Informasi Terpercaya Masa Kini

Olik Bertahan di Sudut Kota, Melawan Penertiban demi Keluarga

0 5

JAKARTA, KOMPAS.com – Di sebuah sudut jalan Mampang Prapatan, Olik, pria paruh baya berusia 50 tahun, masih setia menunggu pelanggan setianya.

Setumpuk koran ada di genggamannya, seakan menjadi saksi bisu keteguhannya untuk tetap bertahan di kota yang semakin berubah.

Namun, perjalanan Olik sebagai pedagang koran tidak selalu mulus. Pada 2018, saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, Olik mengalami kejadian yang mengubah pandangannya tentang “keindahan kota” yang selalu didengungkan.

Baca juga: Ini Kisah Olik, Penjual Koran yang Bertahan di Tengah Sepinya Pembeli

Saat itu, di tengah hiruk-pikuk perhelatan olahraga lima tahunan tingkat Asia, pemerintah tengah sibuk mempercantik kota.

Trotoar hingga taman-taman diperbaiki dan dipercantik pada era kepemimpinan Anies Baswedan.

Segala hal yang dianggap mengganggu estetika kota, termasuk pedagang koran pinggir jalan seperti Olik, ditegur bahkan ditangkap dari tempat berjualan.

“Ya saya bilang, ‘saya kan (berjualan koran) buat ngidupin anak istri, kalau situ mau tanggung enggak apa-apa’. ‘Udah kamu jangan banyak omong deh, ini dari atasan’. ‘Atasan kamu saja enggak ngasih saya kerja’,” kata Olik saat ditemui di Mampang Prapatan, Senin (11/11/2024).

Perlawanan sederhana itu tak cukup. Olik tetap digiring ke kantor Wali Kota Jakarta Selatan untuk didata.

Baca juga: Cerita Olik, Ditangkap Satpol PP Saat Berjualan Koran di Pinggir Jalan Mampang Prapatan

Di tengah kekhawatirannya, ada seseorang dari Dinas Sosial (Dinsos) Jakarta yang datang membelanya.

“Disampaikan, ‘ini sebenarnya bapak enggak ditangkap. Karena dia enggak dapat mangsa, bapak jadi sasaran’. Bapak kan sebagai pedagang, pembawa berita, sebenarnya enggak boleh ditangkap,” kenang Olik.

Sekitar pukul 11 siang, Olik akhirnya dibebaskan. Meskipun ia bisa kembali ke jalanan Mampang, harinya sudah terlanjur suram.

Olik tak bisa melanjutkan berjualan hingga sore hari. Ia menutup dagangannya lebih awal karena dilarang melanjutkan oleh petugas.

Baca juga: Olik Si Penjual Koran yang Menolak Senja Kala

Koran tetap bertahan di antara gawai

Asian Games mungkin telah berlalu, dan hiruk-pikuk persiapan yang pernah mengganggu hidup para pedagang kaki lima mungkin telah mereda.

Namun, bagi Olik dan mereka yang bernasib serupa, ingatan tentang aturan yang kadang tidak memihak ini tetap ada.

Meski demikian, Olik tetap setia pada pekerjaannya, menjajakan koran di pinggir jalan.

“Kadang-kadang enggak habis gini, bawa pulang, dikiloin, dikumpulin. Sekilonya Rp 15.000,” ujar Olik.

Baca juga: Kisah Jusman, Penjual Koran yang Lulus Sarjana dengan Predikat Cum Laude

Kini, pendapatan Olik rata-rata hanya Rp 50.000 per hari, itu pun jika pembeli ramai.

Jumlah ini kontras dengan tahun 1980-an, saat Olik bisa membawa pulang Rp 30.000 setiap hari—jumlah yang kala itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Dulu sih lumayan buat hidup sehari-hari, sekarang jauh banget,” ujar Olik.

Di tengah modernitas yang tak terelakkan, Olik tetap menjual koran. Ini merupakan pekerjaan satu-satunya yang bisa ia lakukan.

(Reporter: I Putu Gede Rama Paramahamsa | Editor: Akhdi Martin Pratama, Irfan Maullana,)

Leave a comment