapat bekerja juga adalah dikarenakan di dalamnya juga terdapat senyawa kimia yang prinsipnya sama seperti obat kimia sintetis. Obat kimia mengandung senyawa kimia dengan struktur tertentu yang mampu berinteraksi secara kimia di dalam tubuh manusia, sama halnya dengan obat herbal ataupun obat tradisional. 

Setiap senyawa kimia dengan struktur kimia tertentu yang mampu bereaksi di dalam tubuh manusia mempunyai selain efek terapi (pengobatan) tentu juga mempunyai efek samping. Efek samping ini bersifat individual, artinya belum tentu terjadi pada semua individu. Efek samping dapat terjadi pada berbagai organ, dan resiko ini akan meningkat biasanya dengan semakin besarnya dosis maupun semakin lama jangka waktu suatu obat digunakan. 

Masyarakat perlu memahami bahwa efek samping obat lebih mudah diidentifikasi bila menggunakan satu zat aktif tunggal saja dalam satu sediaan. Pada obat herbal yang umumnya adalah masih dalam bentuk ekstrak selain zat aktif utama besar kemungkinan juga terdapat senyawa atau zat-zat lainnya. Oleh karenanya efek samping dari penggunaan obat herbal sering kali justru sulit diprediksi dan dapat berbahaya dalam kasus-kasus tertentu. 

Banyak orang juga menggunakan obat herbal sebagai tambahan dari obat kimia yang sudah diresepkan oleh dokter tanpa sepengetahuan dokternya. Hal ini juga berbahaya. Misalnya pasien sudah menggunakan obat penurun kolesterol dari golongan statin, namun juga mengkonsumsi aneka suplemen herbal yang juga dapat menurunkan kolesterol. Pasien tidak paham bahwa kedua bahan tersebut dapat berinteraksi dan bisa menimbulkan efek yang merugikan tubuhnya. 

Kandungan senyawa aktif utama dalam obat herbal tidak terstandar seperti obat kimia. Maksudnya begini. Obat penurun kolesterol statin dengan label lovastatin 20 mg pada kemasan artinya di dalamnya hanya terkandung zat utama penurun kolesterol sebesar 20 mg. Obat kimia dengan dosis terukur ini juga telah melewati serangkaian penelitian sehingga informasi aturan pakai dan efek samping yang mungkin ditimbulkan dalam pemakaian jangka panjang juga sudah jelas. Sedangkan suplemen herbal dengan kandungan bahan tertentu yang mempunyai efek menurunkan kolesterol tidak diketahui secara tepat berapa jumlah zat aktif di dalamnya. Misal dalam suplemen yang berisi RYR atau angkak tidak diketahui berapa jumlah monakolin K sebagai zat aktif utama yang berkhasiat untuk menurunkan kolesterol. Karena jumlah monakolin K yang tidak diketahui pasti maka akan sulit untuk memperkirakan aturan dosis yang paling tepat dan juga efek sampingnya. 

Sediaan herbal juga sangat bervariasi kandungan zat aktifnya, tergantung bahan baku dan proses produksinya. Jadi tidaklah heran dari berbagai studi diketahui banyak variasi kandungan monakolin dari  banyak suplemen herbal RYR walaupun mereka mempunyai bobot bahan yang sama.  

Oleh sebab itu kita perlu bijak dalam menggunakan suplemen herbal untuk merawat kesehatan. Pemakaian jangka panjang tidaklah dianjurkan dan perlu mengkonsultasikan hal ini kepada dokter yang merawat. 

Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa obat-obatan herbal juga dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan hati pada beberapa orang. Hal ini karena kandungan toksin atau cemaran tertentu misalnya logam berat dalam produknya, ataupun karena kandungan dalam obat herbal itu berinteraksi dengan obat lainnya. Sebagaimana obat kimia, obat-obat herbal juga perlu dimonitor ketat selepas pemasarannya. 

Sering kali juga efek samping dari obat-obat herbal ini tidak dilaporkan oleh masyarakat dan akhirnya diklaim oleh produsen kalau obat herbalnya tanpa efek samping, padahal sesungguhnya tidak ada obat yang tanpa efek samping. 

Pasien juga punya kecenderungan untuk tidak memberi tahu dokternya kalau mereka juga menggunakan obat atau suplemen herbal tertentu. Hal ini tentunya berakibat tidak baik bagi pasien. Mereka percaya produk herbal adalah alami dan sesuatu yang alami dipercaya tidak mempunyai efek samping. Padahal sesungguhnya banyak sekali efek samping serius yang sudah diketahui akibat penggunaan bahan dari tanaman tertentu. Dan memang tidak ada bahan apapun yang tidak berbahaya bila sudah digunakan di luar dosis terapinya. 

Sesungguhnya herbal justru dapat menjadi sumber potensial dari toksin (racun) dan kenyataannya memang banyak obat-obatan kimia ditemukan berasal dari tanaman ataupun bahan alam lainnya. Toksin dalam dosis tertentu memang dapat bermanfaat untuk menghasilkan efek terapi tertentu. Di atas dosis terapi tersebut tentulah merugikan tubuh. 

Masyarakat juga perlu berhati-hati dengan produk herbal, karena produsen yang tidak bertanggung jawab bisa secara ilegal menambahkan bahan-bahan yang tidak seharusnya ada dalam obat herbal tersebut untuk meningkatkan efektivitas obat. Zat aktif obat yang biasanya ditambahkan dapat berupa antibiotik, steroid, dan zat-zat yang bersifat psikoaktif. 

Penelitian juga menemukan pada beberapa obat herbal terdapat cemaran logam berat seperti timbal dan kadmium yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan keracunan akut. Beberapa mengandung pestisida ataupun kontaminan lain karena penyimpanan yang tidak sesuai dengan persyaratan keamanan produk. 

Produsen farmasi obat kimia diharuskan mencantumkan semua efek samping obat yang mungkin terjadi dan juga interaksi obat dari produk yang dipasarkan. Namun banyak produsen obat herbal yang tidak mencantumkan hal tersebut pada kemasan produknya. Kemungkinan besar juga karena mereka memang tidak mempunyai data akan hal tersebut dan memang belum ada penelitian yang memadai terkait bahan tersebut secara mendetail. Bahasa pemasaran yang berlebihan dan mengklaim bahwa obat herbal tidak memberikan efek samping alias pasti aman juga membuat masyarakat menjadi tidak waspada. 

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow