Informasi Terpercaya Masa Kini

Mengapa Penulisan Ramadan Benar Sedangkan Ramadhan Keliru?

0 3

TEMPO.CO, Jakarta – Menjelang bulan puasa, ada saja masyarakat yang masih bingung mengenai penulisan kata “Ramadan”. Ada saja yang menulisnya “Ramadhan”, padahal penulisan yang benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “Ramadan” tanpa huruf “h” di tengahnya. Lantas, mengapa penulisan “Ramadan” adalah benar, dan mengapa “Ramadhan” dianggap keliru?

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

KBBI adalah sumber resmi yang digunakan oleh masyarakat untuk mengetahui penulisan dan penggunaan kata dalam bahasa Indonesia. Dalam KBBI edisi terbaru, kata yang benar untuk merujuk pada bulan puasa umat Islam adalah “Ramadan”, tanpa huruf “h” di antara huruf d dan a. Penulisan “Ramadhan” dengan huruf “h” di tengahnya dianggap keliru dan tidak sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku.

Penyerapan Kosakata Asing dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia, seperti halnya bahasa lainnya, menyerap banyak kosakata dari bahasa asing. Salah satu bahasa yang banyak diserap bahasa Indonesia adalah bahasa Arab. Kata “Ramadhan”, yang berasal dari bahasa Arab, merupakan contoh nyata dari proses penyerapan kosakata asing ini.

Namun, dalam proses penyerapan kosakata asing, terutama dari bahasa Arab, bahasa Indonesia memiliki aturan baku yang mengharuskan penyesuaian terhadap struktur fonologi dan ejaan dalam bahasa Indonesia. Salah satu aturan penting yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam bahasa Indonesia, tidak ada penggunaan konsonan rangkap seperti “dh”.

Mengapa “Ramadhan” Tidak Benar?

Penulisan “Ramadhan” dengan huruf “h” di antara huruf d dan a memang sering muncul, tetapi ini bertentangan dengan aturan dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak mengenal rangkap konsonan seperti “dh” yang terdapat dalam bahasa Arab.

Dilansir dari kemdikbud.go.id, konsonan rangkap “dh” dalam bahasa Arab sebenarnya mewakili satu bunyi, namun dalam bahasa Indonesia, bunyi ini disesuaikan dengan “d” saja. Oleh karena itu, dalam proses penyerapan kata “Ramadhan”, huruf “dh” diubah menjadi “d”. Akibatnya, kata tersebut menjadi “Ramadan”, bukan “Ramadhan”.

Aturan Penyerapan Kosakata Asing Berdasarkan PUEBI

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah panduan resmi yang digunakan untuk menetapkan ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia. PUEBI mengatur dengan jelas bagaimana kosakata asing, termasuk kata dari bahasa Arab, harus diserap dan disesuaikan dengan aturan fonologi bahasa Indonesia. Salah satu aturan utama dalam PUEBI adalah bahwa kosakata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia harus disesuaikan dengan struktur bahasa Indonesia, termasuk dalam hal penggunaan konsonan dan pengucapannya.

Menurut PUEBI, kosakata asing yang berasal dari bahasa Arab, seperti “Ramadhan”, akan mengalami penyesuaian ejaan sehingga lebih sesuai dengan struktur fonologi bahasa Indonesia. Dalam hal ini, huruf “dh” digantikan dengan “d” untuk mematuhi aturan fonologi bahasa Indonesia yang tidak mengenal konsonan rangkap tersebut.

Penyesuaian Pengucapan dan Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia

Proses penyesuaian pengucapan dan penulisan kata dalam bahasa Indonesia bertujuan untuk menghindari kesimpangsiuran ejaan. Jika setiap kosakata asing diserap tanpa penyesuaian, maka akan terjadi kebingungannya dalam penggunaan bahasa. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa setiap kosakata yang berasal dari bahasa asing perlu disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia agar konsisten dan mudah dipahami oleh semua pengguna bahasa.

Contoh lainnya dari penyesuaian ini dapat ditemukan pada kata-kata serapan lainnya dari bahasa Arab, seperti “salat” (dari kata “sholat”), “fitrah” (dari kata “fitroh”), “derajat” (dari kata “darajah”), dan “kabir” (dari kata “kabar”). Semua kata-kata ini mengalami perubahan pengucapan dan penulisan agar lebih mudah diucapkan dan ditulis sesuai dengan sistem fonologi bahasa Indonesia.

Pilihan Editor: Wamendikdasmen: Kami yang Tidak Setuju Libur Sekolah Sebulan saat Ramadan

Leave a comment