Informasi Terpercaya Masa Kini

Menengok Jendela Penolong Pak Amien Rais dan Emperan Langgar Tempat “Kongkow” Kiai Dahlan

0 3

Beberapa waktu lalu saya menulis tentang mencari hening di Kampung Sang Pencerah, yaitu Kampung Kauman Yogyakarta. Yang merupakan tempat lahir Muhammadiyah.Ada banyak hal menarik di kampung tersebut. Antara lain bentuk rumah-rumahnya yang artistik dan kearifan lokal berupa pelarangan naik sepeda motor di sepanjang jalan kampung.Nah! Kali ini saya hendak melengkapinya dengan sedikit cerita tentang masa muda Bapak Amien Rais dan kebiasaan Kiai Haji Ahmad Dahlan semasa beliau masih hidup.Anda tentu tahu kedua tokoh itu. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah pendiri Ormas Muhammadiyah. Yang kemudian menjadi

Ketua Umumnya dalam periode 1912-1923.Sementara Bapak Amien Rais adalah sosok penting di Muhammadiyah yang dikenal sebagai tokoh reformasi bangsa Indonesia. Yang kemudian juga menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1995-1998.Di bumi Indonesia nama kedua tokoh tersebut sangat familiar. Komplet dengan segala dinamikanya. Sudah banyak orang lain yang telah memperbincangkan mereka. POV-nya beraneka ragam dan yang jelas, semuanya serius dan cenderung berat.Oleh karena itu, saya memilih menulis tentang Kiai Dahlan dan Pak Amien dari sudut pandang yang ringan-ringan saja. Yang barangkali tak ada relevansinya secara langsung terhadap bangsa dan negara, tetapi bakalan membuat Anda tersadarkan bahwa Kauman bukanlah kampung urban biasa. Pun, bukan sekadar kampung wisata yang instagramble dan menarik untuk dikunjungi.Begitulah adanya. Sebagai kampung tua yang melahirkan banyak tokoh masyarakat, sudah pasti tiap sudut Kauman mengandung sejarah dan kenangan.Ada yang kandungan sejarahnya banyak. Ada yang cuma sedikit. Ada yang langsung berkaitan dengan sejarah. Ada pula yang terlihat sepele, tetapi sebetulnya terkait juga dengan sejarah. Atau, terlihat sepele dan memang betulan sepele.Misalnya cerita tentang jendela dan emperan yang saya sematkan sebagai judul tulisan “Menengok Jendela Penolong Pak Amien Rais dan Emperan Langgar Tempat Kongkow Kiai Haji Ahmad Dahlan”.Ada apa dengan jendela dan Bapak Amien Rais? Ternyata ada pohon di antara keduanya. Dalam sebuah Kelas Heritage yang diselenggarakan Komunitas Malamuseum, saya memperoleh informasi menarik sekaligus lucu.Begini. Bapak Amien Rais berasal dari Solo. Sewaktu menuntut ilmu di Yogyakarta, beliau indekos di Kauman. Di sebuah rumah mewah zaman itu.  Kamarnya di lantai dua.Bapak Amien Rais muda banyak aktivitas organisasi. Tak jarang pulangnya hingga larut malam. Sementara pintu tempat kos sudah dikunci. Beruntunglah beliau sebab di depan jendela kamarnya tumbuh sebatang pohon. Jadi kalau pulang telat, beliau memanjat pohon tersebut dan dilanjut dengan lompat ke jendela. Gokil juga ya, idenya.Sayang sekali pohon bersejarah itu telah tiada. Mungkin tumbang sebab angin. Mungkin pula sengaja ditebang demi keamanan bangunan di sekitarnya. Kini yang ada pohon pepaya. Bentuk bangunan tempat kos Bapak Amien Rais pun telah mengalami perubahan. Bentuk jendela lama yang bersejarah pun telah diubah.

Dari warga lokal Kauman saya juga mendapatkan cerita menarik. Konon setelah tidak lagi tinggal di Kauman, sesekali Bapak Amien Rais blusukan di di situ. Bernostalgia sembari bagi-bagi uang jajan untuk anak-anak yang dijumpai.Lalu, bagaimana halnya dengan emperan langgar tempat kongkow Kiai Haji Ahmad Dahlan? Langgar manakah yang dimaksud? Tak lain dan tak bukan, itulah Langgar adz-Dzakirin. Berikut ini penampakannya.

Doktor Munichy B. Edrees, salah satu cicit Kiai Haji Ahmad Dahlan, pernah bercerita dalam sebuah pengajian yang saya ikuti. Tatkala itu pengajian diselenggarakan di Langgar adz-Dzakirin. Beliau menceritakan bahwa Kiai Dahlan sering duduk-duduk bersama warga Kauman di undakan depan langgar (musala) tersebut.Sudah pasti tak sekadar untuk nongkrong. Namun, Kiai Dahlan punya tujuan tertentu. Beliau sebetulnya berdakwah. Menyebarkan nilai-nilai Islam melalui obrolan santai. Cara tersebut ditempuh sebab menyesuaikan dengan kebiasaan warga setempat.Doktor Munichy menuturkan bahwa di depan rumah-rumah di Kauman tempo doeloe selalu ada undakan-undakan. Itu bukan sekadar mode pada zamannya. Bukan pula untuk mempermudah akses masuk rumah. Undakan-undakan dibuat sebagai tempat kongkow. Untuk bersosialisasi dengan tetangga.Adapun Kiai Dahlan memanfaatkan suasana kongkow itu dengan baik. Pada umumnya ‘kan acara duduk-duduk bareng begitu disertai rasan-rasan alias ghibah. Menambah dosa. Jadi, beliau mengalihkannya dengan mengajak mereka mengobrol yang berfaedah dunia akhirat.

Ngomong-ngomong supaya keren, bolehlah dikatakan bahwa cerita ringan ini berfungsi sebagai pengingat. Untuk mengingatkan bahwa Kampung Kauman merupakan kampung yang historikal. Plus punya posisi penting dalam perjalanan sejarah dan percaturan politik negeri kita.

Itulah sedikit cerita ringan mengenai Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Bapak Amien Rais. Bagaimana menurut Anda? Apakah termasuk kategori every story matters?

Atau, Anda merasa perlu mendatangi jendela dan emperan itu terlebih dulu sebelum menilai? Boleh banget. Silakan datang ke RW 13 Kauman Ngupasan Gondomanan Yogyakarta.

Salam.

Leave a comment