Review Kung-Fu Panda 4: Film Anak-Anak Kaya Amanat yang Terlalu Padat
Delapan tahun absen dari jagat layar lebar, Dreamworks kembali unjuk gigi dengan salah satu waralaba paling terkenal mereka dalam wujud Kung-Fu Panda 4. Petulangan Po, si panda ahli kung-fu yang menggemaskan berlanjut ke film ke-4 nya. Film ini menyajikan petualangan yang berbeda, tetapi tetap mengedepankan banyak aspek yang menjadi ciri khas waralaba ini.
Setelah sekian lama absen, kehadiran Kung-Fu Panda dalam wujud film ke-4 nya tentu saja menjadi sesautu yang sangat dinantikan fans. Apalagi, akan ada sejumlah elemen baru yang akan disuntikkan ke dalam film ini. Lantas, apakah Kung-Fu Panda 4 berakhir menjadi film yang sama epiknya dengan tiga film pendahulunya? Mari simak reviewnya!
Janjikan Nama-Nama Besar
Jajaran nama besar dalam sebuah film lazim digunakan oleh sebuah rumah produksi untuk menggaet banyak audiens dari film yang mereka buat. Demikian halnya yang terjadi pada Kung-Fu Panda 4. Jajaran cast serta kru yang terlibat rupanya bukan orang-orang sembarangan. Dreamworks ingin membuat film ini benar-benar berkesan buat para penggemarnya.
Dari jajaran cast, Jack Black akan tetap mengisi suara Po, sang panda ikonik yang selama ini menjadi karakter utama Kung-Fu Panda. Po akan ditemani Zhen, seekor rubah pencuri yang diisi suara oleh Awkwafina. Villain utama dalam film ini, The Chameleon diisi suara oleh Viola Davis, aktris yang juga berperan sebagai Amanda Waller dalam dua serial Suicide Squad garapan Warner Bros.
Yang menarik, nama-nama besar tidak hanya menghiasi jajaran cast, tetapi juga dalam jajaran kru yang bertugas. Seperti tiga film sebelumnya yang dibesut sutradara berbeda, Dreamworks kembali menugaskan sutradara yang berbeda lagi. Kali ini, DreamWorks menunjuk Mike Mitchell dan Stephanie Stine sebagai sutradara.
Sekadar informasi saja, Mike Mitchell merupakan salah satu sutradara kawakan yang pernah menggarap sejumlah film besar. Sebut saja Trolls, The Lego Movie 2, hingga The SpongeBob Movie: Sponge Out of the Water adalah beberapa film yang pernah ia gawangi. Sementara Stephanie Stine dikenal dalam keterlibatannya sebagai storyboard artist dalam beberapa film populer seperti How to Train Your Dragon: The Hidden World, serta Raya and the Last Dragon.
Jangan lupakan pula sosok Hans Zimmer yang dipercaya menggarap scoring film Kung-Fu Panda 4 ini. Sekadar tahu, Hans Zimmer adalah orang dibalik scoring film-film epik Hollywood lainnya. Interstellar, Gladiator, The Lion King, Dune, Inception, hingga The Dark Knight adalah beberapa film yang ia garap scoringnya.
Plot Penuh Amanat
Kung-Fu Panda 4 sendiri mengambil latar beberapa tahun pasca kejadian di Kung-Fu Panda 3, di mana saat itu, Po berhasil menaklukkan General Kai. Alurnya berfokus kepada Po yang kini dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa ia akan mendapat peran baru sebagai seorang spiritual leader, menggantikan posisi Master Oogway.
Di sinilah konflik utama film ini dibangun. Masih dengan premis yang sama seperti tiga film terdahulunya, Po kembali dihadapkan pada situasi krisis jati diri. Di satu sisi, Po menikmati perannya sebagai seorang Dragon Warrior. Tapi di sisi lain, hidup terus berjalan, sehingga Po harus naik level ke tingkat yang lebih tinggi, walaupun kenaikan tingkat ini bukanlah sesuatu yang ia sukai.
Di lain sisi, Po kembali dihadapkan pada situasi pelik sebagai seorang Dragon Warrior yang merupakan pelindung Valley of Peace. Kehadiran The Chameleon yang mengganggu ketenangan warga membuat Po kembali dihadapkan pada misi sulit seorang Dragon Warrior. Beruntung bagi Po, kali ini, dia menemukan partner dalam wujud Zhen, seekor rubah pencuri yang ia temui dalam perjuangannya menghadapi krisis jati diri.
Plot yang disajikan Kung-Fu Panda 4 bukan hanya sekadar sebuah plot dalam film anak-anak yang menyajikan banyak aksi dan gelak tawa. Terkandung banyak pesan mendalam di dalam setiap menit eksekusinya. Film ini mencoba menyajikan banyak pelajaran, soal persahabatan, kehidupan, pengkhianatan, hingga proses sulitnya mencari jati diri.
Satu hal yang menarik dari plot film ini adalah, Po ditakdirkan untuk menjadi seorang Spiritual Leader. Itu artinya, Po akan menjadi pemimpin yang banyak memberi petuah bijak. Beginilah film Kung-Fu Panda 4 dibangun. Dialog-dialog yang tersaji kadang bukan sekadar dialog tanpa makna, melainkan dialog yang penuh arti filosofis dalam mengarungi hidup.
“If things stayed the same forever, sooner or later, they would lose their flavor” (Mr. Ping)
Terlalu Padat dan Kurang Berkesan
Jika tiga film Kung-Fu Panda terdahulu dibangun dengan plot yang penuh amanat dan banyak menimbulkan pesan, makan jangan berpikir bahwa Kung-Fu Panda 4 akan menyajikan hal serupa. Alih-alih memberikan penutup berkesan perjalanan Po sebagai Dragon Warrior, film ini justru terlalu padat dan terlalu straight to the point.
Setiap dialog antar karakter diciptakan seolah menggambarkan ke mana arah pengembangan plot selanjutnya. Mulai dari kehadiran Master Shifu yang meminta Po naik level menjadi Spiritual Leader dan menunjuk Dragon Warrior selanjutnya. Sampai pencarian The Chameleon sampai ke Juniper City. Semua disajikan secara gamblang, sehingga penonton tidak diberi efek kejut yang bisa menciptakan sensasi tersendiri dalam menonton sebuah film.
Semua sepakat kalau Tai Lung adalah villain paling berkesan dalam waralaba Kung-Fu Panda, dan untuk alasan itulah, film ke-4 waralaba ini kembali menghadirkan sosok sang macan tutul. Namun, kehadiran Tai Lung ini justru menutup potensi The Chameleon sebagai sang villain utama itu sendiri. Opening yang disajikan dalam film ini sempat membuat penonton malah fokus pada comeback Tai Lung, alih-alih melihat potensi besar The Chameleon sebagai villain utama.
Terlepas dari aura menakutkan dari suara Viola Davis dalam memerankan The Chameleon, karakter villain ini sendiri terasa kurang ikonik. Penggambaran karakter The Chameleon tidak terlalu berkesan, sebagaimana tiga villain yang hadir di film-film sebelumnya. Terlepas dari screentime yang cukup banyak, kehadiran The Chameleon tampaknya masih kurang berkesan dalam film ini.
Alih-alih, pengembangan karakter Zhen justru menjadi salah satu pengembangan karakter yang patut disorot. Zhen berhasil membangun chemistry yang bagus dengan Po, sekaligus sebagai trickster. Pun begitu, kembali pada poin utama kelemahan film ini, penonton agaknya sudah bisa membaca bagaimana peran Zhen di akhir filmnya nanti.
Animasi, Komedi dan Koreografi Tetap yang Terbaik
Seperti yang sudah dibahas di awal, Kung-Fu Panda 4 akan menyuntikkan berbagai macam elemen baru ke dalam filmnya. Tapi, berbagai elemen baru yang akan disuntikkan ini tetap tidak akan mengubah ciri khas waralaba ini. Memang demikian adanya. Sepanjang film, Kung-Fu Panda 4 tidak kehilangan jati dirinya sebagai sebuah film Kung-Fu Panda dalam hal animasi, komedi dan koreografi.
Dalam hal animasi, hampir tidak ada yang meragukan kalau film-film garapan DreamWorks, utamanya Kung-Fu Panda, bakal menyajikan grafis yang super halus. Kemudian, kehadiran Juniper City sebagai sebuah kota yang super padat juga berhasil membawa elemen yang lebih segar. Animasinya tetap halus, disertai beberapa efek yang terasa tidak mengalami penurunan dari film-film sebelumnya.
Kekuatan waralaba Kung-Fu Panda, selain ada pada animasinya, juga ada pada komedinya. Lagi-lagi, Kung-Fu Panda 4 berhasil menyajikan unsur-unsur komedi yang memancing gelak tawa penonton. Komedi-komedi ini dikemas dalam berbagai bentuk, baik dalam dialog antar tokoh, atau dari aksi-aksi yang dilakukan para tokoh itu sendiri.
Sementara itu, Kung-Fu Panda juga selalu berhasil menghadirkan koreografi yang sangat menarik untuk ukuran sebuah film animasi. Setiap jenis hewan yang menjadi karakter dalam film punya gerakan khasnya masing-masing. Selalu terasa menarik, karena hewan-hewan ini memiliki gerakan-gerakan yang memang menjadi ciri khas sang hewan di dunia aslinya.
DreamWorks lagi-lagi berhasil menuangkan ide semacam itu ke dalam Kung-Fu Panda 4 lewat kehadiran beberapa jenis hewan baru. The Chameleon contohnya. DreamWorks berhasil menyampaikan secara jelas bagaimana seekor chameleon bisa berubah-ubah sebagaimana yang ia mau, persis seperti kemampuan mimikri hewan ini di dunia nyata.
Akhir kata, Kung-Fu Panda 4 adalah sebuah film yang sangat ringan, dan tidak perlu berpikir panjang untuk bisa memahami plotnya. Walau aspek ini menjadikan Kung-Fu Panda 4 sebagai film yang kurang menghibur, pada akhirnya, film ini tetap seru dan pantas untuk dikategorikan sebagai sebuah film ‘anak-anak’.
Akhir kata, Kung-Fu Panda 4 adalah tontonan yang cocok bagi anda yang ingin menyaksikan sebuah film yang menghibur dan santai. Film ini sudah tidak lagi tayang di bioskop. Tetapi, bagi anda yang ingin menyaksikan, filmnya sudah bisa diakses melalui layanan streaming Catchplay+. Bagaimana, tertarik menyaksikan film Kung-Fu Panda 4?