Informasi Terpercaya Masa Kini

Mengenal Tulsi Gabbard yang Ditunjuk Donald Trump Jadi Bos CIA

0 2

TEMPO.CO, Jakarta – Bos CIA dijabat oleh Tulsi Gabbard setelah ia ditunjuk oleh presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, untuk membantunya di pemerintahan kelak. Tulsi akan memimpin The National Intelligence Program yang mendanai aktivitas beberapa departemen federal dan Central Intelligence Agency (CIA).

Direktur Intelijen Nasional (DNI) adalah kepala Komunitas Intelijen AS yang mengawasi Program Intelijen Nasional dan bertugas sebagai penasihat bagi presiden, Dewan Keamanan Nasional, serta Dewan Keamanan Dalam Negeri dalam isu-isu terkait keamanan nasional.

DNI saat ini Avril Haines, yang ditunjuk oleh Presiden Joe Biden dan mulai menjabat pada Januari 2021. Haines adalah wanita pertama yang menjabat sebagai DNI. Jika dilantik, Gabbard akan menjadi DNI kedelapan.

Sepak Terjang Tulsi Gabbard

Dikutip dari Reuters Gabbard yang berusia 43 tahun, adalah orang Hindu pertama di Kongres AS sekaligus anggota pertama yang lahir di wilayah Amerika, Samoa Amerika. Ia dibesarkan di Hawaii dan menghabiskan satu tahun masa kecilnya di Filipina. Gabbard juga merupakan veteran perang Irak, setelah bertugas di militer AS, termasuk penempatan di Kuwait.

Ia menjabat sebagai perwakilan dari distrik kedua Hawaii di Dewan Perwakilan Rakyat AS selama empat periode, dari 2013 hingga 2021. Saat berada di Dewan Perwakilan, Gabbard adalah anggota Partai Demokrat. Ia mendukung Senator Bernie Sanders dalam kampanye presidensialnya pada tahun 2016. Gabbard juga mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2020 sebagai Demokrat, meskipun tidak berhasil.

Namun, pada tahun 2022, ia meninggalkan Partai Demokrat dan menjadi seorang independen. Dalam sebuah pesan video yang ia unggah di saluran YouTube dan akun X miliknya pada Oktober 2022, ia mengatakan: “Saya tidak dapat lagi tetap berada di Partai Demokrat saat ini yang kini sepenuhnya dikendalikan oleh kelompok elit para penghasut perang yang didorong oleh keberanian palsu dari gerakan ‘wokeness’ yang pengecut.” Ia juga menuduh partai tersebut memicu gerakan rasisme anti-kulit putih.

Gabbard tidak memiliki pengalaman langsung dalam posisi intelijen dan, tidak seperti DNI lainnya, belum pernah menduduki peran senior dalam pemerintahan. Gabbard pernah bertugas selama dua tahun di Komite Keamanan Dalam Negeri Dewan Perwakilan Rakyat.

Berkali-kali, ia telah mengkritik dan berbeda pandangan dengan keputusan Komunitas Intelijen AS. Secara umum, ia mengambil sikap anti-intervensi. Dengan kata lain, ia menganjurkan agar AS tetap tidak terlibat dalam konflik di berbagai belahan dunia.

Gabbard telah dituduh menyebarkan propaganda Rusia. Tiga hari setelah Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari 2022, Gabbard mengunggah sebuah video di akun X miliknya yang mendesak AS, Rusia, dan Ukraina untuk “mengesampingkan geopolitik” dan menerima bahwa Ukraina “akan menjadi negara netral” tanpa menjadi anggota aliansi militer seperti NATO.

Gabbard menentang intervensi AS dalam perang Suriah, yang dimulai pada tahun 2011 setelah Presiden Bashar al-Assad menindak aksi protes damai terhadap pemerintahannya, yang kemudian berkembang menjadi pemberontakan. Pada 2015, ia mengkritik pemerintahan mantan Presiden Demokrat Barack Obama karena mendukung gerakan oposisi Suriah melawan al-Assad.

Pada 2017, dalam sebuah perjalanan rahasia ke Suriah, Gabbard bertemu dengan al-Assad, seperti yang ia ungkapkan kepada CNN. “Biarkan rakyat Suriah sendiri yang menentukan masa depan mereka, bukan Amerika Serikat atau negara asing lainnya,” kata Tulsi Gabbard.

REUTERS | AL JAZEERA | PBS

Pilihan editor: Xi Jinping Janji Bakal Bekerja Sama dengan Donald Trump

Leave a comment