Apakah Hemat Saja Cukup Untuk Finansial Sehat?
Menjalani bulan Ramadan pasti sebelumnya sudah ada persiapan, seperti menu takjil, buka dan sahur. Persiapan kesehatan agar kuat shalat tarawih berjamaah, menyiapkan peralatan sholat, atau mungkin di bulan Ramadan ada yang merenovasi rumah untuk menyambut Idul Fitri semakin berkesan.
Nah, karena Ramadan bulan yang istimewa, pasti di dalam diri ada saja keinginan untuk menjadikan bulan ini terasa istimewa, bisa dengan memasak menu yang sebelumnya sering makan tahu tempe, kalau Ramadan pengen masak ikan dan ayam setiap harinya, dan banyak keinginan lainnya.
Nggak ada yang salah dengan kegembiraan menyambut Ramadan, namun ada konsekuensi yang harus dijalani yaitu butuh dana yang tidak sedikit. Sudah siapkah semuanya?
Sadar Diri dengan Kondisi Keuangan
Kesehatan finansial adalah kondisi di mana seseorang mampu mengelola pendapatan, pengeluaran, tabungan, dan investasi dengan bijak sehingga terhindar dari stres keuangan dan siap menghadapi masa depan.
Yuk, selalu cek kondisi keuangan keluarga maupun pribadi bagi yang masih jomblo, apakah arus kasnya sehat, mampu membayar utang setiap bulannya, kondisi keuangan untuk dana darurat dan investasi cek dulu yuk!
Lebih jelasnya, kamu bisa mengetahui finansial sehat ditandai oleh beberapa indikator:
Kemampuan memenuhi kebutuhan dasar tanpa bergantung pada utang.
Memiliki dana darurat untuk menghadapi risiko tak terduga seperti PHK atau sakit.
Bebas dari hutang konsumtif dengan bunga tinggi.
Adanya tabungan dan investasi untuk tujuan jangka panjang, seperti pendidikan anak atau pensiun.
Ketenangan pikiran karena tidak dibebani masalah keuangan.
Sudahkah kondisi keuanganmu termasuk kedalam indikator finansial sehat, dalam kondisi seperti ini, poin satu dan poin tiga terpenuhi sudah bersyukur banget. Selanjutnya, bagaimana untuk memenuhi semua indikator di atas? Apakah hemat saja cukup?
Apakah Hemat Saja Cukup Untuk Financial Sehat?
Hemat merupakan langkah awal yang penting, tetapi tidak cukup hanya itu saja yang dilakukan. Bayangkan seseorang berpenghasilan Rp5 juta/bulan dan berhasil menabung Rp1 juta. Namun, tanpa investasi, uang tersebut hanya akan tumbuh sedikit karena inflasi (rata-rata 3% per tahun di Indonesia). Di sisi lain, jika kamu mampu menginvestasikan Rp1 juta tersebut di reksadana dengan return 8% per tahun, dalam 10 tahun nilainya bisa mencapai sekitar Rp18 juta (dengan asumsi bunga majemuk).
Selain itu, hidup terlalu hemat bisa kontraproduktif jika membuat seseorang kehilangan kualitas hidup atau peluang berkembang. Misalnya, menolak kursus keterampilan karena ingin menghemat justru menghambat peningkatan karir.
Hemat yang cocok untuk situasi saat ini adalah sadar diri dan mampu mengendalikan diri agar tidak boros, memilih mana barang yang benar dibutuhkan dengan barang yang bersifat keinginan saja dan belinya bisa ditunda.
Berhemat juga memberikan kesadaran diri jika memang diri ini belum bisa memberikan suatu hal yang lebih, maka jangan memaksakan, pakai atau beli semampunya, jangan sampai berhutang yang sifatnya konsumtif.
Berikut cara lain agar indikator finansial sehat dapat terpenuhi:
Jika kamu sudah melakukan berhemat, sudah saatnya mencari cara lain agar indikator finansial dapat terpenuhi, berikut caranya:
Buat Anggaran (Budgeting). Langkah pertama adalah mencatat semua pemasukan dan pengeluaran. Gunakan metode 50-30-20: 50% untuk kebutuhan pokok. 30% untuk keinginan (hobi, liburan). 20% untuk tabungan dan investasi.Hidup hemat bukan sekadar menahan diri, namun kebiasaan membelanjakan uang sesuai kebutuhan, bukan keinginan sesaatAlokasi Dana Darurat. Dana darurat minimal setara 3–6 bulan pengeluaran. Simpan di rekening terpisah atau deposito agar mudah diakses saat darurat.Lunasi Utang yang Mendesak. Prioritaskan melunasi utang dengan bunga tertinggi (seperti kartu kredit) terlebih dahulu. Gunakan metode Debt Snowball (melunasi utang terkecil dulu untuk motivasi) atau Debt Avalanche (fokus pada utang dengan bunga tertinggi).Investasi Sesuai Profil Risiko. Investasi adalah cara mengembangkan uang agar tidak tergerus inflasi. Pilih instrumen sesuai tujuan: Jangka Pendek (1–3 tahun): Deposito, reksadana pasar uang. Jangka Menengah (3–5 tahun): Reksadana campuran, obligasi. Jangka Panjang (>5 tahun): Saham, properti, emas.Cari Tambahan Penghasilan. Hemat perlu diimbangi dengan peningkatan pendapatan. Carilah sumber pendapatan lain, seperti menjadi freelancer, berjualan dan masih banyak lagi.
Jika menerapkan cara yang sudah dijelaskan di atas, untuk kebutuhan selama Ramadan yang tidak biasa, bisa diambil dari sumber penghasilan lain selain penghasilan utama, bisa juga dari hasil investasi untuk membelanjakan baju baru atau renovasi rumah.
Jadi, persiapan Ramadan tidak hanya menyiapkan mental dan kesehatan saja, melainkan juga finansial. Alokasikan dana secara bijak, jika belum mampu untuk berbelanja di luar kemampuan jangan memaksa, dan semoga bulan Ramadan bisa memaknai tentang menahan nafsu duniawi yang bisa menjerumuskan kita dalam sikap boros. Semangat puasa ya!
Sumber:
https://www.investopedia.com/terms/f/financial-health.asp
https://www.ocbc.id/id/article/2023/01/31/cek-kesehatan-keuangan
https://www.ruangmenyala.com/article/read/ini-dia-cara-cek-kesehatan-keuangan-pribadi-dan-indikatornya