Orang yang Udah Gak Kepengen Beli Baju Lebaran Itu Sekarang Adalah Aku
Sejak usia kepala 3, aku dan suami sudah tidak lagi kepengen beli baju lebaran, sekarang, fokus kami hanya kepada baju anak-anak saja. Dulu, setiap menjelang lebaran, euforia membeli baju baru selalu terasa seperti ritual yang wajib dilakukan, kami sekeluarga biasa memakai baju dengan jenis dan warna yang senada.
Kebiasaan sejak kecil, momen ini adalah salah satu hal yang paling dinantikan: memilih kain, menyesuaikan model, dan akhirnya memakai baju baru di hari raya.
Sekarang, semangat itu mulai pudar. Kini, aku merasa tidak lagi begitu ingin membeli baju lebaran. Dan mungkin, kamu juga merasakan hal yang sama.
Makna Baju Lebaran yang Sebenarnya
Banyak dari kita tumbuh dengan pemahaman bahwa lebaran identik dengan baju baru. Tradisi ini memang sudah melekat dalam budaya masyarakat kita.
Namun, jika kita kembali ke esensi Idul Fitri, sebenarnya tidak ada kewajiban untuk mengenakan pakaian baru. Yang lebih dianjurkan adalah mengenakan pakaian terbaik dan bersih, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
“Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Umar mengambil sebuah jubah dari sutra tebal yang dijual di pasar, lalu ia membawanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, belilah ini, berhiaslah dengannya untuk hari raya dan menyambut tamu.'” (HR. Bukhari no. 948)
Dalam hadits ini, yang ditekankan bukan tentang pakaian baru, tetapi pakaian yang bersih dan pantas untuk menyambut hari kemenangan. Selain itu, dalam Al-Qur’an, Allah juga berfirman:
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Ayat ini menegaskan bahwa mengenakan pakaian yang baik adalah bagian dari ibadah, tetapi tidak boleh berlebihan atau menjadi beban.
Kenapa Semangat Lebaran Bisa Berkurang Seiring Bertambahnya Usia?
Saat kecil, Lebaran terasa begitu menyenangkan karena ada banyak hal yang kita tunggu: baju baru, uang THR, kue-kue lezat, dan berkumpul dengan keluarga besar.
Namun, seiring bertambahnya usia, perspektif kita berubah. Ada beberapa alasan mengapa semangat untuk membeli baju Lebaran atau merayakan dengan euforia yang sama mulai menurun:
Perubahan Prioritas dan Makna
Dalam psikologi perkembangan, ada teori yang disebut socioemotional selectivity theory oleh Laura Carstensen (1999). Teori ini menjelaskan bahwa seiring bertambahnya usia, seseorang cenderung lebih memilih hal-hal yang memiliki makna lebih dalam daripada kesenangan sesaat. Mungkin dulu baju baru adalah simbol kebahagiaan, tetapi sekarang kita lebih menghargai momen bersama keluarga.
Kesadaran Finansial
Saat kecil, kita tidak perlu memikirkan biaya. Tapi saat dewasa, kita mulai memahami bahwa ada banyak pengeluaran yang lebih penting daripada membeli baju baru yang mungkin hanya dipakai beberapa kali.
Faktor Nostalgia dan Kenangan
Semangat Lebaran juga sering dikaitkan dengan kenangan masa kecil. Penelitian psikologi oleh Wildschut et al. (2006) menunjukkan bahwa nostalgia bisa membentuk cara seseorang memaknai suatu peristiwa. Ketika orang-orang yang dulu menemani kita saat Lebaran (seperti kakek-nenek atau orang tua) sudah tiada, maka euforia Lebaran pun bisa terasa berbeda.
Makna Spiritual yang Lebih Dalam
Saat kita lebih memahami agama, kita menyadari bahwa Idul Fitri bukan hanya tentang perayaan fisik, tetapi juga kemenangan spiritual setelah sebulan berpuasa. Kita lebih memikirkan bagaimana meningkatkan kualitas ibadah daripada sekadar tampilan luar.
Outfit Lebaran: Pakai Baju yang Lama Aja
Lebaran tahun ini, aku memutuskan untuk memakai baju yang sudah ada di lemari. Tidak ada yang salah dengan baju tahun lalu atau bahkan beberapa tahun yang lalu, selama masih layak pakai dan nyaman.
Rasanya justru lebih membebaskan karena tidak perlu sibuk mencari atau membeli sesuatu yang baru hanya demi mengikuti kebiasaan.
Selain itu, memakai baju lama juga bisa menjadi bentuk kesadaran akan keberlanjutan. Industri fashion cepat (fast fashion) sering kali memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
Dengan memakai kembali baju lama, kita ikut mengurangi limbah tekstil dan lebih bijak dalam konsumsi. Lebaran tetap bisa dirayakan dengan penuh suka cita, tanpa harus membeli sesuatu yang baru setiap tahunnya.
Merayakan Lebaran dengan Kesederhanaan
Tidak ada yang salah dengan membeli baju baru untuk Lebaran jika itu memang membuat kita bahagia. Namun, kita juga perlu menyadari bahwa kebahagiaan tidak harus selalu datang dari hal-hal material.
Sebagai gantinya, kita bisa fokus pada aspek yang lebih bermakna: memperbaiki hubungan dengan keluarga, memperdalam makna ibadah, atau berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Justru, kebahagiaan terbesar mungkin bukan dari baju baru, tetapi dari hati yang lebih bersih dan hubungan yang lebih harmonis.
Jadi, jika tahun ini kamu tidak merasa perlu membeli baju Lebaran, itu bukan berarti kamu kehilangan semangat. Mungkin, justru kamu sedang menemukan makna Lebaran yang sebenarnya.