Gagal Panen Teratasi,Produksi Padi di Tanahlaut Meningkat Bahkan Surplus
BANJARMASINPOSTCO.ID – Gagal panen yang dialami petani padi di Kabupaten Tanahlaut langsung menjadi atensi khusus Pj Bupati Tala H Syamsir Rahman.
Hari pertama bertugas memimpin Tala pada pertengahan September 2023 lalu, ia langsung bergerak ke sentra pertanaman padi di Kecamatan Kurau dan Bumi Makmur guna mengetahui permasalahan yang terjadi.
Usulan petani di kecamatan bertetangga itu yang selama ini terkesan menemui jalan buntu yakni penutupan kanal baru, langsung disetujui Syamsir. Pasalnya, setelah dicek di lapangan ternyata memang kanal tersebut justru menjadi penyebab masuknya air asin ke persawahan.
Syamsir pun langsung menginstruksikan Dinas PUPRP segera memobilisasi alat berat untuk menutup kanal yang langsung terhubung ke Laut Jawa tersebut. Petani yang antusias pun all out turut membantu kelancaran pekerjaan tersebut.
Di sisi lain pembinaan dan pendampingan teknis budidaya juga kian diintensifkan melalui penguatan peran penyuluh pertanian lapangan.
Percepatan tanam pun digencarkan melalui pola tanam dua kali dalam setahun menggunakan bibit unggul seperti Inpari maupun unggul lokal seperti Siam Lani.
Hasilnya pun langsung terlihat. Petani panen raya dengan produktivitas yang turut meningkat menjadi rata-rata 3,87 ton per hektare. Pada 2023 lalu jumlah produksi padi sebanyak 147.410 ton, naik menjadi 169.270 ton tahun 2024 atau naik 14,83 persen.
Begitu pula dengan tanaman jagung yang juga menjadi komoditas unggulan lainnya di Tala. Produksi tahun 2023 sebanyak 123.060 ton menjadi 133.741 ton tahun 2024 atau naik 0,55 persen dengan provitas 7,7 ton per hekare.
Luasan tanam padi tahun ini mencapai 45.194 hektare, sedangkan jagung 16.398 hektare. Semuanya tumbuh subur dan tak ada lagi gangguan hama penyakit tanaman yang berarti sebagaimana yang terjadi beberapa tahun sebelumnya.
Bahkan produksi padi surplus, estimasi tahun ini mencapai 76.917 ton. Perkiraan stok akhir tahun ini dari perhitungan perkiraan ketersedian beras hingga akhir 2024 sebanyak 111.002 ton dengan estimasi kebutuhan 37.493 ton.
Diversifikasi komoditas juga terus bergulir di Tala, terutama pengembangan bawang merah. Beberapa petani telah mulai terbiasa membudidayakannya dan berhasil.
Pembudidayaan bawang merah di-support pemerintah pusat dan Pemkab Tala karena nilai ekonominya tinggi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Apalagi komoditas ini sekaligus menjadi pemicu inflasi sehingga penting untuk dikembangkan.
Saat awal pengembangannya hanya berada di Desa Ambungan, Kecamatan Pelaihari. Kini telah meluas ke Kecamatan Takisung (Sumber Makmur), Panyipatan (Bumi Asih), Bumijaya (Pelaihari), Bati-bati (Banyu Irang), Bajuin (Ketapang), dan di Kecamatan Kintap.
Tahun ini selain ada bantuan dari pemerintah provinsi, juga ada dana fiskal dari APBD Tala untuk empat kelompok tani. Tiap kelompok dapat bantuan untuk luasan setengah hektare. Bantuan meliputi bibit, pupuk, dan obat-obatan.
Saat ini luasan budidaya bawang merah di Tala sekitar 20 hektare yang tersebar di beberapa tempat. Bahkan tiga petani telah mengembangkannya secara mandiri yaitu Gunawan dan Yadi di Dusun Jayau Desa Ambungan, Sugiyono di Desa Ketapang Kecamatan Bajuin. Luasannya rata-rata setengah hektare.
Pasar bawang merah di Tala sangat menggiurkan. “Sebelum dipanen pun bahkan sudah banyak pedagang yang datang untuk membeli,” papar Kepala Bidang Hortikultura pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Tala Al Jamaludin Malik.
Ia lantas mencontohkan budidaya bawang merah Gunawan di Jayau. Dari luasan tanam empat borong (1 ha=35 borong) menghasilkan tiga ton. Dengan harga standar di tingkat petani yaitu Rp 20 ribu, artinya penghasilan yang didapatkan mencapai Rp 60 juta hanya dalam waktu dua bulan (usia panen).
Komoditas cabai yang juga menjadi pemicu inflasi, pun turut di-support penuh. Tahun ini juga ada dana fiskal daerah untuk bantuan sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan, mulsa) bagi 18 kelompok tani. Tiap kelompok dapat jatah bantuan untuk luasan budidaya dua hektare. (AOL)