Informasi Terpercaya Masa Kini

Keberanian Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa Menguak Topeng Agama

0 1

Dinobatkannya film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa sebagai Film Indonesia Terpuji pada penghargaan Festival Film Bandung 2024 memang tak perlu diragukan lagi. Meski mengundang banyak kontroversi, membuat penonton riuh dengan pro dan kontra, film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa menunjukkan kualitasnya yang begitu layak untuk mendapatkan banyak apresiasi.

Belum resmi tayang di bioskop, film ini sudah lebih dulu mendapat pujian pada saat penayangan perdananya di Jogja Netpac Asia Film Festival (JAFF) 2023. Sampai akhirnya dirilis seca komersil di seluruh bioskop Indonesia pada 22 Mei 2024. 

Adaptasi dari novel kontroversi pada tahun 2003 yang berjudul Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin Dahlan. Belum membaca isi keseluruhan cerita secara utuh, judul yang terpajang pada sampul depan sudah mengundang banyak protes. Dianggap menyesatkan dan tidak bermoral.

Keberaniaan penggarap film untuk kembali mengangkat kisah buku yang kontroversi ini untuk naik ke layar lebar. Tentu sudah dapat diprediksi akan kembali menuai pro kontra. Meski tidak secara keseluruhan judul novelnya dijadikan judul film. Perubahan istilah pelacur menjadi seseorang yang berdosa jauh lebih halus dengan harapan dapat diterima oleh penonton.

Ada keberanian dari sutradara ternama, Hanung Bramantyo yang mengubah cerita novel ke dalam bentuk visual. Setelah keberhasilannya merilis film drama religi. Mulai dari Surga yang Tak Dirindukan 2, Perempuan Berkalung Sorban, hingga Ayat-Ayat Cinta. 

Dari sederet film drama religi yang ia sutradarai, tidak pernah ada yang gagal. Selalu mendapat pujian dari penonton. Tidak pernah adapula yang menuai kontroversi. Sepertinya ini kali pertama karya Hanung Bramantyo dipertanyakan sebelum penayangannya.

Lewat artikel ini, penulis ingin menyampaikan pendapat atau sudut pandang pribadi terhadap film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa. Apakah memang perlu ketebalan iman yang kuat untuk menonton film ini? Apakah film ini hanya untuk memprovokasi umat beragama saja?

Kabar baiknya, bagi pembaca yang tidak sempat menonton film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa bisa segera menonton di Netflix. Sudah rilis di Netflix sejak 10 Oktober 2024. Hingga bulan November, film ini tetap berada di deretan teratas. Tak pernah absen dan selalu dicari oleh pengguna Netflix.

Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa menceritakan tentang gadis bernama Nidah Kirani atau yang sering dipanggil Kiran. Diperankan oleh Aghniny Haque. 

Kiran adalah seorang mahasiswi yang pintar dan pemberani. Tidak hanya pintar secara akademik, Kiran juga aktif mengikuti kajian di Kampusnya. Bergabung ke dalam lingkungan yang memberikan nilai-nilai agama kepadanya. 

Seperti mahasiswa rantau lainnya, Kiran hanya bergantung dengan kiriman uang dari orangtuanya di kampung. Terbatas dan pas-pasan. Mengandalkan gaji pensiunan Ayahnya yang sudah sakit-sakitan. Untuk bertahan hidup, Kiran terpaksa tinggal bersama mucikari bernama Mbak Ami yang diperankan oleh Djenar Maesa Ayu. 

Tinggal di tempat Mbak Ami, membuat Kiran dipandang sebelah mata oleh lingkungannya. Gadis berhijab panjang tinggal satu atap dengan tempat prostitusi. Apalagi di dalam juga ada seorang transgender. Sekelompok pemuda Islam terus mengawasi dan mengajukan protes karena tak mau ada tempat maksiat di daerahnya.

Mengetahui kabar itu, teman-teman kajiannya mengajak Kiran untuk tinggal bersama. Namun ternyata teman-temannya itu adalah bagiat dari organisasi yang menganut paham radikal. Dipimpin oleh Abu Darda.

Konflik bermula ketika Abu Darda ingin menikahi Kiran. Tidak mudah bagi Kiran untuk mengambil keputusan. Ia merasa masih muda dan masih ingin menggapai cita-cita. Namun orang-0rang disekelilingnya mendukung bahkan iri hati akan keberuntungan Kiran akan dipersunting oleh seorang ulama yang dipuja banyak orang.

Sebelum mantap memutuskan, Abu Darda menelfon Kiran. Mengajak Kiran untuk nikah siri dulu dan berjanji akan memenuhi kebutuan Kiran dan orangtuanya. Namun ternyata, Kiran tidak tahu bahwa ia akan dijadikan istri ketiga. Kiran juga berkata dihadapan pengikut Abu Darda bahwa Abu Darda menelfonnya untuk mengajak nika siri. 

Abu Darda berkata bahwa itu adalah fitnah. Ia tak mau citranya rusak dihadapan umatnya. Para pengikutnya murka mendengar penjelasan Kiran. Tidak percaya bahwa seorang Abu Darda menghubungi perempuan yang bukan mahramnya.

Sejak saat itu, semuanya berubah. Semua orang membenci Kiran. Tidak ada yang percaya pada penjelasan Kiran, padahal ia bisa membuktikan lewat riwayat telfon yang ada di ponselnya. Tetap saja tak ada yang mendengarkannya. Kiran sampai dikejar-kejar oleh pengikut Abu Darda. Namun ia dibantu oleh teman kajiannya yang bersimpati padanya, bernama Daarul yang diperankan oleh Andri Mashadi.

Setelah menaruh kepercayaan seribu persen kepada Daarul, Kiran kembali menelan kecewa. Bagi Kiran, Daarul sama munafiknya dengan Abu Darda. Sama-sama berkedok agama hanya untuk menutupi kebejatan aslinya.

Sampai akhirnya, Kiran menjadi simpanan dosennya yang bernama Pak Tomo. Diperankan oleh Donny Damara. Sebelumnya memang Pak Tomo sering memperhatikan Kiran di kampus. Terlebih, Kiran memang mahasiswa yang pintar dan berani memaparkan konsep ekonomi mikro. Pak Tono juga kerap mentraktir Kiran karena terlihat pucat menahan lapar.

Tak hanya menjadi simpanan saja, Kiran dijadikan pemulus segala peluang untuk karier Pak Tomo. Tomo mengajak Kiran ke pertemuan penting. Berkenalan dengan para pejabat dan berujung harus melayani para pejabat itu.

Misi Kiran hanya satu. Membuktikan kemunafikan orang-orang yang berkedok agama ke hadapan publik. Sampai akhirnya ia mendapatkan pengakuan bahwa selama ini dia benar dan tidak berbohong.

Setelah menonton film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa, penulis merasa bahwa isu yang diangkat bukan hanya sekadar nilai-nilai agama saja. Justru lebih kompleks dan luas lagi. Mulai dari cara pandang laki-laki terhadap perempuan, politik tai kucing, patriarki, dan tidak dipercayanya suara orang-orang kecil.

Menonton film ini tidak boleh setengah-setengah. Jangan terhenti di awal atau di tengah. Benar-benar harus dituntaskan sampai akhir. Termasuk tidak hanya terhenti membaca artikel ini saja. Akan banyak presepsi dan pandangan baru setelah menonton film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa.

Hanya menonton sedikit atau setengah, hanya membaca kata orang saja di media sosial terkait film ini, hanya membaca review yang berseliweran di portal media online, sama sekali tak memberikan gambaran seutuhnya tentang film ini. Perlu ruang, waktu, pemikiran, dan perasaan untuk menghayati film ini. Hanya bisa dilakukan sendiri, tak bisa diwakili.

Penonton diajak berkenalan dengan karakter Kiran yang dibawakan apik oleh Aghniny. Menjadi akting terbaiknya selama berkarier di industri film Indonesia. Menghidupkan karakter Kiran yang mempertanyakan keadilan Tuhan. Bahkan menantang Tuhan karena begitu kecewa dengan keadaan.

Tak hanya kepiawaian Aghniny saja dalam memerankan karakter Kiran, film ini didukung dengan alur maju mundur. Entah mengapa alur maju mundur tidak sedikit pun membuat bingung. Justru malah membuat film dengan konflik yang berat tersampaikan dengan sederhana kepada penonton. Mudah untuk mengikutinya. Termasuk turut merasakan emosi Kiran yang menggambarkan sebab akibat dari pilihan hidupnya selama ini.

Sebenarnya review film ini akan jauh lebih lengkap jika penulis sudah membaca versi novelnya. Sayangnya, belum ada kesempatan untuk dapat menuntaskan novelnya. Meski begitu, saya rasa Hanung Bramantyo sudah mengemas film ini dengan versi terbaik dari segala sisi. Mulai dari pemilihan judul yang dipakai, inti cerita yang disampaikan, termasuk penutup cerita yang mengundang tanda tanya.

Hanung Bramantyo bak pesulap yang mengubah cerita kompleks menjadi tontonan yang nyaman untuk dinikmati. Unsur kekerasan yang ditampilkan pun tidak menjadi kengerian berkat ketegaran karakter Kiran. Adegan dewasa pun malah membuat penonton mencoba memahami dengan keputusan Kiran.

Kiran hanyalah gambaran orang-orang yang ingin memberontak. Perempuan yang ingin didengar dan ingin dipercaya. Membuktikan bahwa ia bukan tukang fitnah dan berbicara kebenaran. 

Memang tak bisa untuk membenarkan pilihan Kiran, tetapi setidaknya Kiran berani untuk bertahan disaat keadilan tak sedikit pun berpikah kepadanya. 

Sebuah sentilan yang terjadi di kehidupan sosial. Topeng agama dipakai untuk mendapatkan simpati banyak orang. Termasuk demi mendapatkan kekuasaan, demi mendapatkan jalur yang mulus ke depannya. Menutupi topeng kemunafikan yang sebenarnya.

Kiran hanya ingin menjadi orang yang jujur dihadapan Tuhannya. Termasuk menunjukkan kemurkaannya dengan menagih janji Tuhannya. Ia ingin bebas mencintai Tuhannya. Bukan karena takut akan neraka. Bukan pula karena iming-iming surga.

Well, film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa saya nobatkan menjadi film terpuji sepanjang sejarah saya menonton film Indonesia. Tentunya berdasarkan berbagai faktor yang dipertimbangkan. Mulai dari keberanian cerita, pengambilan gambar, pemilihan alur, para pemain yang tidak ada satu pun yang gagal menjiwai karakternya, sinematografi, dan keberanian untuk melantangkan bahwa keadilan hidup tak bisa dilihat dari kacamata manusia.

Leave a comment