Sudah Siap dengan Pertanyaan Kapan Menikah dan Kapan Punya Anak? Ini Cara Menjawabnya
KOMPAS.com – Hari raya Idul Fitri atau Lebaran menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga besar.
Meski membahagiakan, namun beberapa orang justru menghindari momen tersebut lantaran ada pertanyaan-pertanyaan klise soal kapan menikah atau kapan punya anak yang terasa mengganggu.
Untuk sebagian orang, pertanyaan kapan nikah menjadi momok tersendiri. Beberapa warganet di media sosial X mengaku tak nyaman ketika ditanya soal pernikahan saat Lebaran.
“Ga nyaman ditanya kerja di mana, gaji berapa, dan kapan nikah,” tulis @te**********, Sabtu (22/3/2025).
Sebagian orang yang sudah terlalu jengah dengan pertanyaan tahunan itu umumnya akan menjawab dengan candaan.
“Awas aja kalau Lebaran nanti ditanya ‘Cowoknya mana? Kapan nikah?’ Ku tagih tarif 10 juta,” gurau @te************.
Lantas, bagaimana cara menjawab pertanyaan klise di momen Hari Raya itu?
Baca juga: 5 Alasan Orang Tanya Kapan Nikah Saat Lebaran dan Cara Menjawabnya
Cara menjawab pertanyaan kapan nikah
Psikolog sekaligus dosen di Fakultas Psikologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo melalui survei yang dilakukannya mengatakan, pertanyaan kapan nikah saat Lebaran termasuk salah satu pertanyaan yang dihindari oleh sebagian orang.
Meski terdengar sepele, Ratna mengungkapkan bahwa pertanyaan itu menjadi momok bagi sebagian orang hingga mereka merasa tertekan.
Dia juga menjelaskan bahwa pertanyaan tersebut dapat menimbulkan gangguan psikologis bagi mereka yang ditanya.
Meski demikian, pertanyaan kapan nikah tidak bisa dihindari begitu saja. Anda tentu tidak bisa mengontrol seseorang untuk menyampaikan pertanyaan kepada diri Anda. Yang bisa dikontrol oleh diri sendiri adalah respons dan sikap Anda ke orang lain.
Ratna menyarankan, jawablah pertanyaan kapan menikah dengan sikap santun dan tidak emosi. Sampaikan sesuai dengan kondisi yang sekarang sedang dialami. Misalnya, fokus sekolah, membangun karier, dan meniti usaha.
Baca juga: 3 Alasan Kerabat Hobi Bertanya Kapan Nikah dan Kapan Punya Anak di Momen Lebaran
Berikut cara menjawab pertanyaan kapan menikah atau kapan punya anak:
1. Mulai pembicaraan dengan topik umum
Jika Anda enggan ditanya kapan menikah, cobalah untuk membangun topik obrolan yang umum saat berkumpul dengan keluarga di momen Lebaran.
Hindari membicarakan obrolan yang menyinggung masalah pribadi agar tidak memancing pertanyaan kapan menikah.
2. Mengalihkan topik pembicaraan
Jika cara pertama belum berhasil, cobalah untuk mengalihkan topik obrolan ke hal-hal yang umum.
Anda bisa menjawabnya dengan, “Lebih baik kita ngomongin hal lain aja, yuk”.
Atau, bisa dengan berbasa-basi, seperti “Minta doa aja ya, semoga cepat dapat jodoh”.
3. Jangan lupa tersenyum
Meski tidak nyaman, cobalah untuk menghadapi pertanyaan kapan menikah dengan tersenyum. Kemudian, jangan terlalu dipikirkan pertanyaan tersebut.
Sebab, obrolan ini hanya dibahas oleh orang yang tidak memiliki topik pembicaraan.
Ada kalanya, orang bertanya tanpa berpikir sehingga mereka bertanya sebatas mengenai apa yang biasanya ditanyakan, seperti pertanyaan stigmatif kapan menikah.
Di sisi lain, tersenyum juga membawa dampak positif bagi diri kita dan orang lain. Ahli psikologi mengungkapkan bahwa senyuman dapat menstimulasi hormon kebahagiaan dalam diri manusia.
Baca juga: Tips Menjawab Pertanyaan Klise Saat Lebaran, Termasuk Kapan Nikah…
4. Membalas dengan lelucon
Pertanyaan stigmatif, seperti kapan menikah seringkali membuat emosi atau menghilangkan gairah.
Untuk mengatasinya, cobalah menjawab pertanyaan tersebut dengan candaan atau lelucon. Tujuannya agar tidak terjadi ketegangan di tengah obrolan.
Anda bisa menjawabnya dengan kalimat, “Besok, kalau enggak hujan”. Atau, “nikah itu kayak hujan, kalau enggak datang ya enggak apa-apa”.
5. Menjawab dengan jujur dan konkret
Psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal mengatakan, pertanyaan kapan menikah juga bisa dijawab dengan jawaban jujur mengenai kondisi saat ini.
“Misalnya, ‘Aku punya rencana menikah di masa depan, tapi belum ada waktu yang tepat’. Atau, bisa juga dengan, ‘Aku sedang fokus dengan karier atau kuliah’,” kata Danti kepada Kompas.com, Sabtu.
Jangan lupa pula untuk tetap tersenyum dan tenang saat mendapat pertanyaan kapan nikah.
Danti menyarankan untuk tidak merasa terbebani saat mendapat pertanyaan tersebut. Dia mengimbau untuk menyikapi pertanyaan stigmatif itu dengan bijak dan sopan.
Baca juga: Pria Ini Bunuh Tetangganya karena Kesal Sering Ditanya Kapan Nikah
6. Bisa coba menghindar
Menurut Danti, jika Anda sudah merasa tidak nyaman dengan pertanyaan kapan menikah, jangan ragu untuk mengakhiri percakapan tersebut.
Senada dengan Danti, Ratna juga menyarankan untuk menjauh dari lokasi ketika sudah merasa tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut.
Dia tak menampik, berkali-kali ditanya kapan menikah tentu akan membuat seseorang merasa tertekan. Oleh sebab itu, cobalah keluar mencari udara segar dan menarik napas panjang.
“Self talk bahwa ini hanya sementara dan sibukkan diri sambil berpikir hal indah agar tak fokus ke hal negatif yang menyedot energi,” kata Ratna.
Anda juga bisa memberikan “butterfly hug”, yakni dengan melakukan gerakan memeluk diri sendiri sambil memberikan sugesti positif, seperti, “Apapun yang orang katakan tentang aku, aku menerima dan mencintai diriku apa adanya. Semoga yang mereka katakan akan menjadi doa-doa terbaik untukku. Aamiin”.
Baca juga: Viral Anang Cecar Ghea Kapan Nikah, Kenapa Ada Standar Usia Menikah di Masyarakat?
Mengapa kerabat sering menanyakan kapan nikah?
Menurut Ratna, pertanyaan stigmatif kapan menikah muncul akibat dorongan dari keluarga dan lingkungan dalam budaya Indonesia.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang Indonesia kerap menanyakan hal tersebut, yaitu:
1. Menikah dianggap sebagai bentuk kedewasaan dan tanggung jawab
Ratna menerangkan, budaya Indonesia meyakini bahwa orang yang sudah lulus studi, menikah, atau bekerja berarti sudah dewasa dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Di sisi lain, orang yang sudah melewati fase tersebut menandakan bahwa dia tidak lagi menggantungkan hidupnya kepada orang tua. Hal ini bisa menjadi tolok ukur atau kesuksesan orang tua dalam membesarkan anaknya.
“Orang tua pada masyarakat Jawa misalnya, belum merasa menjadi ‘wong tuwo’ atau orang tua yang sebenarnya, jika anaknya belum menikah,” kata Ratna.
2. Membawa nama baik keluarga
Di beberapa kasus, pertanyaan kapan nikah lebih sering ditanyakan kepada perempuan yang usianya sudah matang tetapi belum juga berkeluarga.
Perempuan akan didorong untuk segera menikah karena membawa nama baik keluarga. Ada keyakinan bahwa pamali jika sudah berusia cukup tetapi belum juga menikah.
“Makanya orang tua terus terpikir agar anaknya segera menikah, ‘mentas’. Mentas itu satu keadaan di mana ia keluar dari ‘tanggungan keluarga’,” ungkap Ratna.
Baca juga: Ramai soal Buku Nikah Beda Warna antara Dua Pasang Pengantin, Ini Penjelasan Kemenag
3. Kontrol sosial masyarakat
Pertanyaan kapan menikah, menurut Ratna, juga berkaitan erat dengan kontrol sosial dalam masyarakat. Orang yang belum menikah dianggap tidak laku, entah karena penampilan atau perilakunya.
Menurut Ratna, jika hal ini dikaitkan dengan kekerabatan dalam keluarga, maka orang tua anak akan merasa tertekan karena anaknya mendapat stigma tidak laku dari orang di sekitarnya.
Hal ini dapat memberikan dampak psikologis bagi anak maupun orang tua itu sendiri.
4. Keluarga besar merasa ikut tanggung jawab
Ratna mengatakan, sebagian keluarga besar merasa ikut bertanggung jawab ketika ada salah satu saudaranya ‘tidak laku’.
Oleh karena itu, beberapa keluarga besar sering menanyakan kapan nikah kepada kerabatnya yang sudah matang tetapi belum menikah.
Itulah penyebab mengapa kerabat suka menanyakan hal sensitif dan bagaimana cara terbaik menjawabnya.