Informasi Terpercaya Masa Kini

Selisih Subuh dan Maghrib di Kutub Utara Hanya Satu Jam, Bagaimana Aturan Puasanya?

0 7

KOMPAS.com – Setiap negara di dunia memiliki durasi puasa Ramadhan yang berbeda-beda, tetapi umumnya berlangsung selama belasan jam.

Namun, salah satu daerah di Kutub Utara memiliki durasi puasa yang sangat singkat, seperti yang diceritakan pada unggahan akun X (Twitter) @ommi****egar, Minggu (2/3/2025).

Berdasarkan unggahan tersebut, umat Islam di Murmansk, Rusia, menjalankan puasa selama satu jam lantaran waktu masuknya subuh, maghrib, dan isya sangat berdekatan.

Bahkan, ketika Desember, Matahari tidak terbit sama sekali di daerah yang berada di bagian utara Bumi tersebut.

“di wilayah Kutub Utara puasa hanya sekitar satu jam..,” tulis pengunggah.

Lantas, bagaimanakah aturan puasa Ramadhan di wilayah yang selang waktu terbit dan terbenamnya Matahari sangat singkat? 

Baca juga: Apakah Menangis Membatalkan Puasa? Ini Kata MUI

Lama puasa di Kutub Utara

Indri Desiati, warga negara Indonesia (WNI) asal Surabaya yang tinggal di Norwegia, membenarkan bahwa sebagian daerah di utara Bumi memiliki waktu puasa yang ekstrem.

Misalnya di Svalbard, yaitu wilayah paling utara Norwegia yang saat ini sedang mengalami fenomena midnight sun.

Fenomena ini merujuk pada peristiwa alam saat Matahari terlihat sepanjang siang hingga malam. Bahkan, tengah malam, di sana akan tampak terang benderang.

“Kalau enggak salah Matahari hari ini (di Svalbard) terbit sekitar pukul 08.00,” ungkap Indri, saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (5/3/2025).

Karena itu, lanjutnya, pada Ramadhan ini waktu shalat dan durasi puasa di sana mengikuti tiga opsi, yakni ikut jadwal shalat kota terdekat, ikut waktu Mekkah, atau ikut freeze time (hitungan astronomis).

“Jadi lebih pada pilihan masing-masing, karena enggak ada malam sejati di mana Matahari ada terus, maka untuk orang-orang di sana difatwakan untuk bisa memilih,” jelasnya.

Orang Indonesia yang tinggal di Svalbard, kata Indri, kebanyakan mengikuti waktu Mekkah. Sementara, orang timur tengah biasanya memilih mengikuti waktu lokal.

Baca juga: Awal Puasa Ramadhan 2025 di Berbagai Negara, Mulai Kapan?

Aturan puasa di Kutub Utara

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Miftahul Huda menjelaskan, apabila daerah di Kutub Utara tersebut masih memiliki siklus siang dan malam walau singkat, durasi puasa Ramadhan tetap mengikuti waktu setempat.

“Sebatas pengetahuan dan informasi yang saya dapat, bahwa masyarakat Muslim setempat dapat beradaptasi dengan siklus musim di daerahnya. Artinya, mereka puasa dan shalat dengan tetap mengikuti pergerakan Matahari (siang dan malam),” papar Huda kepada Kompas.com, Rabu.

Sebaliknya, jika durasi siang sangat panjang dengan kondisi Matahari terbit hingga 24 jam, waktu shalat dan puasa bisa mengikuti daerah terdekat.

Artinya, buka puasa mengikuti waktu tenggelamnya Matahari di daerah yang masih memilliki siklus siang dan malam.

Apabila waktu puasa tetap sangat panjang sampai 18 jam, Muslim di kawasan tersebut bisa melakukan puasa qadha.

“Berbukanya tetap berpedoman pada terbenamnya Matahari, tetapi jika memberatkan dan membahayakan kesehatannya, seseorang boleh berbuka dan wajib meng-qadha setelah bulan Ramadhan,” jelas Huda.

Sementara, Dosen Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Surakarta, Syamsul Bakri mengatakan, ada dua pilihan aturan berpuasa di daerah Kutub Utara.

Pertama, umat Islam tetap mengikuti waktu setempat dari munculnya fajar shadiq sampai Matahari terbenam. Kedua, durasi puasa bisa mengikuti waktu Mekkah.

“Di kutub ada yang lama sekali siangnya ada yang siangnya cepat, ya sudah ikuti kondisi alam, itu yang tekstual. Kontekstual itu dinisbatkan, misalnya, sama dengan Mekkah, 14 jam misalnya,” tutur Syamsul, saat dihubungi Kompas.com secara terpisah, Rabu.

Menurutnya, pilihan durasi puasa ini tergantung dari keputusan ulama di masing-masing daerah.

Baca juga: Alasan Tak Boleh Langsung Minum Teh Saat Buka Puasa Menurut Dokter

Leave a comment