Informasi Terpercaya Masa Kini

Apa arti ’90+6 = 99’ dan mengapa timnas Indonesia disarankan tidak berlarut-larut mengutuki hasil imbang lawan Bahrain?

0 7

Timnas Indonesia gagal mencatat kemenangan bersejarah melawan Bahrain pada Kamis (10/10) karena keputusan kontroversial wasit Ahmed Al Kaf yang menambah durasi perpanjangan waktu. Apa yang sebenarnya terjadi hingga publik merasa kemenangan yang sudah di depan mata bagai “dirampok”?

Dalam laga melawan Bahrain, Indonesia sempat unggul 2-1 melalui gol Ragnar Oratmangun di akhir babak pertama dan gol Rafael Struick pada menit ke-74.

Bila berhasil mempertahankan keunggulan, Indonesia bakal mencatatkan kemenangan pertama dalam debutnya di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia zona Asia.

Terlebih lagi, kemenangan itu akan menempatkan Indonesia di posisi kedua Grup C, di bawah Jepang.

Namun, laga yang seharusnya berakhir di menit ke-96 diperpanjang wasit Al Kaf asal Oman hingga Bahrain berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-99. Sesaat setelah gol tercipta, barulah ia meniup peluit panjang.

Pengamat bilang wajar publik Indonesia marah dan mengutuki keputusan wasit, meski wasit pun dianggap tak menyalahi aturan yang ada.

Ketua umum PSSI Erick Thohir menyayangkan lepasnya kemenangan Indonesia di saat-saat akhir laga melawan Bahrain.

Namun, ia meminta timnas Indonesia kini fokus ke laga berikutnya melawan China, yang akan berlangsung pada Selasa (15/10).

90+6 = 99

Witan Sulaeman tampak belum “panas”.

Sesaat setelah masuk lapangan pada menit ke-90 di laga melawan Bahrain pada Kamis (10/10), penyerang sayap timnas Indonesia itu berusaha membuang bola liar yang terpantul keluar dari kotak penalti Tim Garuda.

Witan coba mengontrol bola dengan dada, lalu menendangnya tinggi. Namun, bolanya justru mengarah kembali ke kotak penalti Indonesia.

Amine Benadi, bek Bahrain, berhasil menyundul bola ke tengah kotak penalti, memaksa bek Rizky Ridho berduel dengan penyerang Komail Alaswad memperebutkan bola itu.

Rizky menang duel. Bola kembali bergulir keluar kotak penalti. Witan mengejar, lalu melompat sambil mengangkat tinggi kaki kirinya. Ia berhasil menyapu bola sekaligus menabrak gelandang Bahrain, Mohamed Marhoon, hingga terjatuh.

Wasit Ahmed Al Kaf meniup peluitnya. Tendangan bebas untuk Bahrain.

Saat Marhoon bersiap mengeksekusi tendangan bebas itu, 90 menit waktu normal telah berlalu. Wasit keempat memutuskan bakal ada tambahan waktu enam menit.

Butuh beberapa saat untuk menyiapkan tendangan bebas itu. Wasit Al Kaf meniup peluit tanda pelanggaran pada menit 89:34, tapi Marhoon baru menghajar bolanya pada menit 91:51.

Maka, setelah tendangan bebas Marhoon melebar, hanya tersisa kira-kira empat menit sebelum pertandingan (diharapkan) usai.

Dan, bila tak ada gol lain tercipta, Indonesia bakal menang 2-1 atas Bahrain.

Ini akan jadi kemenangan bersejarah bagi Indonesia—yang pertama dalam debut Tim Garuda di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia zona Asia.

Kemenangan pun bakal jadi kian spesial karena lawannya adalah Bahrain, di kandang Bahrain sendiri.

Sebelum laga itu, Indonesia duduk di posisi ke-129 dan Bahrain di posisi ke-76 dalam daftar peringkat dunia Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Dalam tujuh pertemuan mereka, Indonesia hanya pernah dua kali menang.

Laga terakhir melawan Bahrain pada Februari 2012 bahkan berakhir pahit bagi Indonesia, yang kalah telak 0-10 di tengah konflik internal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan dualisme kompetisi domestik saat itu.

Maka, saat Ragnar Oratmangun, sayap Indonesia, dilanggar pemain Bahrain beberapa detik jelang 96 menit berlalu, banyak yang telah siap bersorak merayakan kemenangan Tim Garuda. Laga diharapkan usai setelah Indonesia mengambil tendangan bebas.

Namun, detik demi detik berlalu, wasit tak jua meniup peluit panjang tanda laga usai.

Wasit Al Kaf membiarkan pertandingan terus berjalan selama kira-kira tiga menit ke depan, dan kedua tim pun masih sempat saling berbalas serangan.

Hingga pada menit ke-99, Bahrain mendapat tendangan sudut yang berujung pada gol kedua mereka.

Setelahnya, barulah Al Kaf menuntaskan pertandingan. Skor akhir: 2-2.

Merespons hal ini, Shin Tae-yong, pelatih timnas Indonesia, beserta sejumlah staf dan pemain di bangku cadangan tampak berargumen sengit dengan asisten wasit di pinggir lapangan.

Bahkan, Sumardji selaku manajer timnas mendapat kartu merah karena protesnya.

Andrew Self, komentator resmi pertandingan tersebut, ikut heran menyaksikan apa yang terjadi.

“[Saya] tidak yakin bagaimana ada tambahan waktu di atas tambahan waktu enam menit yang telah diberikan sebelumnya,” kata Self.

“Tapi itu semua tergantung pada wasit.”

Kekecewaan massal

Setelah pertandingan usai, publik Indonesia segera meluapkan kekecewaannya di media sosial.

Banyak yang merasa Indonesia dicurangi dan menuding Wasit Ahmed Al Kaf bermain mata untuk memenangkan Bahrain.

Apalagi, ini bukan pertama kalinya kinerja Al Kaf sebagai wasit dipertanyakan. Ia tercatat pernah membuat sejumlah keputusan janggal di laga-laga sebelumnya, entah yang melibatkan timnas negara lain ataupun klub.

Misal, saat memimpin laga Thailand melawan Arab Saudi di Piala Asia U-23 2020, Al Kaf memberikan hadiah penalti kontroversial kepada Arab Saudi yang membuat tim tersebut memenangkan pertandingan.

Warganet pun mempertanyakan latar belakang Al Kaf yang berasal dari Oman, yang bersama Bahrain tergabung dalam Federasi Sepak Bola Asia Barat (WAFF).

Selain itu, mereka menyoroti sosok Sheikh Salman bin Ibrahim Al-Khalifa, Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), yang berasal dari Bahrain.

Dari sana, tagar #AFCMafia trending di media sosial X. Meme bertulisan “90 + 6 = 99”, yang merujuk perpanjangan waktu yang tak sesuai di laga Bahrain melawan Indonesia, juga ramai dibagikan banyak warganet.

Warganet kemudian merisak wasit Al Kaf melalui akun Instagramnya dan, tak lama kemudian, akun itu lenyap.

Tak hanya itu, mereka menyerbu akun X timnas Bahrain, yang membagikan gambar berisi hasil akhir pertandingan melawan Indonesia dengan keterangan gol kedua Bahrain dicetak pada menit ke-96.

Shin Tae-yong, pelatih timnas Indonesia, mengatakan para pemainnya marah dengan keputusan-keputusan wasit yang dianggapnya penuh “bias” dan “memalukan”.

“Bila AFC ingin semakin maju, maka keputusan dan kepemimpinan wasit juga perlu diperbaiki,” kata Tae-yong saat konferensi pers seusai laga.

Arya Sinulingga, anggota Komite Eksekutif PSSI, mengatakan PSSI akan mengirim surat protes kepada FIFA terkait kinerja wasit Al Kaf.

“Kita [akan] kirim surat protes,” kata Arya.

“Kita sangat kecewa dengan kepemimpinan wasit, seperti menambah waktu sampai Bahrain menciptakan gol.”

Bagaimana sebenarnya peraturan soal perpanjangan waktu?

Laws of the Game atau Aturan Permainan yang dirilis Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) telah mengatur soal durasi dan perpanjangan waktu pertandingan.

Di sana disebutkan bahwa wasit dapat memberikan tambahan waktu pada setiap babak untuk menggantikan waktu yang hilang karena:

  • pergantian pemain,
  • penilaian dan/atau pemindahan pemain yang cedera,
  • upaya buang waktu,
  • sanksi kedisiplinan,
  • penghentian waktu untuk alasan medis yang diizinkan oleh peraturan kompetisi terkait, misalnya jeda untuk minum (yang tidak boleh lebih dari satu menit) dan jeda pendinginan (90 detik hingga tiga menit),
  • penundaan yang berkaitan dengan pemeriksaan dan peninjauan VAR,
  • perayaan gol,
  • segala penyebab lainnya, termasuk penundaan yang signifikan untuk memulai kembali pertandingan (misalnya karena gangguan pihak eksternal).

Pengamat sepak bola Anton Sanjoyo mengatakan, setelah wasit keempat menentukan lama tambahan waktu, wasit utama berhak memperpanjangnya lagi berdasarkan penilaiannya atas apa yang terjadi di lapangan.

“Dia berhak menambah waktu. Yang tidak boleh itu mengurangi,” kata Anton kepada BBC News Indonesia.

“Memang tidak disebutkan di dalam aturan itu soal berapa lama dia boleh menambah waktu, karena itu masuk ke dalam otoritas wasit.”

Maka, imbuhnya, meski penonton atau manajer tim terkait memiliki pandangan berbeda soal durasi perpanjangan waktu, semua tetap kembali ke interpretasi wasit di lapangan.

“Jadi yang ingin saya tekankan, wasit tidak menyalahi aturan,” kata Anton.

Masalahnya, menurut Anton, tidak ada kejadian signifikan di enam menit pertama perpanjangan waktu yang bisa menjustifikasi keputusan wasit untuk kembali menambah waktu.

Jadinya, wasit Al Kaf tampak seakan menunggu Bahrain mencetak gol kedua yang menyamakan kedudukan sebelum mengakhiri pertandingan, katanya.

Dari sana, Anton merasa wajar publik Indonesia kecewa.

“Boleh dibilang, seolah-olah kemenangan Indonesia yang sudah tinggal beberapa detik lagi itu dirampok gitu,” katanya.

Kesit B. Handoyo, pengamat sepak bola lainnya, juga menyampaikan hal senada.

Menurutnya, keputusan menambah kembali waktu sepenuhnya ada di tangan wasit. Dan, ini pun kerap terjadi di banyak pertandingan lainnya, entah di liga domestik yang diikuti klub ataupun kejuaraan internasional antarnegara.

“Sialnya Indonesia kebobolan [di saat akhir],” kata Kesit.

“Ini yang menurut saya kemudian memantik kontroversi.”

Baca juga:

  • Tim U-23 Indonesia kalah dari Irak, menyisakan satu peluang berlaga di Olimpiade Paris
  • Timnas sepakbola raih medali emas SEA Games – Dari banjir pujian hingga cibiran kepada politikus ‘cari muka’
  • Piala Dunia 1938 dan timnas Hindia Belanda: Kakek saya ‘mencetak gol’ di Piala Dunia 1938

Terlebih lagi, wasit Al Kaf memiliki rekam jejak yang kontroversial, sehingga banyak orang yakin bahwa ia telah bermain mata, kata Anton.

Namun, Anton bilang tetap saja itu semua masih dalam dugaan, dan butuh bukti yang benar-benar kuat dan “tidak terbantahkan” untuk menunjukkan bahwa si wasit berusaha mengatur hasil pertandingan.

Maka, upaya PSSI untuk mengirimkan surat protes kepada FIFA disebut Anton sudah “layak dan sepantasnya”, tapi Indonesia pun dirasa tak perlu berharap banyak akan ada perubahan.

“Saran saya ya kirim suratnya dan lupakan,” kata Anton.

“Jangan pernah berharap karena enggak mungkin berubah hasilnya, enggak mungkin ada tanding ulang, enggak akan ada apa-apa.”

Sebelumnya, FIFA memang sempat memerintahkan agar laga Afrika Selatan melawan Senegal di kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Afrika diulang karena kesalahan keputusan yang diambil wasit Joseph Lamptey asal Ghana.

Namun, Anton bilang kasus seperti itu hanya terjadi di “satu dari sejuta pertandingan”.

Pada November 2016, Afrika Selatan berhasil menang 2-1 atas Senegal setelah mendapat hadiah penalti dari wasit Lamptey karena bola sempat dianggap menyentuh tangan Kalidou Koulibaly, bek Senegal.

Padahal, tayangan ulang menunjukkan bola sebenarnya mengenai kaki Koulibaly.

Lamptey dianggap melakukan manipulasi pertandingan dan kemudian dilarang terlibat dalam semua aktivitas terkait sepak bola seumur hidupnya.

Namun, kata Anton, apa yang terjadi di laga Bahrain melawan Indonesia berbeda. Sulit untuk membuktikan bahwa wasit Al Kaf sengaja memanipulasi pertandingan karena kebijakan untuk menambah durasi perpanjangan waktu sangat bergantung pada interpretasi subjektif wasit.

“Hal-hal yang terkait dengan otoritas wasit seperti perpanjangan waktu ini susah dibuktikan,” ujar Anton.

‘Fokus ke laga berikutnya’

Ketua umum PSSI Erick Thohir menyayangkan lepasnya kemenangan Indonesia di saat-saat akhir laga melawan Bahrain.

Namun, ia meminta timnas Indonesia kini fokus ke laga berikutnya melawan China, yang akan berlangsung pada Selasa (15/10).

“Ada banyak opini tentang laga timnas lawan Bahrain itu. Tapi, saya harap para pemain dan tim pelatih sudah lupakan itu, dan susun strategi yang lebih matang untuk hadapi China,” kata Erick.

“Buktikan kita bisa curi poin lebih di kandang lawan. Saya juga minta para suporter untuk terus dan jangan berhenti beri dukungan mental ke para pemain timnas.”

Pengamat sepak bola Anton Sanjoyo mengatakan hal yang sama.

Daripada menghabiskan energi terlalu banyak untuk mengutuki hasil imbang melawan Bahrain, lebih baik Indonesia fokus menatap tujuh laga tersisa di kualifikasi Piala Dunia zona Asia, kata Anton.

Dari 15 Oktober 2024 hingga 10 Juni 2025, Indonesia dijadwalkan bakal bertanding dengan China dan Jepang masing-masing dua kali, kemudian Arab Saudi, Australia, dan Bahrain (lagi).

Empat dari tujuh laga itu pun bakal berlangsung di Indonesia, sehingga masih ada peluang besar bagi Tim Garuda untuk mengumpulkan poin dan lolos ke Piala Dunia, kata Anton.

“Kita masih punya kesempatan mengalahkan China dan Bahrain di kandang sendiri. Kita masih bisa mengalahkan Australia di kandang Australia karena Bahrain juga bisa melakukannya,” kata Anton.

“Peluangnya masih terbuka lebar.”

“Jadi, menurut saya sudah lupakan saja apa yang terjadi sebelumnya.”

  • Rasisme dalam sepak bola Indonesia tinggi, ‘kalau dibiarkan akan diikuti oleh suporter lain’
  • Foto Lionel Messi memandikan Lamine Yamal saat bayi beredar jelang final Euro dan Copa America – ‘Awal dua legenda’
  • Elkan Baggott: ‘Saya tidak lirik Instagram selama Piala Asia’
Leave a comment