Zelenskyy Akui Pertempuran antara Tentara Korea Utara dan Ukraina di Kursk Memakan Korban Jiwa
KIEV, KOMPAS.TV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan bahwa telah terjadi pertempuran antara tentara Korea Utara dan Ukraina di Kursk.
Pada Kamis (7/11/2024), Zelenskyy mengonfirmasikan pertempuran tersebut telah memakan korban jiwa.
Zelenskyy mengatakan sekitar 11.000 tentara Korea Utara sudah berada di wilayah tersebut.
Baca Juga: Yoav Gallant Bongkar Kelakuan Netanyahu usai Dipecat, Ungkap Fakta Mengejutkan PM Israel
“11.000 tentara Korea Utara saat ini telah berada di wilayah Federasi Rusia yang berbatasan dengan Ukraina di sebelah utara negara kami di wilayah Kursk,” kata Zelensky dalam pertemuan Komunitas Politik Eropa dilansir dari CNN Internasional.
“Sejumlah tentara ini memang sudah ambil bagian dalam permusuhan terhadap militer Ukraina. Ya, sudah ada kekalahan, ini faktanya,” ujarnya.
Namun, Zelenskyy tak mengungkapkan pihak mana yang mengalami kekalahan.
Pada awal pekan ini, The New York Times mengungkapkan bahwa sejumlah tentara Korea Utara terbunuh dalam pertempuran terbatas dengan Rusia, dan tentara Ukraina.
Pengumuman ini tejadi ketika Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mempertimbangkan bagaimana menanggapi meningkatnya kemitraan militer antara Moskow dan Pyongyang.
Pada pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mengungkapkan adanya pengiriman 10.000 tentara Korea Utara ke Rusia.
Mereka diyakini bakal digunakan untuk berperang melawan Ukraina.
Sementara itu, Juru Bicara Angkatan Udara Ukraina mengatakan Moskow terus melepaskan gelombang serangan drone ke kota-kota di Ukraina.
Mereka juga menembakkan drone pengecoh tanpa hulu ledak untuk membingungkan pertahanan udara Ukraina.
Baca Juga: Ledakkan Gedung, Brigade Al-Qassam Hamas Bunuh Tentara Israel di Gaza
Zelenskyy sendiri telah memperingatkan sejak musim gugur, Moskow mulai meningkatkan serangan menggunakan drone Shahed buatan Iran.
Di Budapest, Zelenskyy menegaskan pemimpin dunia tak cukup keras mendengar permintaannya menggunakan senjata jarak jauh.
Ia menegaskan saat ini tengah menghadapi gelombang baru eskalasi yang melibatkan tentara dari negara lain untuk berperang melawan Ukraina.