Informasi Terpercaya Masa Kini

Mengapa Masih Enggan Berjilbab?

0 34

Dalam kesempatan ini, mari kita merenungi panggilan hati. Kita tahu, dalam gelombang modernisasi yang kian deras, banyak perempuan muslimah terombang-ambing antara tuntutan iman dan godaan dunia. 

Fenomena enggan berjilbab menjadi tantangan yang tak hanya bersifat sosial, tetapi juga spiritual. Sebagai seorang muslim, saya ingin mengajak kita semua merenung: Mengapa jilbab, yang sejatinya adalah mahkota kemuliaan, masih dianggap sebagai beban?

Lalu, mengapa masih enggan berjilbab? Mari kita merefleksi atas kemuliaan, kewajiban, dan kehormatan perempuan muslimah terkait jilbab.

1. Antara Alasan dan Realita: Menyelami Psikologi Penolakan 

Tidak sedikit alasan yang dilontarkan untuk menunda berjilbab: “Saya belum siap mental,” “Jilbab membuat penampilan terlihat tua,” atau “Karir saya bisa terhambat.” Dari sudut pandang psikologi, ini adalah mekanisme pertahanan diri yang wajar. Manusia cenderung mencari pembenaran untuk menghindari perubahan yang dianggap “mengganggu zona nyaman.” Namun, perlu kita tanya: Benarkah alasan-alasan ini murni dari dalam hati, atau justru bisikan halus yang menjauhkan kita dari ketaatan?

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setan mengalir dalam tubuh manusia seperti aliran darah” (HR. Bukhari). Ketakutan akan penilaian sosial, keinginan untuk diterima lingkungan, atau rasa tidak percaya diri sering kali adalah jerat yang dipoles setan agar kita lupa: jilbab bukan sekadar kain, melainkan identitas keimanan.  

2. Jilbab dalam Lensa Spiritual: Bukan Sekadar Penutup, Taman yang Menjaga

Seorang imam di Perancis pernah memberikan analogi sederhana namun mendalam. Ia mengambil dua permen: satu terbuka, satu tertutup bungkus. Saat ditanya mana yang dipilih, orang-orang memilih yang tertutup. Sang imam pun berkata, “Wanita muslimah yang berjilbab ibarat permen yang masih terbungkus. Ia lebih berharga dari emas, karena kemuliaannya terjaga.”

Inilah esensi jilbab: pelindung yang mengangkat derajat perempuan. Allah berfirman,  

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang beriman: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali (sebagai wanita merdeka) sehingga tidak diganggu.” (QS. Al-Ahzab: 59).  

Syaikh As-Sa’di menjelaskan, tanpa jilbab, perempuan rentan dipandang rendah – seperti budak yang dianggap “bebas” digoda. Jilbab adalah simbol harga diri yang memancarkan kesucian, sekaligus tameng dari pandangan yang merendahkan.

3. Jilbab di Era Modern: Antara Tantangan dan Peluang

Di tengah arus globalisasi, berjilbab memang tidak selalu mudah. Tuntutan profesi, tekanan sosial, atau stigma “keterbelakangan” sering dijadikan kambing hitam. Namun, di balik itu, justru ada peluang besar. Perempuan berjilbab hari ini bisa menjadi inspirasi: bagaimana memadukan kesucian dengan kecerdasan, kesopanan dengan keberanian, dan kesederhanaan dengan kreativitas.

Lihatlah dokter, pengacara, atau atlet berjilbab yang berprestasi tanpa kehilangan identitas. Mereka membuktikan: jilbab bukan penghalang, melainkan kekuatan yang menginspirasi. Bahkan di dunia fashion, hijab kini menjadi simbol gaya hidup yang elegan dan bermartabat.  

4. Menjawab Keraguan: “Apakah Saya Siap?”

Keraguan adalah manusiawi. Namun, ketidaksiapan bukan alasan untuk menunda kewajiban. Rasulullah mengajarkan, “Bertakwalah kepada Allah sesuai kemampuanmu” (QS. At-Taghabun: 16). Mulailah dari langkah kecil: kenakan jilbab dengan niat tulus, pelan-pelan perbaiki cara berpakaian, dan mintalah kekuatan pada Allah.  

Ingatlah, setan akan selalu membisikkan, “Esok masih ada waktu.” Tapi, apakah kita yakin esok masih diberi kesempatan? Kematian bisa datang kapan saja. Seorang ulama berkata, “Penundaan adalah bentuk penipuan diri. Jika hari ini engkau mampu berkata ‘tidak’ pada maksiat, mengapa menunggu besok?”

5. Seruan Hati: Jilbab adalah Cinta dan Perlindungan

Wahai saudariku, jilbab adalah bukti cinta Allah padamu. Ia diciptakan bukan untuk membelenggu, tetapi melindungi kehormatanmu seperti mutiara dalam cangkang. Setiap helai kain yang menutupi aurat adalah manifestasi kemuliaan yang Allah berikan hanya untuk perempuan muslimah.  

Jika hari ini engkau masih ragu, bertanyalah pada hati: “Apakah aku rela menukar ridha Allah dengan penerimaan manusia yang sifatnya sementara?”

Penutup: Dari Niat Menuju Aksi

Jilbab bukan akhir perjalanan, melainkan awal dari perjuangan menjaga kesucian. Marilah kita berlomba dalam ketaatan, bukan dalam mengikuti hawa nafsu. Sebagaimana kata pepatah Arab, “Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah”.  

Mari bertobat, berdoa, dan berikhtiar. Allah menjanjikan: “Wanita yang menjaga auratnya akan dikenali sebagai hamba-hamba yang mulia, dan bagi mereka ampunan serta pahala yang besar” (QS. Al-Ahzab: 35).  

Ya Allah, bimbinglah perempuan-perempuan muslimah untuk mencintai jilbab-Mu, dan jadikanlah hijab mereka sebagai cahaya di dunia maupun akhirat. Aamiin.

Leave a comment