Informasi Terpercaya Masa Kini

5 Tradisi Unik Lebaran di Indonesia, Salah Satunya Ada Bakar Gunung Api

0 11

Hari Raya Idul Fitri adalah hari yang paling ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh dunia, setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Selain disambut dengan penuh suka cita, sebagian masyarakat Indonesia juga menyambut Lebaran dengan beragam tradisi unik.

Tradisi unik ini dilakukan tidak hanya sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT, tetapi juga untuk melestarikan kebudayaan yang telah diturunkan secara turun-temurun.

Mulai dari tradisi Grebeg Syawal hingga Bakar Gunung Api, berikut kumparan rangkum lima tradisi unik Lebaran di Indonesia.

1. Grebeg Syawal, Yogyakarta

Tradisi yang ddigelar setiap tanggal 1 Syawal ini dilakukan oleh Keraton Yogyakarta atau Surakarta. Rangkaian upacara Grebeg Syawal dilakukan dengan mengarak berbagai gunungan hasil bumi seperti sayuran, hingga buah-buahan.

Gunungan hasil bumi ini terbagi menjadi dua, yaitu Gunungan Kakung dan Gunungan Putri. Gunungan ini menjadi simbol sedekah sultan kepada rakyatnya.

Gunungan berbentuk kerucut tersebut kemudian diarak oleh pengawal keraton, dan akan dibagikan pada warga setelah didoakan. Cara pembagiannya juga unik, bukan dibagi-bagikan secara harafiah, tetapi diperebutkan oleh warga. Konon, yang bisa mendapatkan bagian dari gunungan ini akan mendapat kesejahteraan dan berkat.

2. Ronjok Sayak, Bengkulu

Saat mendengar namanya, sepintas mungkin traveler akan bertanya-tanya, apakah benar tradisi ini membakar sebuah gunung? Bukan membakar gunung sungguhan, tradisi ini merupakan prosesi pembakaran batok kelapa.

Tradisi Bakar Gunung Api dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai di Bengkulu. Dilaksanakan menjelang Hari Raya Idul Fitri, tradisi ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur atas segala limpahan rezeki dan berkah yang telah diterima selama satu tahun, terutama setelah bulan Ramadan.

Pelaksanaan tradisi ini dilakukan pada malam takbiran, di mana masyarakat berkumpul untuk menyiapkan batok kelapa sebagai bahan bakar. Batok kelapa tersebut disusun dengan rapi dalam bentuk menara yang melambangkan gunung. Kemudian dibakar yang dipertontonkan kepada seluruh masyarakat sebagai simbol kebersamaan.

Melalui ritual ini, masyarakat tidak hanya memanjatkan doa kepada Tuhan, tetapi juga mengenang arwah leluhur yang telah mendahului mereka, memohon agar mereka diberikan ketenangan dan kebahagiaan di alam sana.

3. Perang Topat, Lombok

Perang Topat atau perang ketupat merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Lombok pada enam hari setelah Lebaran.

Meski disebut perang, sama sekali tidak tersirat rasa benci di dalamnya. Malahan, tradisi ini justru melambangkan rasa syukur, serta kerukunan umat beragama di Lombok.

Tradisi ini dilakukan dengan mengarak berbagai hasil bumi, kemudian dilanjutkan dengan selebrasi saling melempar ketupat antara Suku Sasak dan Bali. Yang menarik, acara ini dilakukan di sebuah pura, yaitu Pura Lingsar di Lombok Barat.

4. Binarundak, Motoboi Besar

Kalau Lebaran biasanya identik dengan ketupat, pemandangan berbeda ditemukan di Sulawesi Utara. Di daerah Motoboi Besar, perayaan Lebaran dilakukan dengan memakan nasi jaha lewat tradisi Binarundak. Tradisi ini dipercaya dapat mempererat tali silaturahmi.

Dilakukan tiga hari setelah Hari Raya Idul Fitri, nasi jaha dimasak di dalam bambu yang telah dilapisi daun pisang, dibakar beramai-ramai di lapangan dengan menggunakan sabut kelapa. Setelah nasi tersebut matang, maka warga sekitar akan memakannya secara bersama-sama sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan.

5. Tumbilotohe, Gorontalo

Berasal dari bahasa Gorontalo, ‘Tumbilo’ berarti memasang, dan ‘Tohe’ yang berarti lampu. Tradisi Tumbilotohe dalam bahasa Indonesia disebut sebagai malam pasang lampu.

Lampu-lampu yang digunakan adalah lampu tradisional dengan minyak tanah yang disebut sebagai Tohetutu. Dalam perayaan ini, penduduk setempat akan memasang lampu di halaman rumah dan jalan menuju masjid sebagai penanda berakhirnya bulan Ramadan di Kota Gorontalo.

Dilakukan pada tiga malam terakhir jelang Hari Raya Idul Fitri, pemasangan lampu dimulai sejak maghrib hingga menjelang subuh.

Tahun 2007 silam, perayaan Tumbilotohe berhasil masuk Museum Rekor Indonesia (MURI), karena menghias Gorontalo dengan lima juta lampu. Bukan sekadar lampu di tepi jalan saja, Tohetutu dibuat dalam berbagai formasi, seperti masjid, Al-Quran, dan kaligrafi.

Leave a comment