Informasi Terpercaya Masa Kini

Melihat Trunk Show di Paris, Lebih Intim dan Personal

0 2

KOMPAS.com – Suhu di Paris yang berkisar antara 9 hingga 12 derajat Celsius menandakan bahwa musim gugur sudah menjelang. Angin yang kadang berhembus, membuat kami para manusia tropis ini, memeluk tubuh sendiri karena kedinginan.

Namun ini adalah suhu yang dinanti bagi sebagian orang, karena kita berkesempatan tampil menggunakan outer yang nyaris tak pernah dipakai di tanah air dan memenuhi hasrat untuk tampil dengan layering layaknya warga Paris yang modis.

Kebetulan kunjungan ke Paris kali ini berkaitan dengan fashion, bersama peserta program Pintu Incubator untuk mengikuti pameran busana sekaligus mengunjungi museum, butik, sekolah fashion, hingga bertemu dengan pelaku industri fashion di Prancis.

Baca juga: Membuka Pintu di Paris, Memperkenalkan Fashion Indonesia ke Dunia

Dan salah satu agenda Kamis sore (3/10/2024) adalah melihat fashion show dari desainer Lucie Brochard di Rue Dante yang berada di salah satu distrik tertua di Paris, Le Quartier Latin, tidak jauh dari gereja tua Notre Dame Paris.

Kami tiba sekitar pukul 18.00, namun hari masih terang karena matahari baru terbenam sekitar  pukul 19.00 petang. Tempat berlangsungnya acara bukanlah panggung yang megah atau luas, namun serupa butik kecil yang memanjang ke dalam.

Pengunjung yang datang memang tidak sebanyak gelaran fashion show di tempat yang besar. Namun jumlahnya tetap membuat butik itu penuh, bahkan sebagian terpaksa melihat dari luar, ditemani dinginnya petang yang kontras dengan cahaya dan musik dari dalam yang penuh gairah.

Kami pun masuk ke dalam, dan Lucie sendiri menyambut dengan hangat seolah bertemu teman lama. Ya, Lucie Brochard adalah salah atu mentor di Program Incubator yang mengajarkan bagaimana desainer muda Indonesia bisa menembus pasar internasional.

“Apa kabar, terimakasih sudah datang, senang bertemu,” ujarnya dengan penuh senyum. 

Lucie Brochard adalah seorang desainer Paris berdarah Asia yang tumbuh dalam budaya Prancis, Vietnam, dan Korea. Setelah lulus dari École de la Chambre Syndicale de la Couture Parisienne tahun 2007, Lucie memulai karirnya dengan bekerja di studio desain merek mewah seperti Chloe, Paule Ka dan Christian Lacroix. 

Merek Lucie Brochard.võ lahir pada bulan November 2015 ketika ia mengunjungi kota Ho Chi Minh. Lucie terpesona oleh hiruk pikuk Vietnam, kekayaan warnanya, pengrajin terampil, dan budaya menawan. Ia juga menemukan kualitas unik dari sutra yang diproduksi oleh pengrajin lokal, dan memakainya dalam banyak koleksinya.  

Sore itu ia memamerkan koleksi barunya yang penuh warna. Konon koleksi Lucie jarang yang berwarna hitam karena saat ia diangkat anak oleh orangtua dari Prancis, mereka tidak punya cukup uang untuk membeli banyak baju. Akibatnya kebanyakan pakaian Lucie berwarna hitam agar tidak terlalu kentara bahwa dia tidak sering mengganti baju.

Kini setelah menjadi desianer, Lucie seolah balas dendam dengan warna-warna yang cerah dan mengkilap dari sutera halus.

Baca juga: Kisah Jenama Fashion Indonesia Masuk Pasar Internasional di Paris

Namun kita tidak akan membicarakan koleksi barunya. Yang lebih menarik adalah bagaimana Lucie bisa berinteraksi lebih intim dengan pelanggannya. Salah satunya adalah dengan menyelenggarakan fashion show kecil, atau dikenal sebagai trunk show seperti sore itu.

Trunk show adalah sebuah acara eksklusif di mana desainer memperkenalkan koleksi terbaru mereka kepada klien dalam lingkungan yang lebih intim dan personal. Trunk show biasanya diadakan di butik, hotel, atau ruang pameran dan memungkinkan pembeli untuk melihat, mencoba, dan memesan koleksi langsung dari desainer, bahkan sebelum koleksi tersebut secara resmi tersedia di pasaran.

Karenanya di sela-sela trunk show yang hanya menggunakan tiga model yang berganti-ganti pakaian, Lucie juga kerap memberikan penjelasan langsung tentang karyanya, baik soal bahan, proses kreatif, dan inspirasi di baliknya.

Trunk show sering kali menjadi bagian penting dari strategi pemasaran bagi desainer untuk membangun hubungan personal dengan klien mereka, sekaligus memberikan pengalaman belanja yang lebih personal dibandingkan dengan peragaan busana besar.

Hal ini juga bisa menjadi pilihan bagi desainer muda yang masih mengembangkan brand-nya dan belum mampu menyelenggarakan fashion show, yang biayanya bisa berkisar antara Rp 100 juta hingga lebih dari Rp 1 miliar, tergantung pada skala dan visi acara.

Dalam trunk show seperti yang kami hadiri sore itu, sewa lokasi bisa ditekan karena ada kerjasama dengan butik tempat acara berlangsung. Panggung pun tidak diperlukan karena model berjalan di sepanjang butik sampai di luar, di mana para fotografer mengabadikan gambar– lalu masuk lagi dan berganti kostum di ruang ganti kecil.

Lucie bahkan tidak memasang dekorasi khusus, hanya mengubah tata letak meja dan kursi agar pengunjung bisa melihat koleksi dengan leluasa, tentu sambil berdiri mengingat sempitnya ruangan.

Barangkali biaya yang cukup signifikan adalah sound system, di mana ada seorang DJ dengan perangkatnya yang mengiringi acara itu, dan mungkin juga minuman berupa cocktail dan champagne. 

Soal suguhan bagi para tamu, Lucie menyediakan menu khusus yang dihias cantik, sampai kami tidak menduga bahwa yang kami santap adalah potongan mentimun, ubi, dan wortel. Sungguh sore hari yang menarik dan mengesankan…

Leave a comment