Informasi Terpercaya Masa Kini

Saatnya Berani Bilang “Tidak”

0 4

Pernah nggak, kamu ingin menolak sesuatu tapi malah spontan bilang “Oke deh, aku coba?” Padahal, dalam hati kamu tahu ini bakal merepotkan, melelahkan, atau bahkan merugikan dirimu sendiri.

Misalnya, atasan tiba-tiba menambahkan tugas baru saat pekerjaanmu sudah menumpuk. Bukannya menolak, kamu malah mengangguk, meski dalam hati ngomel sendiri.

Kalau ini sering terjadi, bisa jadi kamu bukan termasuk orang yang asertif atau belum memiliki keterampilan asertivitas. Dimana kamu termasuk orang yang sulit menolak dan lebih memilih menyenangkan orang lain ketimbang menjaga batasan untuk dirimu sendiri.

Apa Itu Asertivitas?

Asertivitas adalah kemampuan untuk menyatakan dan mengekspresikan pendapat, perasaan dan batasan diri dengan jelas tanpa bersikap kasar atau merasa bersalah dan tetap menghormati perasaan orang lain.

Menurut pakar komunikasi, Tessa Huffman, Ph.D., orang yang asertif memiliki keterampilan untuk berani mengajukan permintaan, berani menyatakan keberatan, berani menolak tanpa merasa bersalah dan berani mengungkapkan pendapat dan perasaan, baik positif maupun negatif.

Kamu bisa menolak dengan sopan dan menjelaskan kenapa kamu menolak. Bersikap sopan dan menghormati lawan bicara ini sangat penting. Kalau kamu bilang “tidak” tapi ternyata sampai menyakiti orang lain dan perkataanmu kasar artinya itu bukan asertif. Tapi agresif dan itu bukan sesuatu hal yang baik.

Salah satu hambatan dan kendala terbesar untuk menjadi asertif adalah ketika kamu merasa nggak enakan. Dan menjadi orang yang nggak enakan, tidak bisa dipungkiri  biasanya akan susah berkata “tidak”. Semua permintaan maunya di iyain, bahkan sampai energi, emosi dan waktumu sendiri terkuras untuk kepentingan orang lain sedangkan kepentinganmu sendiri jadi terabaikan.

Orang yang asertif tahu kapan harus berkata “iya” dan kapan harus berkata “tidak” dan mereka melakukannya dengan percaya diri. Mereka sadar akan konsekuensi dari apa yang  disampaikan dan berani menetapkan batasan yang tegas bagi dirinya sendiri

Kenapa Harus Belajar Menolak dan Bilang “Tidak”?

Sering mengiyakan semua hal bisa berdampak buruk, baik secara fisik maupun mental. Berikut beberapa alasan kenapa kamu harus mulai berani menolak dan bilang “tidak”.

1. Memegang Kendali atas Hidupmu Sendiri

Saat bisa mengatakan “tidak”, kamu menunjukkan bahwa kamulah yang menentukan hidupmu. Bukan orang lain, bukan situasi. Perasaan memegang kendali ini bisa memberikan perasaan berdaya dan perasaan mampu pada dirimu.

Misalnya kata-kata”Saya tidak bisa makan gorengan” dengan “Saya tidak makan gorengan”. Bisa jadi kelihatannya sama tapi bisa memberikan efek yang berbeda.

“Tidak bisa” pada kalimat pertama seperti menekankan ada faktor dari luar yang menyebabkan kamu nggak bisa makan gorengan, mungkin dilarang dokter, karena lagi diet dan lain-lain.

Tapi kata “tidak” pada kalimat kedua menekankan bahwa itu batasan yang kamu buat sendiri. Kamu memang tidak makan gorengan bukan karena alasan eksternal yang membatasi pilihanmu, tapi karena kamu sendiri yang membuat keputusan tersebut. Itulah yang membuatmu merasa jadi lebih berdaya.

2. Agar Tidak Diremehkan atau Dimanfaatkan Orang Lain

Orang yang selalu berkata “iya” cenderung lebih mudah dimanfaatkan, terutama oleh mereka yang dominan. Orang-orang dengan karakter dominan ini bisa mencium ketidakmampuanmu berkata “tidak” sebagai sebuah sinyal kelemahan dan akan semakin mendorongmu untuk terus menuruti keinginan mereka. Mereka akan terus menekan dan memanfaatkanmu karena tahu kamu sulit menolak.

Kalau kamu terus bersikap seperti itu, lama-lama kamu bisa jadi pelampiasan bagi orang-orang yang suka mendominasi. Dengan berani menolak, kamu menetapkan batasan agar tidak dimanfaatkan.

3. Menjaga Kesehatan Mental

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang asertif cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Kenapa? Karena ketika kamu bisa menolak sesuatu yang melelahkan atau merugikan, kamu mengurangi stres. Sebaliknya, kalau kamu terus-menerus memaksakan diri untuk menyenangkan orang lain atau terus memenuhi harapan orang lain, lama-lama kamu bisa merasa tertekan, capek, bahkan burnout.

Bagaimana Cara Belajar Mengatakan “Tidak”?

Menurut Sarri Gilman dalam TEDx Talks “Good Boundaries Free You”, ketika dihadapkan pada permintaan seseorang, sebenarnya kamu hanya punya dua pilihan, Yes or No. Ada beberapa cara untuk berlatih mengatakan “tidak” yang bisa membantumu lebih asertif.

1. Dengarkan Suara Hatimu

Sebelum menjawab, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah saya benar-benar ingin melakukan ini?” Jika hatimu langsung berkata “tidak”, maka percayalah pada intuisi itu karena merupakan tanda bahwa kamu perlu menetapkan batasan.

Misalnya, teman mengajak nongkrong di hari kerja. Kamu tahu bahwa ini akan membuatmu kelelahan esok harinya. Jika hati kecilmu sudah menolak, maka tegaskan saja, “Maaf ya, saya lagi butuh istirahat.”

2. Jangan Takut dengan Reaksi Orang Lain.

Sering kali, kamu merasa tidak enak menolak karena takut membuat orang lain kecewa. Padahal kenyataannya, semua orang punya kehidupannya sendiri-sendiri dan prioritas masing-masing. Tidak semua permintaan harus selalu diterima.

Bila kamu terbiasa menerima dan bilang “iya”, mungkin orang-orang di sekitarmu akan terkejut saat pertama kali kamu menolak dan bilang “tidak”. Tapi seiring waktu, mereka akan mulai memahami bahwa kamu juga memiliki batasan.

Jika mereka benar-benar teman atau kolega yang baik, mereka akan menghormati keputusanmu. Jangan takut bahwa menolak akan merusak hubungan. Justru batasan yang jelas bisa membuat hubungan lebih sehat.

3. Utamakan Self-Care

Self-care di sini bukan hanya soal makan makanan sehat atau rutin olahraga, tapi termasuk menjaga dirimu sendiri dari stres. Mengatakan “tidak” bukan hanya soal menolak permintaan orang lain, tapi juga soal tentang menjaga emosional, kesehatan mental dan menjaga keseimbangan hidupmu.

Jika kamu terus berkata “iya” demi menyenangkan orang lain, lama-lama kamu akan kehilangan waktu untuk dirimu sendiri. Kesempatanmu untuk mendapatkan kesenangan dari hal-hal yang kamu sukai jadi berkurang karena  selalu mengikuti orang lain bukan mengikuti keinginanmu sendiri.

4. Mulai dari Hal-Hal Kecil

Jika selama ini kamu menjadi orang yang sangat baik, berusaha menyenangkan semua orang (people pleasure) selalu menjadi Yes Man. Hal tersebut menjadi lebih sulit lagi bagimu untuk menolak dalam situasi besar seperti kepada bos, pacar, pasangan dan keluarga. Jadi cobalah mulai dari hal-hal kecil.

Pilih situasi unum yang enggak terlalu signifikan untuk belajar bilang “tidak”. Contohnya, saat Kasir di Minimarket menawarkan produk diskon, alih-alih bilang “Nggak dulu” atau “Nanti deh Mbak.” Coba kamu jawab dengan lebih lugas “Nggak Mbak, sorry terima kasih” 

Atau ketika ada sales yang menawarkan produk, jangan bilang “Nanti saya pikirkan,” coba langsung katakan, “Maaf, saya tidak tertarik. Terima kasih.” Lama-kelamaan kemampuanmu untuk berkata “tidak” akan meningkat, dan rasa bersalah setelahnya pun akan berkurang

Mulailah dari hal-hal yang kecil, perlahan-lahan kamu akan lebih nyaman mengatakan “tidak” tanpa merasa bersalah dan rasa nggak enakan yang muncul akan semakin berkurang.

*****

Berani berkata “tidak” bukan berarti menjadi orang yang kasar atau egois. Sebaliknya, ini tentang menghargai diri sendiri dan bagian dari menjaga kesejahteraan dirimu sendiri.

Kamu tidak bisa menghindari fakta bahwa akan selalu ada orang yang ingin memanfaatkan kebaikanmu dan selalu ada orang yang hanya peduli terhadap dirinya sendiri. Mereka akan selalu mencari celah untuk memanfaatkan dirimu.

Jika kamu terus mengiyakan semua permintaan, bisa jadi kamu akan kehilangan waktu untuk hal-hal yang sebenarnya penting bagi dirimu sendiri dan berisiko kehilangan energi serta kebahagiaanmu. 

Jadi mulai sekarang, berlatihlah mengatakan “tidak” untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan prioritasmu dengan percaya diri. Hidup akan lebih sehat, lebih seimbang, dan lebih bahagia.

Leave a comment