Kisah Du Huzhen, Menunggu Suaminya Selama 80 Tahun, tapi Tak Kunjung Pulang hingga Meninggal Dunia
KOMPAS.com – Seorang wanita di China, Du Huzhen (103) China meninggal dunia setelah menunggu kepulangan suaminya, Huang Junfu, selama delapan dekade.
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Senin (17/3/2025), pihak keluarga mengatakan, Du meninggal di rumahnya di Provinsi Guizhou, di barat daya China pada 8 Maret.
Sebelum meninggal, Du tengah memegang sarung bantal tua di tangannya yang digunakan saat menikah pada 1940.
Berharap bertemu suaminya yang telah dirindukan selama puluhan tahun, Du meninggal dengan tenang, seolah-olah akan dengan suaminya di surga.
Berikat kisah penantian Du Huzhen menunggu suaminya…
Baca juga: Sosok Wheesung, Penyanyi Lagu Insomnia yang Meninggal Akibat Henti Jantung
Suami bertugas sebagai tentara
Du berusia tiga tahun lebih tua dari suaminya, Huang Junfu. Mereka memutuskan menikah pada 1940.
Tak lama setelah menikah, Huang diminta kerajaan untuk bertugas sebagai tentara Kuomintang dan pergi berperang.
Lantaran abdi kerajaan harus mengemban tugas yang berat dan kerap dinas luar kota, Du menyusul Huang dan tinggal bersama saat suaminya menjalani dinas militer pada 1943.
Du pun hamil anak pertamanya dan memutuskan untuk pulang ke Guizhou.
Pada Januari 1944, Du melahirkan putra mereka, Huang Fachang.
Tak lama setelah itu, Huang Junfu meninggalkan rumah dan bertugas sebagai tentara lagi.
Namun, ternyata itu merupakan kali terakhir Du melihat suaminya.
Baca juga: Bupati Way Kanan Meninggal Dunia, Sebahaya Apa Komplikasi Diabetes?
Kirim surat
Dikutip dari The Star, Selasa (18/3/2025), selama bertugas, Huang Junfu tidak melupakan istrinya. Ia tetap memberikan kabar melalui surat yang ditulis tangan.
Menurut keterangan keluarga Du, Huang Junfu terakhir mengirim surat pada 15 Januari 1952.
Dalam surat itu, Huang Junfu berpesan agar Du giat belajar dan mementingkan pendidikan.
“Demi pendidikan Fachang, kamu harus membiarkan dia mementingkan pelajaran, tidak peduli seberapa miskin keluarga kita. Pasti akan ada waktu kita untuk bertemu kembali,” tulis Huang Junfu dalam surat.
Kertas surat yang digunakannya menunjukkan bahwa Huang Junfu bekerja di sebuah perusahaan konstruksi China di Malaysia.
Sementara itu, dokumen dari Departemen Pemerintah daerah Zunyi yang menangani urusan imigran China menunjukkan, Huang Junfu menetap di Malaysia pada 1950.
Namun, setelah pindah ke Singapura, tidak terdengar kabar tentangnya.
Baca juga: Profil Ali Rahman, Bupati Way Kanan yang Meninggal Dunia Dua Minggu Setelah Dilantik
Bekerja keras dan tetap setia
Mengingat pesan yang diamanatkan suaminya, Du menafkahi keluarga dengan bekerja di ladang pada siang hari.
Ia bahkan masih bekerja dengan menenun sandal jerami dan kain pada malam hari.
Selama suaminya tidak ada, beragam tawaran lamaran pun diacuhkan oleh Du. Sebab, ia mengaku khawatir suaminya pulang ketika sudah menerima lamaran orang lain.
Upaya kerja keras yang dilakukan Du pun berbuah manis.
Huang Fachang menjadi guru sekolah menengah pada akhir tahun 1970-an, setelah bersaing dengan ratusan pelamar lainnya.
Namun, ia meninggal pada tahun 2022, meninggalkan beberapa anak, yang merupakan cucu Du.
Keluarga Du mengatakan, mereka telah mencoba berbagai cara untuk mencari Huang Junfu, termasuk memasang pemberitahuan di surat kabar dan menyewa agen asing.
Namun, semuanya tidak membuahkan hasil. Cucu perempuan Du, Huang Liying, mengaku keluarganya akan terus memenuhi keinginan neneknya dan mencoba menemukan Huang Junfu beserta keturunannya.
Baca juga: Profil Fikri Jufri, Pendiri Majalah Tempo yang Meninggal Hari Ini