Informasi Terpercaya Masa Kini

Serial TV Termahal di Dunia dengan Anggaran Fantastis

0 5

KOMPAS.com – Sejak pandemi melanda, platform streaming seperti Netflix, Disney+, Amazon Prime Video, dan lainnya bersaing sengit dalam menawarkan konten eksklusif yang memikat pelanggan.

Dilansir dari Forbes, satu serial TV termahal di dunia adalah “The Rings of Power”, dengan biaya fantastis mencapai 400 juta dollar AS atau setara Rp 6,33 triliun per musim.

Tentpole: Strategi Mendominasi Pasar Streaming

Istilah “tentpole” dalam industri hiburan merujuk pada produksi besar yang menjadi daya tarik utama platform, meski tidak menghasilkan profit langsung.

Baca juga: Simpanan Nasabah Kaya di Atas Rp 5 Miliar Naik 7,2 Persen, Apa Pemicunya?

 

Strategi ini dimulai sejak HBO meluncurkan Game of Thrones pada 2011, diikuti oleh Netflix dengan House of Cards dua tahun kemudian.

Ketika Disney+ menghadirkan waralaba Star Wars dan Marvel, Amazon merasa perlu langkah besar untuk bersaing.

Pada 2017, Amazon menggemparkan industri dengan membeli hak TV The Lord of the Rings seharga 250 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,96 triliun.

Jeff Bezos, CEO Amazon dan penggemar berat Tolkien, terlibat langsung dalam negosiasi tersebut. Proyek ini dirancang untuk menyaingi Game of Thrones, dengan judul The Rings of Power.

Anggaran lima musimnya awalnya diperkirakan 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 15,83 triliun. Tetapi laporan terbaru menunjukkan hampir seluruhnya telah habis hanya untuk dua musim pertama.

Baca juga: AirAsia Dukung Kebijakan Pemerintah Turunkan Harga Tiket untuk Nataru 2024

Keajaiban Produksi di Dua Negara

Musim pertama yang dirilis pada 2022 mengambil lokasi syuting di Selandia Baru, menghabiskan 350,7 juta dollar AS atau sekitar Rp 5,55 triliun.

Biaya ini mencakup efek visual spektakuler yang melibatkan lebih dari 1.500 seniman dari 20 studio, termasuk Weta FX.

Musim kedua, yang debut pada 2024, berpindah ke Inggris dengan anggaran 458,2 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,25 triliun. Amazon bahkan membeli studio film di dekat London untuk mendukung produksinya.

Baik Selandia Baru maupun Inggris menawarkan insentif fiskal bagi produksi film, masing-masing mengembalikan 20 hingga 25,5 persen dari total biaya.

Laporan menunjukkan bahwa hanya untuk musim kedua, Amazon menerima pengembalian dana sebesar 91,9 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,45 triliun.

Baca juga: Soal PPN 12 Persen, Airlangga: Jangan Tanya ke Pemerintah, Pemerintah Ikut Komisi XI

Tantangan dan Respons Penonton

Namun, meskipun anggarannya luar biasa, respons penonton tidak sebanding. Hanya 37 persen pemirsa AS yang menuntaskan musim pertama.

Musim kedua juga hanya menarik 900.000 rumah tangga di AS dalam empat hari pertama penayangannya.

Kontroversi mengenai perubahan modern dalam cerita Tolkien dan keragaman pemerannya turut memengaruhi ulasan.

Di Rotten Tomatoes, dua musim ini rata-rata hanya mendapat 49 persen, jauh di bawah Game of Thrones yang meraih 85 persen.

Baca juga: Hashim Sebut Anggito Abimanyu Akan Jadi Menteri Penerimaan Negara

Strategi Amazon di Balik Biaya Fantastis

Menurut Tom Harrington dari Enders Analysis, The Rings of Power bukan hanya soal keuntungan langsung.

“Konten asli Prime bertujuan menarik pelanggan untuk menggunakan layanan seperti Prime Video Channels dan sewa film,” katanya.

Dengan kata lain, serial ini lebih difokuskan pada menciptakan hype ketimbang jumlah penonton semata.

Leave a comment