Surabaya Jadi Target Pasar Penjualan Produk Skincare Lokal
SURABAYA, KOMPAS.com – Dalam upaya bersaing dengan produk kecantikan kulit dari luar negeri, skincare lokal kini menjadikan Surabaya sebagai salah satu target pasarnya.
Chief Marketing Officer (CMO) Female Daily Network, Rika Indraoktaviani, menargetkan penjualan produk skincare lokal dapat menjangkau 30.000 konsumen.
“Kami berharap bisa mendapatkan lebih dari 30.000 visitor, karena tahun lalu hampir 40.000. Makanya, kurang lebih ada di dua angka itu,” ujar Rika kepada Kompas.com, Jumat (7/2/2025).
Sebanyak 200 brand skincare lokal kini bersaing untuk menarik daya beli konsumen di Surabaya.
Rika juga menekankan bahwa kualitas skincare lokal semakin bersaing dengan produk luar negeri.
Baca juga: Bos Skincare Mira Hayati dkk Segera Disidang, Diborgol dan Kenakan Rompi Tahanan Kejari Makassar
Mereka tidak hanya menargetkan peningkatan penjualan di dalam negeri, tetapi juga berambisi untuk menembus pasar internasional.
“Sekarang para beauty founder lokal sudah tidak lagi berpikir untuk memperluas pasar di Indonesia, tetapi bagaimana caranya bisa go international,” ungkapnya.
Dia menyebutkan contoh produk skincare lokal yang telah menjadi tren di luar negeri, seperti Avoskin dan Wardah by Paragon.
“Dari segi branding juga tidak kalah dengan produk luar. Kalau dari data in short, jawabannya masih signicantly positif,” tambahnya.
Meski demikian, Rika berharap pemerintah dapat terlibat dalam memfasilitasi perkenalan produk skincare lokal secara merata, tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga di kota-kota kecil.
“Cuman gimana caranya pemerintah bisa membantu untuk memfasilitasi dari sisi exposure dan perkenalan lebih dalam lagi di semua daerah,” pungkasnya.
Baca juga: Tak Dibelikan Skincare, Gadis di Pemalang Ancam Bunuh Orangtuanya
Rika juga mengingatkan konsumen lebih selektif dalam memilih produk skincare lokal yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan kulit.
“Pintar memfilter informasi. Karena sekarang tiba-tiba muncul produk baru, sudah dikirim ke luar negeri, terus direview. Bagus tidaknya kita tidak tahu,” tuturnya.
Dia juga menekankan bahwa penggunaan produk skincare yang overklaim dapat merusak kulit dalam jangka panjang, tidak hanya pada kulit tetapi juga pada sisi bisnis.
“Nggak mungkin sih satu minggu udah langsung terlihat efeknya, misalnya seperti itu. Jadi kita lihat brand-brand mana yang memang punya USP (unique selling proposition) yang memang real,” tutupnya.