Informasi Terpercaya Masa Kini

Cerita Ibu Tuli Rajin Ngonten: Keluarga Sempat Tak Izinkan karena Dianggap Aib

0 10

Bagi Jennifer Natalie, menjadi seorang tuli bukanlah halangan untuk berkarya. Meski demikian, ibu satu anak ini juga mengaku perjuangannya sebagai individu tuli tidaklah mudah, karena sering kali tidak diberi kesempatan. Padahal jika diberi kesempatan ia yakin kemampuannya dapat bersaing dengan individu lain pada umumnya.

Hal itu juga yang terjadi pada suaminya yang juga seorang tuli, Andy. Sebagai lulusan S1 arsitektur, Andy belum pernah mendapat kesempatan bekerja sesuai bidangnya, hingga akhirnya memutuskan menjadi driver ojek online.

Kondisi ini membuat Jennifer juga berusaha memutar otak untuk membantu suaminya menambah penghasilan keluarga. Bermula dari keisengan membuat konten di TikTok untuk mengisi waktu di kala pandemi COVID-19, Jennifer tak menyangka ini bisa membuka berbagai peluang baru dan juga menambah penghasilan.

Namun tentu saja setiap usaha tidak selalu mudah. Jennifer yang awalnya banyak mengisi konten di TikTok dengan berjoget, banyak dicibir netizen karena mengira ia pura-pura tuli agar viral. Sebab netizen bingung bagaimana orang tuli bisa mencocokkan nada lagu dengan gerakan tarian.

“Komentar negatif itu banyak yang membuat aku drop. Lalu suami aku bilang, ‘makanya jangan ngonten’. Tapi aku nggak peduli. Akhirnya aku memutuskan untuk merespons komentar itu,” tuturnya.

Jennifer kemudian membuat konten yang menunjukkan bagaimana cara ia sebagai individu tuli bisa berjoget dengan menyesuaikan nada. Pelan-pelan respons netizen semakin positif dan membuatnya makin bersemangat untuk ngonten. Belakangan ia banyak mengenalkan bahasa isyarat agar lebih dipahami khalayak luas.

Sempat Ditentang Keluarga karena Dianggap Membuka Aib

Tantangan yang dialami Jennifer saat ngonten bukan hanya datang dari netizen saja, melainkan juga dari orang terdekat, yakni keluarga. Ia mengaku sempat ditentang oleh keluarga karena dianggap membuka aib. Selain itu, ngonten juga membuatnya sering begadang mencari ide sehingga ia kurang tidur dan jadi mudah sakit. Namun demikian, Jennifer tak mengindahkan teguran itu.

“Diam-diam aku melawan. Aku mau maju. Aku ingin menunjukkan kalau tuli punya kemampuan dan aku bisa berkembang” katanya.

Lama kelamaan saat pengikutnya makin banyak dan kontennya membawa banyak perubahan positif, keluarga akhirnya mendukung. Hanya saja, ia diingatkan untuk lebih menjaga kesehatan.

Akhirnya ia membagi tugas dengan suami. Saat ia harus mengedit konten, suami menjaga anak mereka satu-satunya, Joshua. Sehingga waktu istirahat Jennifer tidak tersita.

Tantangan Jadi Orang Tua Tuli dengan Anak Dengar

Jennifer dan suami, Andy, sama-sama sebagai individu tuli. Sedangkan anak mereka, Joshua (6 tahun), bisa mendengar. Kondisi ini terkadang menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam hal komunikasi.

Jennifer mengaku sering kali terjadi miskomunikasi antara dirinya dengan Joshua dan tak jarang membuat Joshua kesal. Misalnya pada suatu hari Joshua minta makan ayam, namun Jennifer mengira Joshua minta mi ayam. Akhirnya ketika makanan datang setelah dipesankan lewat aplikasi online, baru ketahuan bahwa terjadi miskomunikasi.

Kondisi inilah yang semakin mendorong Jennifer untuk mengajari Joshua bahasa isyarat. Lambat laun Joshua makin mahir berbahasa isyarat dan sering diajak Jennifer membuat konten tentang bahasa isyarat di media sosial.

Selain miskomunikasi, Jennifer menyebut, tantangan lain dalam pengasuhan adalah saat Joshua mendapat cibiran dari teman-temannya di sekolah karena memiliki orang tua tuli. Jika begitu, biasanya ia menjelaskan pada Joshua bahwa tuli adalah pemberian Tuhan dan tidak ada yang salah. Dengan penjelasan yang ringan dan menyenangkan, biasanya putra semata wayangnya itu akan mengerti.

Berharap Lebih Banyak Fasilitas Publik yang Ramah Disabilitas

Jennifer mengaku saat ini kepekaan masyarakat kepada para penyandang disabilitas sudah lebih baik meskipun masih jauh dari ideal. Oleh karena itu ia berharap fasilitas publik perlu dibuat lebih ramah bagi penyandang disabilitas, termasuk individu tuli.

Ia juga berharap bahasa isyarat bisa dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah agar semua orang bisa memahaminya.

Leave a comment